Gubernur: Pakis Bali Tak Bisa Dipisahkan dari Upaya Memperkuat Keberadaan Desa Adat
Perayaan HUT Ke-2 Pasikian Paiketan Krama Istri MDA Bali
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster menghadiri perayaan HUT ke-2 Pasikian Paiketan Krama Istri (Pakis) Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali yang dilaksanakan secara sederhana di Gedung Narigraha Denpasar pada Saniscara Umanis Bala, Sabtu (17/9/2022).
Gubernur Koster menjelaskan, keberadaan Pakis Bali tak bisa dipisahkan dari upaya memperkuat keberadaan desa adat di Bali. Pakis adalah lembaga dalam struktur desa adat yang diatur dalam Perda Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali.
Gubernur Koster dalam sambutannya mengapresiasi kiprah Pakis Bali yang merupakan bagian dari desa adat. Kendati baru menginjak usia dua tahun, dia menilai lembaga ini mampu bergerak cepat melaksanakan program-program yang bertalian dengan upaya pelestarian dan penguatan adat, seni, budaya, dan tradisi masyarakat Bali. Dia berharap, gerak cepat Pakis Bali diikuti oleh organisasi lain yang juga menjadi bagian dari desa adat.
Gubernur Koster menjelaskan, keberadaan Pakis Bali tak bisa dipisahkan dari upaya memperkuat keberadaan desa adat di Bali. Pakis adalah lembaga dalam struktur desa adat yang diatur dalam Perda Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali. Selain Pakis, Perda Desa Adat juga mengatur tentang keberadaan Paiketan Pamangku, Paiketan Serati, Paiketan Wredha, Pacalang, Yowana Desa Adat, Pasraman, Sekaa, dan lembaga adat lainnya. “Jumlahnya ada delapan dan lengkap sekali. Kita harap semua lembaga ini bergerak bersama dalam memperkuat fungsi dan kedudukan desa adat di Bali,” kata Gubernur Koster.
Terkait dengan keberadaan desa adat, Ketua DPD PDIP Bali ini kembali menyampaikan bahwa lembaga ini adalah warisan dari Mpu Kuturan. “Beliau adalah orang suci, mewariskan kepada kita tatanan yang sangat mulia yaitu desa adat,” ujarnya.
Merujuk pada historisnya, keberadaan desa adat memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Bali. Oleh sebab itu, sejak awal dipercaya memegang amanah sebagai Gubernur Bali, dia menjadikan upaya penguatan kedudukan dan fungsi desa adat sebagai prioritas. Karena, dia melihat gejala makin menurunnya keberpihakan pada desa adat. “Kalau tak diselamatkan dengan payung hukum, kedudukannya akan makin lemah. Ada gejala, adat mau ditinggalkan karena sikap pragmatis masyarakat,” imbuhnya.
Jika dibiarkan, dia khawatir lamban laun tidak akan ada yang mengurus adat. Padahal, Bali bisa menjadi terkenal seperti saat ini karena adat istiadatnya yang kuat. “Kalau adat tidak terjaga dengan baik, jangan harap ada nama Bali yang harum dan kuat seperti yang kita nikmati saat ini. Adat istiadat yang menyatu dalam kehidupan masyarakat Bali memunculkan aura atau taksu. Sehingga dengan wilayah yang kecil, Bali bisa begitu tersohor,” tandas Gubernur Koster.
Berkomitmen mengawal apa yang diwariskan Mpu Kuturan, Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali diarahkan pada keseimbangan pembangunan sekala dan niskala. “Sebagaimana kita ketahui, kalau unsur niskala, tidak tersentuh di desa dinas. Itulah yang sedang saya bangun dan perkuat melalui Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Kita ingin mewujudkan perubahan pola pikir, sikap, dan perilaku masyarakat,” bebernya seraya menyampaikan bahwa lahirnya Perda Nomor 4 Tahun 2019 mendapat sambutan positif dari berbagai komponen.
