7 Bulan, Ekspor Bali Naik 25,71%
Dari sisi ekspor, Bali sudah mengarah ke perkembangan positif
DENPASAR,NusaBali
Perekonomian Bali menunjukkan trend positif pasca meredanya pandemi Covid-19. Hal tersebut tergambar dari ekspor Bali ke luar negeri yang meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat dalam rentang waktu 7 bulan, Januari-Juli 2022 nilai ekspor Bali meraup 349.527.214 dollar AS (Rp 5,2 trilun). Meningkat 25,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Ketika itu nilai ekspor Bali tercatat 278.035.950 dollar AS (Rp 4,1 triliun).
Ada 10 komoditas utama ekspor Bali. Antara lain ikan, krustasea dan molusca, pakaian dan aksesorisnya (rajutan). Logam mulia dan perhiasan atau permata. Selanjutnya kertas, karton dan barang daripadanya. Disusul kayu dan barang dari kayu sampai dengan barang kapas.
Tercatat 10 negara menjadi tujuan utama ekspor Bali. Negara- negara tersebut antara lain Amerika Serikat, Singapura, Australia, Jepang, Perancis dan Jerman. Berikutnya Tiongkok, Inggris, Belanda serta Thailand.
Dari 10 negara tujuan ekspor Bali, Amerika Serikat sebagai pangsa pasar ekspor Bali terbesar dengan kontribusi 34,53 persen dari total kumulatif ekspor. Prosentase ekspor paling kecil untuk sementara dengan tujuan Thailand, 2,49 persen. Sedang peningkatan kumulatif ekspor tertinggi dari Singapura, yakni 530,76 persen.
Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya mengiyakan peningkatan ekspor mengindikasikan ada perbaikan pada perekonomian Bali.
“Namun ekspor hanyalah salah satu indikator saja,” ucapnya ketika dikonfirmasi, Rabu (21/9). Tegas dia, banyak ukuran untuk membuat kesimpulan tentang kondisi ekonomi.
Namun demikian, kata Hanif Yahya, dari data ekspor tersebut ekonomi Bali setidaknya sudah mengarah kepada perbaikan. “Jadi dari sisi ekspor sudah mengarah perkembangan positif,” ucap Hanif Yahya.
Terpisah pengamat ekonomi Prof Ida Bagus Raka Suardana, mengamini pernyataan Kepala BPS Provinsi Bali.
“ Ekspor itu hanya salah satu indicator saja. Indikator yang lain tentu masih ada. Seperti pariwisata dan realisasi belanja pemerintah dan lainnya,” jelas pria yang akademisi dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar.
Dikatakan Prof Raka Suardana, tidak rumit untuk menjelaskan peran ekspor. “Sederhana saja.” Dari ekspor, tentu ada masuk devisa dalam valuta asing. Selanjutnya devisa, apakah dalam bentuk dollar Amerika Serikat atau Euro, Eropa ‘dirupiahkan’ . Dengan devisa eksportir maupun pengusaha membayar karyawan, membeli bahan baku maupun transaksi lainnya. “Itulah yang berdampak terhadap pergerakan ekonomi,” jelasnya.
Dia mengingatkan trend positif ekspor Bali, mesti bisa dipertahankan dan terus ditingkatkan. Caranya, tingkatkan terus mutu produk, sehingga tetap unggul dalam daya saing dengan produk serupa di luar. Dia mencontohkan produk kerajinan atau handycraft . Orisinil karena dibuat secara manual merupakan keunggulan handycraft Bali. Beda dengan produk sejenis dari luar yang banyak artificial.
Dikatakam Raka Suardana, keotentikan dari produk handycraft itulah yang mesti dipertahankan. Tentu tak cukup itu saja. Kelancaran logistik dan transportasi, faktor yang juga sangat menentukan. Terkait hal itu, dia berharap tidak ada regulasi yang saling tumpang tindih dalam masalah logistik dan transportasi untuk mendukung laju pertumbuhan ekspor Bali.
