Tarif Angkutan Diusulkan Naik
Tarif angkutan dalam kota dirancang naik sebesar 15 persen, sedangkan untuk angkutan antar kabupaten diusulkan naik 20 persen.
SINGARAJA, NusaBali
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang meningkat membuat tarif sejumlah transportasi mengalami penyesuaian. Kenaikan tarif terjadi mulai dari angkutan kota (angkot) hingga Angkutan Antarkota Dalam Provinsi (AKDP) di Buleleng.
Tarif baru dari penyesuaian kenaikan harga BBM tersebut sudah diusulkan oleh Organisasi Angkutan Darat (Organda) Buleleng.
Ketua DPC Organda Buleleng, Dharma Wijaya mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak pada operasional angkutan. "Dengan kenaikan BBM ini harus ada penyesuaian tarif. Kami tidak ingin menaikan sewenang-wenang namun tidak ingin merugikan pengusaha angkutan serta memberatkan masyarakat. Kita cari win-win solution," ujar Dharma Wijaya, Jumat (9/9) siang.
Pihaknya mengaku telah mengusulkan penyesuaian tarif angkutan dan tengah dikaji Dinas Perhubungan Buleleng. Untuk angkot dalam Kota Singaraja tarif sebelumnya Rp 5.000 diusulkan naik 15 persen, sedangkan AKDP rute Singaraja - Gilimanuk, Singaraja - Denpasar, dan Singaraja - Karangasem diusulkan naik 20 persen dari tarif sebelumnya Rp 35.000.
"Sekarang sedang dikaji, mungkin Senin depan akan clear. Untuk tarif atas, tarif bawah tetap diberlakukan. Sesuai kondisi masyarakat setempat. Untuk pelajar tetap tarifnya dibijaksanai Rp 3.000. Angkutan kota itu tidak memberikan tarif mati, yang penting sama-sama jalan," imbuh Wijaya.
Menurut Wijaya, regulasi menaikkan tarif angkutan kebijakannya ada di Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan yang kemudian diterjemahkan masing-masing Provinsi dan Kabupaten. "Penyesuaian tarif angkutan kota, kewenangan cukup di Kabupaten. KDP itu kewenangan Provinsi," jelasnya.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM ini cukup mempengaruhi operasional angkutan. Para sopir mesti menambah biaya untuk membeli bahan bakar. Apalagi kondisi angkutan di Buleleng saat ini semakin menurun jumlahnya setiap tahun. Pada lima tahun lalu, jumlah angkutan masih cukup banyak sekitar 200, namun sekarang jumlahnya tak lebih dari 40.
"Kondisinya semakin menurun. menurun sangat drastis. Setiap tahun berkurang. Mungkin karena sekarang banyak yang sudah mempunyai sepeda motor. Mungkin kedepan akan ada angkot listrik. sehingga bisa membangkitkan kembali angkot dan menekan ongkos," ujarnya.
Wijaya pun berharap kebijakan kenaikan harga BBM disikapi dengan baik oleh para sopir. "Di sini kami berikan pemahaman, pemerintah pasti akan memberikan yang terbaik bagi masyarakat," tutup dia. *mz
Tarif baru dari penyesuaian kenaikan harga BBM tersebut sudah diusulkan oleh Organisasi Angkutan Darat (Organda) Buleleng.
Ketua DPC Organda Buleleng, Dharma Wijaya mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak pada operasional angkutan. "Dengan kenaikan BBM ini harus ada penyesuaian tarif. Kami tidak ingin menaikan sewenang-wenang namun tidak ingin merugikan pengusaha angkutan serta memberatkan masyarakat. Kita cari win-win solution," ujar Dharma Wijaya, Jumat (9/9) siang.
Pihaknya mengaku telah mengusulkan penyesuaian tarif angkutan dan tengah dikaji Dinas Perhubungan Buleleng. Untuk angkot dalam Kota Singaraja tarif sebelumnya Rp 5.000 diusulkan naik 15 persen, sedangkan AKDP rute Singaraja - Gilimanuk, Singaraja - Denpasar, dan Singaraja - Karangasem diusulkan naik 20 persen dari tarif sebelumnya Rp 35.000.
"Sekarang sedang dikaji, mungkin Senin depan akan clear. Untuk tarif atas, tarif bawah tetap diberlakukan. Sesuai kondisi masyarakat setempat. Untuk pelajar tetap tarifnya dibijaksanai Rp 3.000. Angkutan kota itu tidak memberikan tarif mati, yang penting sama-sama jalan," imbuh Wijaya.
Menurut Wijaya, regulasi menaikkan tarif angkutan kebijakannya ada di Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan yang kemudian diterjemahkan masing-masing Provinsi dan Kabupaten. "Penyesuaian tarif angkutan kota, kewenangan cukup di Kabupaten. KDP itu kewenangan Provinsi," jelasnya.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM ini cukup mempengaruhi operasional angkutan. Para sopir mesti menambah biaya untuk membeli bahan bakar. Apalagi kondisi angkutan di Buleleng saat ini semakin menurun jumlahnya setiap tahun. Pada lima tahun lalu, jumlah angkutan masih cukup banyak sekitar 200, namun sekarang jumlahnya tak lebih dari 40.
"Kondisinya semakin menurun. menurun sangat drastis. Setiap tahun berkurang. Mungkin karena sekarang banyak yang sudah mempunyai sepeda motor. Mungkin kedepan akan ada angkot listrik. sehingga bisa membangkitkan kembali angkot dan menekan ongkos," ujarnya.
Wijaya pun berharap kebijakan kenaikan harga BBM disikapi dengan baik oleh para sopir. "Di sini kami berikan pemahaman, pemerintah pasti akan memberikan yang terbaik bagi masyarakat," tutup dia. *mz
1
Komentar