MGPSSR Gelar Lomba Makendang dan Jauk Manis
Pasemetonan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) menggelar lomba Makendang tunggal dan tari Jauk Manis yang diikuti para teruna di Pulau Dewata di Sekretariat MGPSSR, Jalan Cekomaria, Denpasar, Sabtu (22/4) pagi.
DENPASAR, NusaBali
Lomba ini serangkaian perayaan ulang tahun organisasi tersebut yang kini memasuki usia 65 tahun. Kurang lebih sebanyak 15 pasang peserta mengikuti lomba tersebut. Jalannya lomba diiringi oleh satu sekaa gong.
Namun yang dinilai, hanyalah sang penari yang menguasai panggung, dan satu tukang kendang yang bermain irama. Seluruh penari tampak memukau, begitu juga para tukang kendang tiada henti energik memainkan alat musiknya. Lomba tersebut melibatkan tiga juri, di antaranya I Made Sugiarta SSn MSi dan Pande Gede Mardiana SSn MSn, dosen di UNHI Denpasar, serta I Gede Gusman Adi Gunawan SSn MSn dosen IKIP PGRI Bali. Sekjen MGPSSR Pusat, I Wayan Winatha mengatakan, kegiatan ini ditujukan kepada para teruna yang berumur mulai 15 sampai 21 tahun. Tujuannya, kata Winatha, agar sedini mungkin para teruna yang jadi masa depan Bali ini mau membangkitkan rasa cinta terhadap budaya yang dimiliki.
"Kami baru pertama melaksanakan lomba ini. Untuk tahun pertama kita adakan lomba makendang tunggal dan Jauk Manis. Nah, tahun-tahun selanjutnya kita akan lombakan kesenian lainnya. Siapa lagi yang akan meneruskan budaya Bali kalau tidak dilatih sejak umur-umur segini," ujarnya.
Penilaian terlihat berlangsung cukup ketat kemarin. Pasalnya, masing-masing pasangan memberikan penampilan terbaik. Interaksi bunyi kendang dengan gerakan penari nyaris tepat. Sang penari dengan luwes mengikuti irama bunyi kendang yang dibuat pelan cepat. Sesekali sang penari menambah ekspresi malu-malu, dengan menutup mulutnya saat menari.
"Tarian ini memang sangat digandrungi saat ini. Itulah sebabnya mengapa kita lombakan ini di tahun pertama. Kami berharap bisa melakukan ini secara berkesinambungan dengan menampilkan lebih banyak kesenian-kesenian lainnya," imbuhnya. Tidak hanya lomba yang melibatkan generasi muda. Kata Winatha, penyelenggara khusus untuk lomba kesenian ini juga sepenuhnya diserahkan kepada pemuda-pemudi yang tergabung Pasemetonan MGPSSR. Tujuannya agar para teruna-teruni belajar mengorganisir suatu kegiatan.
Selain lomba kesenian, beberapa hal juga dilaksanakan dalam memeriahkan pertambahan usia kali ini, salah satunya penanaman pohon Pura Lempuyang Madya yang sudah dilaksanakan bulan Maret lalu. Di samping itu, hari ini juga dilaksanakan futsal bersama. Puncak perayaan ultah MGPSSR rencananya akan dilaksanakan Sabtu (6/5) mendatang di Taman Budaya Bali (Art Center). Winatha menjelaskan, organisasi Pasemetonan MGPSSR sendiri berdiri sejak 17 April 1952, berkiprah menjadi salah satu lembaga sosial religius yang berkembang hingga memasuki 65 tahun ini. * in
Namun yang dinilai, hanyalah sang penari yang menguasai panggung, dan satu tukang kendang yang bermain irama. Seluruh penari tampak memukau, begitu juga para tukang kendang tiada henti energik memainkan alat musiknya. Lomba tersebut melibatkan tiga juri, di antaranya I Made Sugiarta SSn MSi dan Pande Gede Mardiana SSn MSn, dosen di UNHI Denpasar, serta I Gede Gusman Adi Gunawan SSn MSn dosen IKIP PGRI Bali. Sekjen MGPSSR Pusat, I Wayan Winatha mengatakan, kegiatan ini ditujukan kepada para teruna yang berumur mulai 15 sampai 21 tahun. Tujuannya, kata Winatha, agar sedini mungkin para teruna yang jadi masa depan Bali ini mau membangkitkan rasa cinta terhadap budaya yang dimiliki.
"Kami baru pertama melaksanakan lomba ini. Untuk tahun pertama kita adakan lomba makendang tunggal dan Jauk Manis. Nah, tahun-tahun selanjutnya kita akan lombakan kesenian lainnya. Siapa lagi yang akan meneruskan budaya Bali kalau tidak dilatih sejak umur-umur segini," ujarnya.
Penilaian terlihat berlangsung cukup ketat kemarin. Pasalnya, masing-masing pasangan memberikan penampilan terbaik. Interaksi bunyi kendang dengan gerakan penari nyaris tepat. Sang penari dengan luwes mengikuti irama bunyi kendang yang dibuat pelan cepat. Sesekali sang penari menambah ekspresi malu-malu, dengan menutup mulutnya saat menari.
"Tarian ini memang sangat digandrungi saat ini. Itulah sebabnya mengapa kita lombakan ini di tahun pertama. Kami berharap bisa melakukan ini secara berkesinambungan dengan menampilkan lebih banyak kesenian-kesenian lainnya," imbuhnya. Tidak hanya lomba yang melibatkan generasi muda. Kata Winatha, penyelenggara khusus untuk lomba kesenian ini juga sepenuhnya diserahkan kepada pemuda-pemudi yang tergabung Pasemetonan MGPSSR. Tujuannya agar para teruna-teruni belajar mengorganisir suatu kegiatan.
Selain lomba kesenian, beberapa hal juga dilaksanakan dalam memeriahkan pertambahan usia kali ini, salah satunya penanaman pohon Pura Lempuyang Madya yang sudah dilaksanakan bulan Maret lalu. Di samping itu, hari ini juga dilaksanakan futsal bersama. Puncak perayaan ultah MGPSSR rencananya akan dilaksanakan Sabtu (6/5) mendatang di Taman Budaya Bali (Art Center). Winatha menjelaskan, organisasi Pasemetonan MGPSSR sendiri berdiri sejak 17 April 1952, berkiprah menjadi salah satu lembaga sosial religius yang berkembang hingga memasuki 65 tahun ini. * in
Komentar