I Ketut Darma Siadja, ekspotir Bali asal Desa Mas, Gianyar berharap pemerintah membantu memfasilitasi sejumlah hal untuk mendukung peningkatan ekspor pasca mereda pandemi Covid-19. Fasilitas yang diharapkan antara lain kebijakan bunga pinjaman rendah kepada pelaku UMKM. Kemudian membantu pemasaran, apakah dalam bentuk pameran atau event- event lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
“Itu yang kami harapkan bisa difasilitasi untuk membantu perajin,” ucap yang Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Eksportir dan Produsen Handycraft Indonesia (DPD Asephi) Bali. *K17
Ada 10 komoditas utama ekspor Bali. Antara lain ikan, krustasea dan molusca, pakaian dan aksesorisnya (rajutan). Logam mulia dan perhiasan atau permata. Selanjutnya kertas, karton dan barang daripadanya. Disusul kayu dan barang dari kayu sampai dengan barang kapas.
Tercatat 10 negara menjadi tujuan utama ekspor Bali. Negara- negara tersebut antara lain Amerika Serikat, Singapura, Australia, Jepang, Perancis dan Jerman. Berikutnya Tiongkok, Inggris, Belanda serta Thailand.
Dari 10 negara tujuan ekspor Bali, Amerika Serikat sebagai pangsa pasar ekspor Bali terbesar dengan kontribusi 34,53 persen dari total kumulatif ekspor. Prosentase ekspor paling kecil untuk sementara dengan tujuan Thailand, 2,49 persen. Sedang peningkatan kumulatif ekspor tertinggi dari Singapura, yakni 530,76 persen.
Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya mengiyakan peningkatan ekspor mengindikasikan ada perbaikan pada perekonomian Bali.
“Namun ekspor hanyalah salah satu indikator saja,” ucapnya ketika dikonfirmasi, Rabu (21/9). Tegas dia, banyak ukuran untuk membuat kesimpulan tentang kondisi ekonomi.
Namun demikian, kata Hanif Yahya, dari data ekspor tersebut ekonomi Bali setidaknya sudah mengarah kepada perbaikan. “Jadi dari sisi ekspor sudah mengarah perkembangan positif,” ucap Hanif Yahya.
Terpisah pengamat ekonomi Prof Ida Bagus Raka Suardana, mengamini pernyataan Kepala BPS Provinsi Bali.
“ Ekspor itu hanya salah satu indicator saja. Indikator yang lain tentu masih ada. Seperti pariwisata dan realisasi belanja pemerintah dan lainnya,” jelas pria yang akademisi dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar.
Dikatakan Prof Raka Suardana, tidak rumit untuk menjelaskan peran ekspor. “Sederhana saja.” Dari ekspor, tentu ada masuk devisa dalam valuta asing. Selanjutnya devisa, apakah dalam bentuk dollar Amerika Serikat atau Euro, Eropa ‘dirupiahkan’ . Dengan devisa eksportir maupun pengusaha membayar karyawan, membeli bahan baku maupun transaksi lainnya. “Itulah yang berdampak terhadap pergerakan ekonomi,” jelasnya.
Dia mengingatkan trend positif ekspor Bali, mesti bisa dipertahankan dan terus ditingkatkan. Caranya, tingkatkan terus mutu produk, sehingga tetap unggul dalam daya saing dengan produk serupa di luar. Dia mencontohkan produk kerajinan atau handycraft . Orisinil karena dibuat secara manual merupakan keunggulan handycraft Bali. Beda dengan produk sejenis dari luar yang banyak artificial.
Dikatakam Raka Suardana, keotentikan dari produk handycraft itulah yang mesti dipertahankan. Tentu tak cukup itu saja. Kelancaran logistik dan transportasi, faktor yang juga sangat menentukan. Terkait hal itu, dia berharap tidak ada regulasi yang saling tumpang tindih dalam masalah logistik dan transportasi untuk mendukung laju pertumbuhan ekspor Bali.
I Ketut Darma Siadja, ekspotir Bali asal Desa Mas, Gianyar berharap pemerintah membantu memfasilitasi sejumlah hal untuk mendukung peningkatan ekspor pasca mereda pandemi Covid-19. Fasilitas yang diharapkan antara lain kebijakan bunga pinjaman rendah kepada pelaku UMKM. Kemudian membantu pemasaran, apakah dalam bentuk pameran atau event- event lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
“Itu yang kami harapkan bisa difasilitasi untuk membantu perajin,” ucap yang Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Eksportir dan Produsen Handycraft Indonesia (DPD Asephi) Bali. *K17
Komentar