Anersangsya
Ngejot merupakan suatu tradisi Hindu di Bali. Tradisi ini dilakukan setiap hari seusai memasak. Kebiasaan ini sering dialih kata menjadi mesaiban dan ini tergolong yadnya sesa.
Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya
Ngejot merupakan yadnya paling sederhana yang dilaksanakan oleh krama Hindu di Bali. Kenapa yadnya ini dilakukan oleh krama Hindu Bali dengan patuh? Apa makna di balik yadnya tersebut?
Secara sederhana, ngejot atau mesaiban merupakan penerapan tata susila, khususnya sikap anersangsya atau sikap tidak mementingkan diri sendiri. Di samping itu, dalam sikap tersebut terselip sikap ambeg para mertha atau mendahulukan kepentingan di luar diri sendiri.
Tradisi ngejot berlanjut sampai saat ini di Bali. Tetapi, apa maknanya masih gayut dengan pikiran, perasaan, dan perbuatan krama Bali? Makna anersangsya atau ambeg para mertha terindikasi melemah dalam khasanah (repertoire) dan keseharian krama Hindu Bali, lebih-lebih generasi mudanya. Ada tengara bahwa ideologi kebalian sedang memperoleh tantangan dari ideologi kesejagatan. Ngejot tetap berlangsung, namun pemahaman sebagian besar krama Hindu Bali terhadap simbol makna asali itu melemah. Krama Hindu Bali mungkin terjebak dalam harapan untuk memperoleh hasil cepat dan puas akan kepraktisan. Memang, simbol tidak bersifat cepat saji dan nikmat rasa. Ini masalahnya.
Melemahnya kesadaran terhadap simbol normatif diperkirakan karena lebih mengapresiasi simbol luar. Misalnya, cinta pada burger, minuman bersoda, pizza, dan sebagainya. Cinta demikian akan menelantarkan kepedulian terhadap identitas diri.
Karakter kebalian terbilang kuat sejak dulu. Bayangkan bersenjatakan keris dan tombak, puputan Badung dan Klungkung dikobarkan. Namun seiring waktu berjalan, krama muda yang dulunya dikenal santun dan berbudaya Bali mulai meluntur jati dirinya. Kini, karakter krama Bali tidak sekuat pada masa lalu, sudah mulai tergoda. Kebalian ini nyaris hilang ditelan berbagai godaan kepentingan sesaat. Anak muda sekarang banyak yang kurang memahami orang lain dan lebih mementingkan diri sendiri. Sikap mementingkan diri sendiri adalah satu sikap yang tidak melihat persoalan dari perspektif orang lain. Suatu contoh, seorang pemain catur mengikuti pelatihan. Dia sedang dalam posisi kritis dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pelatih memerintahkannya untuk tidak tergesa-gesa mengambil langkah. Dia disuruh bangkit dan beranjak ke belakang lawan dan melihat papan catur dari arahnya. Lalu iapun bisa melihat langkah bodoh yang diambil setelah melihat masalah dari sudut pandang lawan.
Mementingkan diri sendiri disebut pula egois. Ketika seseorang mementingkan diri sendiri ia akan menjadikan dirinya sebagai pusat. Dia tidak lagi mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain. Inilah yang menjadi sumber dari banyak masalah. Karena orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerja sama dengan orang lain. Orang yang egois memiliki kecenderungan untuk menghakimi. Sifat egois terlalu mementingkan diri sendiri dan jika perlu mengorbankan kepentingan orang lain. Sikap demikian sangat tercela, karena cenderung berbuat yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit mental ini sebaiknya dihindari. Karena pengaruh gaya hidup hedonis dan materialis. Saat ini, hingar bingar pariwisata dan kehidupan modern telah banyak meruyak sendi-sendi kearifan lokal yang amat kokoh di Bali.
Kearifan lokal terbentuk dari nilai-nlai asali Bali. Kearifan lokal Bali menghadapi berbagai tantangan untuk berubah. Jumlah penduduk Bali semakin banyak setiap saat. Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi kebutuhan pangan dan produksi lainnya. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang cepat menyebabkan kebudayaan berubah dengan cepat pula. Eksploitasi terhadap sumber daya alam dan lingkungan sekarang ini telah sampai pada titik kritis. Kemiskinan dan kesenjangan merupakan salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial. Masalah sosial yang bersumber dari kemiskinan dan kesenjangan atau kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok, sering kali tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan faktor lain.
