Diperpa Badung Gencarkan Vaksinasi Rabies
Jelang KTT G20, Anjing Liar Jadi Atensi
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Pertanian dan Pangan (Diperpa) Kabupaten Badung memberikan atensi khusus keberadaan anjing liar di wilayah Kecamatan Kuta Selatan.
Terlebih tidak lama lagi akan digelar KTT G20 yang bakal dihadiri sejumlah kepala negara serta para delegasi. Salah satu yang dilakukan dengan menggencarkan vaksinasi rabies. Kabid Kesehatan Hewan Diperpa Badung I Gede Asrama, mengatakan rabies menjadi ancaman serius yang diatensi Pemkab Badung, karena belakangan ini kasus tersebut mulai bermunculan di sejumlah daerah di Bali termasuk di Badung. “Ada 7 ekor anjing yang kita temukan terinfeksi rabies, itu sudah kita lakukan penanganan. Tahun ini kasus gigitan anjing rabies pertama kali muncul di Banjar Panti Giri (Kutuh), dan itu sudah direspon. Untuk kasus kedua muncul di Ungasan dan itu juga sudah kita respon,” kata Asrama dikonfirmasi, Senin (19/9).
Menurutnya, dari total populasi anjing di Kabupaten Badung, masih ada sekitar 5 persen anjing liar dan sekitar 25 persen anjing tidak dikandangkan. Seiring dengan munculnya kasus rabies tersebut, pihaknya terus menggencarkan vaksinasi rabies ke seluruh desa dan kelurahan. Dia juga berharap dari para dog lovers untuk ikut membantu dalam melakukan pemeliharaan anjing. Sebab bentuk perhatian dinilainya bukan hanya semata memberikan makanan, tetapi juga perawatan.
“Shelter penampungan anjing liar yang dikerjasamakan Pemkab Badung saat ini kondisinya sudah hampir penuh. Sementara langkah eleminasi tidaklah bisa dilakukan kepada anjing liar, karena sangat sensitif dan itu bertentangan dengan UU perlindungan hewan,” kata Asrama.
Sementara, Kelian Adat Banjar Ubung, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Made Subagiada, mengakui masih banyak anjing yang dilepas liarkan di sejumlah titik. Salah satu titik yang paling banyak ditemukan anjing liar yakni di Jalan Wanagiri sampai ke Jalan Karang Mas. Masyarakat dan pengguna jalan sering menemukan sejumlah anjing yang berkerumun hampir setiap hari. Anjing tersebut cenderung berkeliaran ke jalan, sehingga membuat pengendara khawatir bahkan takut saat melintas.
“Selain takut menabrak, mungkin mereka takut digigit. Ini tentu kita perlu atensi serius, jangan sampai muncul kasus rabies akibat gigitan anjing liar,” katanya, Senin (19/9).
Subagiada berharap ada upaya serius untuk mengatasi masalah ini. Jika hal itu terus dibiarkan akan sangat membahayakan bagi pengendara, masyarakat, maupun anjing itu sendiri.
Subagiada juga berharap kepada pihak yang memberikan makan anjing agar jangan hanya memberikan perhatian berupa memberi makan, melainkan memperhatikan aspek keselamatan dan kenyamanan. “Mungkin maksudnya baik, tapi efek negatifnya juga besar. Saya harap pola ini diubah, untuk kenyamanan bersama,” harapnya.
Kondisi serupa ternyata juga terjadi di wilayah Peminge, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan. Utamanya di kawasan akses masuk dekat Pura Geger. Menurut salah seorang warga bernama Nyoman Beker, keberadaan anjing liar tersebut dikhawatirkan akan berpotensi menganggu kenyamanan wisatawan, karena kemunculannya terkadang bergerombol. Untuk itu, jelang perhelatan KTT G20, kondisi itu diharapkan dapat diatensi serius. Sebab salah satu hotel di kawasan itu menjadi venue utama KTT G20, sehingga citra wilayah sangat perlu dijaga dengan baik. “Sepertinya ada yang memelihara, karena ada yang memberikan makan rutin,” katanya. *dar
1
Komentar