Pengamat: Perlu Kebijakan Fleksibel
Soal Impor Bawang Putih
JAKARTA, NusaBali
Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah menyatakan perlunya kebijakan yang fleksibel terkait impor produk hortikultura termasuk bawang putih untuk menghindari kelangkaan di pasar.
Menurut dia di Jakarta, Kamis, jika keran impor tetap ditutup, bisa saja terjadi inflasi yang lebih tinggi karena akan ada kelangkaan di pasaran sehingga berdampak pada kestabilan pasar.
"Jadi memang harus ada kebijakan yang fleksibel demi menjaga kebutuhan dalam negeri agar tetap terjaga dan aman,” tuturnya melalui keterangan tertulis seperti dilansir Antara, Kamis (9/9).
Akademisi dari Universitas Trisakti tersebut menyatakan impor bisa dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada di dalam negeri seperti gagal panen dan permasalahan lainnya.
"Tapi harus dilihat stok yang ada di dalam negeri, kalau memang menipis maka perlu diantisipasi supaya tidak terjadi kerawanan pangan,” ujar Trubus.
Sementara itu Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dwi Andreas memprediksi, jika pemerintah terlambat mengeluarkan izin Impor bawang putih bisa dipastikan harga akan melonjak tinggi.
Hal tersebut, lanjutnya, terlihat pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Saat ini kebutuhan bawang putih di Indonesia sekitar 600 ribu ton per tahun, sekitar 10 persen dari kebutuhan sehingga sisanya harus ditutup oleh impor.
"Jika Kementerian Perdagangan menunda impor, hampir dipastikan harga bawang akan bergejolak. Saya amati terus sejak 2017-2019 kalau terlambat impor, pasti harga bisa di atas Rp60 ribu/kilogam,” katanya.
Oleh karena itu Andreas berharap Kemendag tidak terlambat membuka keran impor bawang putih, karena kenaikan harga komoditas hortikultura akan terjadi akibat kenaikan harga BBM.
Pengamat ekonomi, Poltak Hotradero menambahkan impor bawang putih diperlukan untuk menekan laju inflasi, terutama karena minimnya produksi bawang putih di dalam negeri.
Mengutip tabel harga Bappenas dan Kemendag, dia mengatakan, dalam seminggu terakhir harga bawang putih cenderung naik. Sedangkan data BPS secara periodik mencatat bahwa Bawang Putih adalah salah satu penyumbang signifikan untuk angka inflasi.
"Biasanya harga naik karena stok langka di pasaran. Dan berhubung produksi bawang putih di Indonesia sangat rendah, hanya sekitar 10 persen dari kebutuhan, maka sisanya harus ditutup oleh impor," katanya. *
Komentar