Kemiskinan bukan saja menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di banyak negara berkembang. Kemiskinan juga memengaruhi orang bertindak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Maka dari itu kemiskinan dan lingkungan merupakan isu strategis. Semoga gaya hidup demikian tidak menggelayut di pikiran, perkataan apalagi perbuatan krama Bali. *
Ngejot merupakan yadnya paling sederhana yang dilaksanakan oleh krama Hindu di Bali. Kenapa yadnya ini dilakukan oleh krama Hindu Bali dengan patuh? Apa makna di balik yadnya tersebut?
Secara sederhana, ngejot atau mesaiban merupakan penerapan tata susila, khususnya sikap anersangsya atau sikap tidak mementingkan diri sendiri. Di samping itu, dalam sikap tersebut terselip sikap ambeg para mertha atau mendahulukan kepentingan di luar diri sendiri.
Tradisi ngejot berlanjut sampai saat ini di Bali. Tetapi, apa maknanya masih gayut dengan pikiran, perasaan, dan perbuatan krama Bali? Makna anersangsya atau ambeg para mertha terindikasi melemah dalam khasanah (repertoire) dan keseharian krama Hindu Bali, lebih-lebih generasi mudanya. Ada tengara bahwa ideologi kebalian sedang memperoleh tantangan dari ideologi kesejagatan. Ngejot tetap berlangsung, namun pemahaman sebagian besar krama Hindu Bali terhadap simbol makna asali itu melemah. Krama Hindu Bali mungkin terjebak dalam harapan untuk memperoleh hasil cepat dan puas akan kepraktisan. Memang, simbol tidak bersifat cepat saji dan nikmat rasa. Ini masalahnya.
Melemahnya kesadaran terhadap simbol normatif diperkirakan karena lebih mengapresiasi simbol luar. Misalnya, cinta pada burger, minuman bersoda, pizza, dan sebagainya. Cinta demikian akan menelantarkan kepedulian terhadap identitas diri.
Karakter kebalian terbilang kuat sejak dulu. Bayangkan bersenjatakan keris dan tombak, puputan Badung dan Klungkung dikobarkan. Namun seiring waktu berjalan, krama muda yang dulunya dikenal santun dan berbudaya Bali mulai meluntur jati dirinya. Kini, karakter krama Bali tidak sekuat pada masa lalu, sudah mulai tergoda. Kebalian ini nyaris hilang ditelan berbagai godaan kepentingan sesaat. Anak muda sekarang banyak yang kurang memahami orang lain dan lebih mementingkan diri sendiri. Sikap mementingkan diri sendiri adalah satu sikap yang tidak melihat persoalan dari perspektif orang lain. Suatu contoh, seorang pemain catur mengikuti pelatihan. Dia sedang dalam posisi kritis dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pelatih memerintahkannya untuk tidak tergesa-gesa mengambil langkah. Dia disuruh bangkit dan beranjak ke belakang lawan dan melihat papan catur dari arahnya. Lalu iapun bisa melihat langkah bodoh yang diambil setelah melihat masalah dari sudut pandang lawan.
Mementingkan diri sendiri disebut pula egois. Ketika seseorang mementingkan diri sendiri ia akan menjadikan dirinya sebagai pusat. Dia tidak lagi mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain. Inilah yang menjadi sumber dari banyak masalah. Karena orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerja sama dengan orang lain. Orang yang egois memiliki kecenderungan untuk menghakimi. Sifat egois terlalu mementingkan diri sendiri dan jika perlu mengorbankan kepentingan orang lain. Sikap demikian sangat tercela, karena cenderung berbuat yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari penyakit mental ini sebaiknya dihindari. Karena pengaruh gaya hidup hedonis dan materialis. Saat ini, hingar bingar pariwisata dan kehidupan modern telah banyak meruyak sendi-sendi kearifan lokal yang amat kokoh di Bali.
Kearifan lokal terbentuk dari nilai-nlai asali Bali. Kearifan lokal Bali menghadapi berbagai tantangan untuk berubah. Jumlah penduduk Bali semakin banyak setiap saat. Pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi kebutuhan pangan dan produksi lainnya. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang cepat menyebabkan kebudayaan berubah dengan cepat pula. Eksploitasi terhadap sumber daya alam dan lingkungan sekarang ini telah sampai pada titik kritis. Kemiskinan dan kesenjangan merupakan salah satu masalah yang paling berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial. Masalah sosial yang bersumber dari kemiskinan dan kesenjangan atau kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok, sering kali tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan faktor lain.
Kemiskinan bukan saja menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di banyak negara berkembang. Kemiskinan juga memengaruhi orang bertindak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Maka dari itu kemiskinan dan lingkungan merupakan isu strategis. Semoga gaya hidup demikian tidak menggelayut di pikiran, perkataan apalagi perbuatan krama Bali. *
1
Komentar