ODGJ di Gianyar Bunuh Ibu Tiri
Ulangi Kasus Serupa Tahun 2017, Warga Waswas
Kolok kesehariannya tampak seperti orang normal, bahkan biasa mengendarai motor termasuk pasca menusuk ibu tirinya dia kabur naik motor.
GIANYAR, NusaBali
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) I Wayan Agus Arnawa,25, alias Kolok kembali berulah. Kolok membunuh ibu tirinya Ni Wayan Rani,48, di rumahnya sendiri Banjar Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Gianyar, Minggu (18/9) pukul 06.30 Wita. Kolok melancarkan aksi pembunuhan tersebut menggunakan pisau mutik. Tragisnya, Kolok tercatat sudah tiga kali melakukan penganiayaan.
Sebelumnya, Kolok membunuh kumpinya sendiri, Ni Wayan Uyut, 80, pada Jumat (9/6) tahun 2017 silam. Sebelumnya lagi, Kolok juga pernah menusuk perut ibu kandungnya. Meski sempat dirawat ke rumah sakit akhirnya ibu kandung pelaku meninggal dunia. Pasca menusuk ibu kandungnya, Kolok pun sempat diperiksa di RSJ Bangli dan dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan.
Meski begitu, Kolok dalam keseharian tampak seperti orang normal. Bahkan biasa mengendarai sepeda motor. Termasuk pasca menusuk ibu tirinya, Kolok langsung kabur mengendarai sepeda motor. Hingga kini, jajaran Polsek Payangan masih memburu keberadaan Kolok. Informasi dihimpun, sebelum kejadian diduga korban terlibat cekcok dengan anak tirinya yang diketahui mengidap gangguan kejiwaan, I Wayan Agus Arnawa,25, alias Kolok.
Pelaku yang ketika itu membawa senjata tajam dengan membabi buta menyerang korban hingga terluka bersimbah darah. Sayangnya nyawa korban tidak bisa diselamatkan dan dinyatakam meninggal dunia setelah sempat dilarik ke RSU Payangan. Namun tidak ada yang mengetahui dengan jelas kronologi peristiwa tersebut. Sebab saat itu suami korban, I Wayan Putrayasa,47, sedang berada di Balai Banjar Marga Tengah. Dia langsung bergegas pulang ke rumahnya setelah mendapatkan informasi bahwa istrinya terluka.
Bersama warga sekitar yang banyak mendatangi TKP, Putrayasa pun membawa korban ke RSU Payangan. Namun beberapa saat setelah sampai di rumah sakit, diberitahukan jika korban telah meninggal dunia. Kapolsek Payangan AKP I Putu Agus Ady Wijaya membenarkan perihal peristiwa tersebut. Setelah menerima laporan, pihaknya langsung turun ke TKP untuk melakukan olah TKP serta mengumpulkan keterangan dari para saksi. "Menurut keterangan sejumlah saksi pagi itu tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan dan tangis korban sehingga sejumlah tetangganya langsung berlari menuju rumah korban," jelasnya.
Setiba di TKP sejumlah warga sudah mendapati korban dalam posisi terlentang di pekarangan rumahnya dengan bersimbah darah. "Tapi saat para tetangga mencoba menolong ternyata pintu gerbang rumah korban terkunci dari dalam. Beberapa saat kemudian, pelaku yang akhirnya membuka pintu gerbang dan meninggalkan rumahnya dengan mengendarai sepeda motor ke arah selatan," terangnya.
Setelah itu barulah warga bisa mengevakuasi korban ke RSU Payangan. Pihaknya pun berhasil mengamankan barang bukti di TKP berupa satu buah pisau pemutik, satu buah baju berwarna merah yang diduga ada darahnya, satu pasang sandal warna pink yang diduga ada darahnya serta satu buah gigi palsu yang diduga milik korban. "Untuk terlapor yang merupakan orang dengan gangguan kejiwaan saat ini masih dilakukan pencarian oleh unit opsnal Polsek Payangan," terang Kapolsek.