Manggala Utama Pakis MDA Bali Ny Putri Koster menyampaikan rasa syukur karena lembaga yang dipimpinnya telah menginjak usia dua tahun. Diibaratkan manusia, dua tahun adalah usia balita yang baru belajar berjalan. Namun sejauh ini, telah cukup banyak program yang dilaksanakan Pakis Bali. Dalam dua tahun, lembaga yang menjadi bagian dari desa adat di Bali ini menggeliat dengan program kerja yang diarahkan pada upaya mendorong peran serta krama istri di desa adat. “Dalam kurun waktu yang sangat lama, perempuan Bali tak terorganisir dengan baik. Keberadaan Pakis Bali yang diatur dalam Perda Desa Adat adalah langkah cerdas Bapak Gubernur yang punya niat tulus menjaga Bali,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, dia mengajak jajarannya terus berbuat dan menunjukkan eksistensi. “Jangan hanya ada saat ulang tahun, lalu tidur di lain hari. Mari kita jadikan momentum ulang tahun untuk mengevaluasi apa yang sudah dilakukan dan apa yang mesti diperbaiki,” tutur Ny Putri Koster.
Dia juga menghaturkan terima kasih atas dukungan penuh dari Gubernur Koster sehingga lembaga yang dipimpinnya mampu menjalankan tugas dengan baik. Ke depannya, Pakis Bali akan membangun sinergi dengan lembaga adat lainnya seperti yowana, pecalang, dan lainnya sehingga dukungan terhadap penguatan kedudukan dan fungsi desa adat dapat lebih optimal dilaksanakan.
Selanjutnya Ny Putri Koster menguraikan tentang program kerja Pakis Bali. Lembaga ini membagi program kerjanya dalam dua kelompok besar yaitu sosialisasi dan aksi sosial. Sosialisasi difokuskan pada isu penting yang berkaitan dengan agama, adat, budaya, dan tradisi. Selain memanfaatkan media konvensional seperti televisi, radio, dan surat kabar, Pakis Bali juga menggunakan media digital yang dinilai lebih efektif. Pakis Bali telah beberapa kali menggelar webinar yang mengangkat sejumlah isu antara lain mengenai Tari Rejang, pakem busana dan payas Bali, dan yang terbaru membahas tentang fenomena pemanfaatan krematorium.
Khusus terkait fenomena pemanfaatan krematorium, webinar bukan dimaksudkan untuk mencari siapa yang benar atau salah, kalah atau menang. “Melalui webinar kita ingin mengharmoniskan sebab akibat dan menghasilkan sebuah rumusan yang bisa diwariskan kepada anak cucu,” katanya.
Terkait Tari Rejang, Pakis Bali ingin memberi pemahaman tentang hakikat tarian ini. Ny Putri Koster mengingatkan krama istri desa adat jangan ikut-ikutan menarikan Tari Rejang di tempat dan waktu yang tidak tepat.
Selain sosialisasi, bersinergi dengan organisasi lain yaitu TP PKK, Pakis Bali juga aktif melaksanakan aksi sosial dengan kegiatan turun berbagi. Ditambahkannya, program kerja Pakis sejatinya bersinggungan dengan TP PKK. “Hanya wilayah kerjanya yang berbeda, kalau PKK di desa dinas, Pakis di desa adat. Orang-orangnya sebagian besar sama, karena pengurus dan kader PKK juga merupakan krama istri desa adat. Karena itu, kedua lembaga ini idealnya saling dukung dan memperkuat sinergi,” tandasnya.
Di sela-sela menghadiri perayaan ulang tahun, Gubernur Koster didampingi Ny Putri Koster sempat meninjau kantor sekretariat Pakis Bali yang baru. Pakis Bali menempati bangunan yang berlokasi areal Gedung Pertemuan Narigraha. Sebelumnya, sekretariat Pakis Bali beralamat di Jalan Badak, menempati salah satu bangunan aset Pemprov Bali yang memang tidak diformat untuk kantor. “Yang sebelumnya itu seperti rumah tinggal sehingga kurang representatif untuk kantor,” tutur Ny Putri Koster.
Setelah melihat-lihat sejumlah ruangan, Gubernur Koster mengaku salut dengan penataan yang dilakukan. Dia berharap dengan gedung baru, Pakis Bali lebih produktif dalam melaksanakan program kerja.
Perayaan HUT ke-2 Pakis MDA Bali ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Manggala Utama Pakis Bali Ny Putri Suastini Koster. Potongan tumpeng pertama diberikan kepada Gubernur Wayan Koster.
Perayaan HUT Pakis Bali diisi dengan sosialisasi Senam Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan penampilan spontan dari Pakis MDA Kabupaten/Kota se-Bali yang membawakan satua dan lagu Bali. Acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali IGAK Kartika Jaya Seputra dan Manggala Pakis Bali TIA Kusuma Wardhani. *nat
1
Komentar