Tarif Speed Boat di Ulun Danu Beratan Naik
Manajemen DTW Ulun Danu Beratan berencana mengalihkan speed boat bertenaga BBM menjadi listrik.
TABANAN, NusaBali
Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), membuat usaha pengelola speed boat di DTW Ulun Danu Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, ikut menaikkan tarif. Tarif naik mulai Rabu (21/9) menjadi Rp 200.000 per speed boat kapasitas 5 orang, dari sebelumnya sebesar Rp 150.000.
Manajer DTW Ulun Danu Beratan I Wayan Mustika, mengatakan kenaikan tarif diberlakukan mulai Rabu (21/9), sebesar Rp 200.000 dengan kapasitas 5 orang. “Mulai hari ini (kemarin) tarif naik. Kenaikan tarif ini sudah berdasarkan hitung-hitungan riil. Ada kenaikan Rp 50.000 dari tarif sebelumnya,” ujar Mustika, Rabu (21/9).
Kata dia, dengan naiknya tarif ini diharapkan tidak sampai mempengaruhi minat wisatawan untuk menikmati wisata air. Meskipun saat ini minat menikmati wisata air menggunakan speed boat turun dibanding sebelum Covid-19. “Kalau sekarang yang naik boat paling hanya 5-6 unit boat. Kalau sebelum Covid-19 bisa sampai 10 unit boat habis dalam sehari,” kata Mustika.
Disebutkan, DTW Ulun Danu Beratan memiliki 10 unit boat. Dari jumlah itu 3 unit diprioritaskan untuk upacara agama ketika krama melakukan prosesi upacara mulang pakelem. Sementara sisanya atau 7 unit digunakan untuk komersil.
Mustika menambahkan, mengenai pendapatan Ulun Danu Beratan dari wisata air speed boat ini tiap bulannya mengalami pasang surut. Namun saat ini pendapatan jauh menurun dibandingkan sebelum Covid-19.
Jika sebelum Covid-19 pendapatan bersih didapat tembus Rp 50 juta per bulan, kini hanya diangkat Rp 30 juta per bulan, bahkan bisa menurun sampai Rp 20 juta per bulan. “Memang kalau kita bandingkan sebelum dan sesuai Covid-19 jauh menurun sampai 50 persen,” tegasnya.
Bahkan untuk mengurangi polusi lingkungan khusus di danau, manajemen DTW Ulun Danu Beratan berencana menggunakan speed boat listrik. Saat ini tengah dijajaki untuk hal tersebut. “Kami rencana akan terapkan mesin listrik untuk boat, tahun depan mulai penjajakan. Sekarang kami gunakan pertamax untuk bahan bakar boat yang kami miliki,” tandas Mustika.
Sementara di sisi lain, kunjungan wisatawan secara umum di DTW Ulun Danu Beratan khusus bulan September mengalami penurunan, khususnya wisatawan mancanegara. Pada Agustus lalu per harinya kunjungan mencapai 1.500 orang, namun sekarang di angka 800 orang.
“Penurunan terjadi diprediksi karena kunjungan wisman yang berkurang, lagi pula kunjungan wisatawan China belum berdampak meskipun sudah adanya penerbangan menuju Bali. Jadi kunjungan hanya 1-2 orang wisman,” tegas Mustika.
Kendatipun kunjungan wisman menurun, namun jika dikalkulasikan kunjungan antara wisman dan domestik ke Ulun Danu Beratan sudah imbang. Wisman yang banyak berkunjung itu adalah dari Vietnam, Singapura, Malaysia, dan India yang mendominasi. “Sementara kalau domestik banyak dari luar Bali,” tandas Mustika. *des
Manajer DTW Ulun Danu Beratan I Wayan Mustika, mengatakan kenaikan tarif diberlakukan mulai Rabu (21/9), sebesar Rp 200.000 dengan kapasitas 5 orang. “Mulai hari ini (kemarin) tarif naik. Kenaikan tarif ini sudah berdasarkan hitung-hitungan riil. Ada kenaikan Rp 50.000 dari tarif sebelumnya,” ujar Mustika, Rabu (21/9).
Kata dia, dengan naiknya tarif ini diharapkan tidak sampai mempengaruhi minat wisatawan untuk menikmati wisata air. Meskipun saat ini minat menikmati wisata air menggunakan speed boat turun dibanding sebelum Covid-19. “Kalau sekarang yang naik boat paling hanya 5-6 unit boat. Kalau sebelum Covid-19 bisa sampai 10 unit boat habis dalam sehari,” kata Mustika.
Disebutkan, DTW Ulun Danu Beratan memiliki 10 unit boat. Dari jumlah itu 3 unit diprioritaskan untuk upacara agama ketika krama melakukan prosesi upacara mulang pakelem. Sementara sisanya atau 7 unit digunakan untuk komersil.
Mustika menambahkan, mengenai pendapatan Ulun Danu Beratan dari wisata air speed boat ini tiap bulannya mengalami pasang surut. Namun saat ini pendapatan jauh menurun dibandingkan sebelum Covid-19.
Jika sebelum Covid-19 pendapatan bersih didapat tembus Rp 50 juta per bulan, kini hanya diangkat Rp 30 juta per bulan, bahkan bisa menurun sampai Rp 20 juta per bulan. “Memang kalau kita bandingkan sebelum dan sesuai Covid-19 jauh menurun sampai 50 persen,” tegasnya.
Bahkan untuk mengurangi polusi lingkungan khusus di danau, manajemen DTW Ulun Danu Beratan berencana menggunakan speed boat listrik. Saat ini tengah dijajaki untuk hal tersebut. “Kami rencana akan terapkan mesin listrik untuk boat, tahun depan mulai penjajakan. Sekarang kami gunakan pertamax untuk bahan bakar boat yang kami miliki,” tandas Mustika.
Sementara di sisi lain, kunjungan wisatawan secara umum di DTW Ulun Danu Beratan khusus bulan September mengalami penurunan, khususnya wisatawan mancanegara. Pada Agustus lalu per harinya kunjungan mencapai 1.500 orang, namun sekarang di angka 800 orang.
“Penurunan terjadi diprediksi karena kunjungan wisman yang berkurang, lagi pula kunjungan wisatawan China belum berdampak meskipun sudah adanya penerbangan menuju Bali. Jadi kunjungan hanya 1-2 orang wisman,” tegas Mustika.
Kendatipun kunjungan wisman menurun, namun jika dikalkulasikan kunjungan antara wisman dan domestik ke Ulun Danu Beratan sudah imbang. Wisman yang banyak berkunjung itu adalah dari Vietnam, Singapura, Malaysia, dan India yang mendominasi. “Sementara kalau domestik banyak dari luar Bali,” tandas Mustika. *des
1
Komentar