Belum tertangkapnya Kolok pasca membunuh ibu tirinya, Minggu kemarin membuat warga Payangan, khususnya Banjar Marga Tengah, Desa Kerta dihantui rasa takut. Warga resah dan khawatir jika Kolok muncul secara tiba-tiba. Terlebih, kejadian tragis tersebut terjadi saat warga setempat menggelar persiapan upacara ngaben di bale banjar.
Kelian Dinas Banjar Marga Tengah, I Kadek Dwi Wedana saat dikonfirmasi mengungkapkan pasca kejadian ini, warganya cukup resah. Sebab tindakan tersebut telah dilakukan pelaku sebanyak dua kali sebelumnya terhadap kumpi dan ibu kandung. Kelian Kadek Dwi menjelaskan, pasca menghabisi nenek (kumpin)nya sekitar lima tahun lalu, krama sudah mengusulkan agar pelaku dibuatkan kamar khusus, agar tidak berkeliaran di pemukiman. Usai dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali, hal tersebut telah dipenuhi oleh pihak keluarga. Namun setelah berjalan cukup lama, dia kembali dilepas dan diberikan berbaur.
"Usai kejadian ini, kami harap pemerintah agar ikut memberikan solusi. Kalau kami sih maunya agar tidak lagi di sini, entah di RSJ selamanya atau dibuatkan tempat khusus, karena kalau di sini, pelaku membuat masyarakat ketakutan. Dulu saja, waktu menghabisi neneknya, warga dua minggu tidak berani keluar rumah," ungkapnya. Jikapun harus di banjar ini, dia meminta pihak keluarga agar yang bersangkutan ditaruh di rumah khusus, dan tidak dilepas.
Hal ini untuk kebaikan bersama, yakni yang bersangkutan tidak melukai warga atau warga supaya tak menghakimi yang bersangkutan. "Di rumahnya sudah ada rumah khusus. Tapi intensnya, ada 1 tahun di rumah itu. Kami harap seterusnya. Agar tak merembet ke warga lain, dan tak terjadi penghakiman," harapannya.
Terkait upacara kematian korban atau ibu tiri pelaku, tidak dilakukan di banjar. Sebab upacara ngaben di banjar sudah mepet. Senin (19/9) ini, sudah memasuki upacara ngewangun. Maka itu jenazah korban masih dititipkan di rumah sakit sampai 6 Oktober 2022. Pihaknya juga mengimbau agar warga tetap waspada, jangan meninggalkan anak kecil. Sebab pelaku masih berkeliaran. "Kami imbau agar masyarakat waspada. Anak-anak jangan ditinggalkan sendirian. Saya sendiri sudah menyebar foto yang bersangkutan, agar kalau ketemu bisa dilaporkan ke yang berwajib," jelasnya.
Terpisah Direktur RSJ Bali, dr Dewa Gede Basudewa SpKj saat dikonfirmasi membenarkan jika Wayan Agus Arnawa merupakan pasien RSJ Bali. Wayan Agus dirawat pada 2017 lalu dan kini masih rutin melakukan kontrol. Disebutkan jika Wayan Agus memang memiliki riwayat gangguan jiwa berat. "Sempat dirawat di RSJ Bali sekitar tahun 2017. Dan sesuai catatan terakhir di RSJ Bali, dia sempat keluar-masuk RSJ pada bulan Maret hingga Juli 2022," ungkapnya.
Disampaikan pula, selama menjalani perawatan di RSJ, Wayan Agus menunjukkan gejala membaik, tenang dan ramah. Namun demikian, hal tersebut dinilai masih berupa keterangan secara subjektif. "Masa perawatan tergolong pendek-pendek. Ada yang dua minggu dirawat, setelah kondisinya bagus akhirnya pulang. Keluarga dan pasien juga sangat kooperatif dalam melakukan kontrol bulanan," bebernya.
