nusabali

Bapak-Anak Wisuda Bersama, Selama Kuliah Duduk Berdampingan

  • www.nusabali.com-bapak-anak-wisuda-bersama-selama-kuliah-duduk-berdampingan

I Gusti Putu Mulyadi kuliah di STISIP Margarana sambil bekerja di Kantor Samsat Denpasar, semantara sang anak I Gusti Putu Ngurah Agus kuliah sambil bekerja sebagai karyawan hotel

Yang Unik dari Yudisiuam XVII Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Ilmu Politik Margarana, Tabanan


TABANAN, NusaBali
Ada yang spesial dari acara Yudisium XVII Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Ilmu Politik (STISIP) Margarana, Tabanan, Jumat (21/4). Dari total 86 wisudawan, 2 orang di antaranya merupakan bapak dan anak. Bapak dan anak ini ambil jurusan yang sama, bahkan selama kuliah pun mereka selalu duduk berdampingan.

Bapak dan anaknya yang ikut dalam acara Yudisium XVII di Kampus STISIP Margarana, Jalan Majapahit Nomor 16 A Tabanan kawasan Banjar Kamasan, Desa Dajan Peken, Kecamatan Tabanan, Jumat kemarin, adalah I Gusti Putu Mulyadi, 52, dan I Gusti Putu Ngurah Agus, 30. Mereka merupakan krama dari Banjar Penarukan Tengah Kelod, Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Tabanan.

Sang ayah, IGP Mulyadi, kuliah sambil kerja di Kantor Samsat Denpasar. Sedangkan putra sulungnya, IGP Ngurah Agus, kuliah sambil kerja di sebuah hotel kawasan Kota Denpasar. Baik IGP Mulyadi maupun putranya, IGP Ngurah Agus, sama-sama kuliah Jurusan Ilmu Administrasi Negara di STISIP Margarana. Keduanya kuliah secara ber-barengan sejak tahun 2013 silam. Mereka pinter-pinternya atur waktu kuliah, tanpa mengganggu pekerjaan masing-masing.

Ditemui NusaBali di sela-sela acara yudisum, Jumat kemarin, IGP Mulyadi mengaku inisiatif kuliah bersama anaknya ini berawal dari ajakannya. Menurut Mulyadi, dirinya kala itu menawari putra sulungnya itu ikut kuliah bareng di STISIP Tabanan pada 2013. Kala itu, Mulyadi yang telah berusia 48 tahun telah bekerja di Kantor Samsat Denpasar. Sedangkan putranya, Ngurah Agus, yang saat itu bnerusia 26 tahun telah bekerja di hotel.

"Saat itu, saya ajak dia (Ngurah Agus) kuliah bareng. Ternyata, dia mau," kenang Mulyadi yang kemarin didampingi putranya, Ngurah Agus. Menurut Mulyadi, selama 4 tahun kuliah di STISIP Margarana, pekerjaannya di Kantor Samsat Denpasar tidak terganggu.

"Kami pinter-pinter atur waktu saja. Toh, dalam seminggu hanya dua kali kuliah, karena kami cari kelas khusus," ujar ayah dua anak yang dulu bisa diterima kerja di Kantor Samsat bermodalkan ijazahh SMA ini.

Paparan senada juga disampaikan sang anak, IGP Ngurah Agus. Menurut bapak satu anak ini, pekerjaannya sebagai karyawan hotel tidak terganggu, karena kuliah hanya dua kali dalam seminggu.

Ngurah Agus memaparkan, dirinya memang selalu berkolaborasi dengan sang ayah dalam urusan kuliah di STISIP Margarana. Ketika ada tugas kampus, mereka selalu bergotong royong mengerjakannya. Bahkan, ketika kulai di kelas pun, mereka selalu duduk berdampingan.

“Saya awalnya memang tidak mau kuliah setamat SMA. Tapi, karena dorongan bapak, saya akhirnya kuliah setelah bekerja. Apalagi, biasa kuliah juga ditanggung oleh bapak,” tutur pria berusia 30 tahun ini.

Menurut Ngurah Agus, dalam menjalani perkuliahan, sang ayah-lah yang lebih aktif bertanya dan menjawab dibanding dirinya. Namun, dalam mengerjakam tugas, Ngurah Agus lebih aktif ketimbang sang ayah. "Kadang kalau bapak belum selesai, saya yang membantu mengerjakannya. Begitu juga dalam penyelesaian skripsi, kami saling support," terang Ngurah Agus.

Bagi Ngurah Agus, bisa lulus kuliah berbarengan dengan sang ayah merupakan sesuatu yang menyenangkan. Sebab, ini peristiwa langka di Bali. Terlebih, perbedaan umur dirinya dengan sang terpaut hingga 22 tahun.

"Saya sungguh senang dan bangga bisa tamat kuliah. Saya berterimakasih epoada bapak. Sebab, ini kan karena dorongan bapak. Kebetulan, saya bersaudara dua orang. Adik saya sudah duluan diwisuda, jadi saya juga termotivasi oleh keberhasilan adik saya itu," kata Ngurah Agus.

Sementara itu, Ketua STISIP Margarana, I Wayan Madra Suartana, menjelaskan Yudisium XVII diikuti 86 wisudawan yang semuanya dari jurusan Ilmu Administrasi Negara. Menurut Madra Suartama, hal ini membanggakan, karena STISIP hanya punya satu program studi yakni Ilmu Administrasi Negara dan mampu meluluskan banyak mahasiswa.

"Ini cukup membanggakan bagi kami di lingkungan kampus dan alumni. Sebab, meskipun STISIP Margarana hanya punya satu program studi, tapi banyak peminatnya," tutur Madra Suartana kepada NusaBali di sela acara yudisium, Jumat kemarin.

Madra Suartana menyebutkan, sesuai aturan, Sekolah Tinggi harus membuka lebih dari satu dalam membuka prodi. Karena itu, pihaknya bersama yayasan akan membuka lagi program studi baru awal tahun 2018 mendatang. Program studi yang bakal dibuka nanti adalah Ilmu Administrasi Bisnis. "Mudah-mudahan saja segera terwujud, karena berkasnya sudah di pusat," papar Madra Suartana.

Setelah Yudisium XVII kemarin, kata Madra Suartana, pihaknya akan menggelar acara wisuda di Inna The Grang Bali Beach Hotel Sanur, Denpasar Selatan. "Saya harapkan, setelah lulus menjadi alumni STISIP Margarana, para wisudawan bisa menjadi teladan bagi mahasiswa yang belum lulus," harapnya.* d

Komentar