Disinggung terkait Wayan Agus yang kembali melakukan aksi pembunuhan, dr Basudewa menyampaikan jika pihaknya belum dapat memastikan. Perlu dilakukan pendalaman atas tindakannya tersebut. "Apakah karena konsumsi obatnya, apakah berhubungan dengan gangguan jiwanya, bagaimana kondisinya terakhir, dan sebagainya kita perlu gali lagi. Tentunya setelah yang bersangkutan ditemukan, dan dibawa ke RSJ Bali," terangnya. *nvi, esa
Sebelumnya, Kolok membunuh kumpinya sendiri, Ni Wayan Uyut, 80, pada Jumat (9/6) tahun 2017 silam. Sebelumnya lagi, Kolok juga pernah menusuk perut ibu kandungnya. Meski sempat dirawat ke rumah sakit akhirnya ibu kandung pelaku meninggal dunia. Pasca menusuk ibu kandungnya, Kolok pun sempat diperiksa di RSJ Bangli dan dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan.
Meski begitu, Kolok dalam keseharian tampak seperti orang normal. Bahkan biasa mengendarai sepeda motor. Termasuk pasca menusuk ibu tirinya, Kolok langsung kabur mengendarai sepeda motor. Hingga kini, jajaran Polsek Payangan masih memburu keberadaan Kolok. Informasi dihimpun, sebelum kejadian diduga korban terlibat cekcok dengan anak tirinya yang diketahui mengidap gangguan kejiwaan, I Wayan Agus Arnawa,25, alias Kolok.
Pelaku yang ketika itu membawa senjata tajam dengan membabi buta menyerang korban hingga terluka bersimbah darah. Sayangnya nyawa korban tidak bisa diselamatkan dan dinyatakam meninggal dunia setelah sempat dilarik ke RSU Payangan. Namun tidak ada yang mengetahui dengan jelas kronologi peristiwa tersebut. Sebab saat itu suami korban, I Wayan Putrayasa,47, sedang berada di Balai Banjar Marga Tengah. Dia langsung bergegas pulang ke rumahnya setelah mendapatkan informasi bahwa istrinya terluka.
Bersama warga sekitar yang banyak mendatangi TKP, Putrayasa pun membawa korban ke RSU Payangan. Namun beberapa saat setelah sampai di rumah sakit, diberitahukan jika korban telah meninggal dunia. Kapolsek Payangan AKP I Putu Agus Ady Wijaya membenarkan perihal peristiwa tersebut. Setelah menerima laporan, pihaknya langsung turun ke TKP untuk melakukan olah TKP serta mengumpulkan keterangan dari para saksi. "Menurut keterangan sejumlah saksi pagi itu tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan dan tangis korban sehingga sejumlah tetangganya langsung berlari menuju rumah korban," jelasnya.
Setiba di TKP sejumlah warga sudah mendapati korban dalam posisi terlentang di pekarangan rumahnya dengan bersimbah darah. "Tapi saat para tetangga mencoba menolong ternyata pintu gerbang rumah korban terkunci dari dalam. Beberapa saat kemudian, pelaku yang akhirnya membuka pintu gerbang dan meninggalkan rumahnya dengan mengendarai sepeda motor ke arah selatan," terangnya.
Setelah itu barulah warga bisa mengevakuasi korban ke RSU Payangan. Pihaknya pun berhasil mengamankan barang bukti di TKP berupa satu buah pisau pemutik, satu buah baju berwarna merah yang diduga ada darahnya, satu pasang sandal warna pink yang diduga ada darahnya serta satu buah gigi palsu yang diduga milik korban. "Untuk terlapor yang merupakan orang dengan gangguan kejiwaan saat ini masih dilakukan pencarian oleh unit opsnal Polsek Payangan," terang Kapolsek.
Belum tertangkapnya Kolok pasca membunuh ibu tirinya, Minggu kemarin membuat warga Payangan, khususnya Banjar Marga Tengah, Desa Kerta dihantui rasa takut. Warga resah dan khawatir jika Kolok muncul secara tiba-tiba. Terlebih, kejadian tragis tersebut terjadi saat warga setempat menggelar persiapan upacara ngaben di bale banjar.
Kelian Dinas Banjar Marga Tengah, I Kadek Dwi Wedana saat dikonfirmasi mengungkapkan pasca kejadian ini, warganya cukup resah. Sebab tindakan tersebut telah dilakukan pelaku sebanyak dua kali sebelumnya terhadap kumpi dan ibu kandung. Kelian Kadek Dwi menjelaskan, pasca menghabisi nenek (kumpin)nya sekitar lima tahun lalu, krama sudah mengusulkan agar pelaku dibuatkan kamar khusus, agar tidak berkeliaran di pemukiman. Usai dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali, hal tersebut telah dipenuhi oleh pihak keluarga. Namun setelah berjalan cukup lama, dia kembali dilepas dan diberikan berbaur.
"Usai kejadian ini, kami harap pemerintah agar ikut memberikan solusi. Kalau kami sih maunya agar tidak lagi di sini, entah di RSJ selamanya atau dibuatkan tempat khusus, karena kalau di sini, pelaku membuat masyarakat ketakutan. Dulu saja, waktu menghabisi neneknya, warga dua minggu tidak berani keluar rumah," ungkapnya. Jikapun harus di banjar ini, dia meminta pihak keluarga agar yang bersangkutan ditaruh di rumah khusus, dan tidak dilepas.
Hal ini untuk kebaikan bersama, yakni yang bersangkutan tidak melukai warga atau warga supaya tak menghakimi yang bersangkutan. "Di rumahnya sudah ada rumah khusus. Tapi intensnya, ada 1 tahun di rumah itu. Kami harap seterusnya. Agar tak merembet ke warga lain, dan tak terjadi penghakiman," harapannya.
Terkait upacara kematian korban atau ibu tiri pelaku, tidak dilakukan di banjar. Sebab upacara ngaben di banjar sudah mepet. Senin (19/9) ini, sudah memasuki upacara ngewangun. Maka itu jenazah korban masih dititipkan di rumah sakit sampai 6 Oktober 2022. Pihaknya juga mengimbau agar warga tetap waspada, jangan meninggalkan anak kecil. Sebab pelaku masih berkeliaran. "Kami imbau agar masyarakat waspada. Anak-anak jangan ditinggalkan sendirian. Saya sendiri sudah menyebar foto yang bersangkutan, agar kalau ketemu bisa dilaporkan ke yang berwajib," jelasnya.
Terpisah Direktur RSJ Bali, dr Dewa Gede Basudewa SpKj saat dikonfirmasi membenarkan jika Wayan Agus Arnawa merupakan pasien RSJ Bali. Wayan Agus dirawat pada 2017 lalu dan kini masih rutin melakukan kontrol. Disebutkan jika Wayan Agus memang memiliki riwayat gangguan jiwa berat. "Sempat dirawat di RSJ Bali sekitar tahun 2017. Dan sesuai catatan terakhir di RSJ Bali, dia sempat keluar-masuk RSJ pada bulan Maret hingga Juli 2022," ungkapnya.
Disampaikan pula, selama menjalani perawatan di RSJ, Wayan Agus menunjukkan gejala membaik, tenang dan ramah. Namun demikian, hal tersebut dinilai masih berupa keterangan secara subjektif. "Masa perawatan tergolong pendek-pendek. Ada yang dua minggu dirawat, setelah kondisinya bagus akhirnya pulang. Keluarga dan pasien juga sangat kooperatif dalam melakukan kontrol bulanan," bebernya.
Disinggung terkait Wayan Agus yang kembali melakukan aksi pembunuhan, dr Basudewa menyampaikan jika pihaknya belum dapat memastikan. Perlu dilakukan pendalaman atas tindakannya tersebut. "Apakah karena konsumsi obatnya, apakah berhubungan dengan gangguan jiwanya, bagaimana kondisinya terakhir, dan sebagainya kita perlu gali lagi. Tentunya setelah yang bersangkutan ditemukan, dan dibawa ke RSJ Bali," terangnya. *nvi, esa
1
Komentar