BWS Bali-Penida Pastikan Penataan Akhir Tahun
Abrasi di Pantai Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan
Penanganan abrasi satu paket dengan penataan di Pantai Selagan Nusa Dua dan Sanur
MANGUPURA, NusaBali
Kondisi abrasi Pantai Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung menjadi sorotan masyarakat. Pasalnya kondisi pantai tampak compang-camping akibat abrasi parah. Pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida memastikan segera mengupayakan perbaikan pada akhir tahun ini.
Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) BWS Bali-Penida Wayan Riasa, mengatakan penanganan abrasi di Pantai Tanjung Benoa sudah direncanakan. Penanganan abrasi tersebut menjadi satu dengan paket pengerjaan dampak abrasi di Pantai Selagan Nusa Dua dan Sanur. Bahkan, selain melakukan koordinasi dengan pihak terkait, BWS Bali-Penida juga juga sempat bertemu dengan Bendesa Tanjung Benoa. “Sudah dilakukan kajian. Jadi kondisi abrasi itu dikerjakan satu paket dengan dua pantai lainnya,” kata Riasa, Minggu (25/9).
Dijelaskan, penanganan yang dilakukan sesuai dengan permohonan masyarakat dan hasil kajian yang telah dilakukan, yakni pembangunan groin atau tanggul pemecah ombak, pengisian pasir, dan perbaikan lainnya. Rencananya pembangunan di Pantai Tanjung Benoa akan dikerjakan setelah di Pantai Selagan, Nusa Dua dikerjakan. Hal ini dikarenakan adanya event KTT G20 yang sudah dekat, sehingga penataan akan dilakukan di pantai Selagan Nusa Dua terlebih dahulu. “Karena kaitannya dengan G20, jadi kita konsentrasi dulu di Nusa Dua. Rencananya Oktober ini (untuk penataan Pantai Selagan, Red) setelah itu baru akan diambil di Sanur dan Tanjung Benoa,” jelas Riana.
Penanganan abrasi tiga pantai tersebut, Riasa mengaku memerlukan waktu selama setahun penuh. Kemudian untuk perkiraan anggaran sekitar Rp 15 miliar. Dana tersebut bersumber dari Japan International Cooperation Agency (JICA) yang merupakan lanjutan dari Bali Beach Conservation Project (BBCP) tahap I, di mana pengerjaan di tiga pantai, yang merupakan satu paket. “Kami sudah menandatangani kontrak dari 20 September 2022 sampai 20 September 2023. Jadi pengerjaan pantai itu jadi satu paket semuanya,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, parahnya abrasi yang terjadi di Pantai Tanjung Benoa mengakibatkan selain membuat compang-camping kawasan, juga mengakibatkan satu bangunan alami kerusakan. Dampak abrasi ini dikhawatirkan dapat melebar. Apalagi lokasi abrasi juga berdekatan dengan Setra Banjar Dharma Yasa. Kala itu, Bendesa Adat Tanjung Benoa I Made Wijaya atau sering disapa Yonda, menegaskan abrasi sudah terjadi sejak 2019. Melihat kondisi tersebut, pihaknya sebagai pengayah desa, telah berkoordinasi berkali-kali, namun belum ada respon. Yonda berharap kepada institusi terkait agar bisa segera melakukan penyelamatan akibat abrasi.
“Sekarang sudah berjalan beberapa tahun, abrasi sangat cepat. Kondisi di lapangan, sejumlah bangunan sudah terkikis. Bahkan beberapa warung yang sebelumnya ada, kini sudah mulai hilang,” sebutnya. *dar
Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) BWS Bali-Penida Wayan Riasa, mengatakan penanganan abrasi di Pantai Tanjung Benoa sudah direncanakan. Penanganan abrasi tersebut menjadi satu dengan paket pengerjaan dampak abrasi di Pantai Selagan Nusa Dua dan Sanur. Bahkan, selain melakukan koordinasi dengan pihak terkait, BWS Bali-Penida juga juga sempat bertemu dengan Bendesa Tanjung Benoa. “Sudah dilakukan kajian. Jadi kondisi abrasi itu dikerjakan satu paket dengan dua pantai lainnya,” kata Riasa, Minggu (25/9).
Dijelaskan, penanganan yang dilakukan sesuai dengan permohonan masyarakat dan hasil kajian yang telah dilakukan, yakni pembangunan groin atau tanggul pemecah ombak, pengisian pasir, dan perbaikan lainnya. Rencananya pembangunan di Pantai Tanjung Benoa akan dikerjakan setelah di Pantai Selagan, Nusa Dua dikerjakan. Hal ini dikarenakan adanya event KTT G20 yang sudah dekat, sehingga penataan akan dilakukan di pantai Selagan Nusa Dua terlebih dahulu. “Karena kaitannya dengan G20, jadi kita konsentrasi dulu di Nusa Dua. Rencananya Oktober ini (untuk penataan Pantai Selagan, Red) setelah itu baru akan diambil di Sanur dan Tanjung Benoa,” jelas Riana.
Penanganan abrasi tiga pantai tersebut, Riasa mengaku memerlukan waktu selama setahun penuh. Kemudian untuk perkiraan anggaran sekitar Rp 15 miliar. Dana tersebut bersumber dari Japan International Cooperation Agency (JICA) yang merupakan lanjutan dari Bali Beach Conservation Project (BBCP) tahap I, di mana pengerjaan di tiga pantai, yang merupakan satu paket. “Kami sudah menandatangani kontrak dari 20 September 2022 sampai 20 September 2023. Jadi pengerjaan pantai itu jadi satu paket semuanya,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, parahnya abrasi yang terjadi di Pantai Tanjung Benoa mengakibatkan selain membuat compang-camping kawasan, juga mengakibatkan satu bangunan alami kerusakan. Dampak abrasi ini dikhawatirkan dapat melebar. Apalagi lokasi abrasi juga berdekatan dengan Setra Banjar Dharma Yasa. Kala itu, Bendesa Adat Tanjung Benoa I Made Wijaya atau sering disapa Yonda, menegaskan abrasi sudah terjadi sejak 2019. Melihat kondisi tersebut, pihaknya sebagai pengayah desa, telah berkoordinasi berkali-kali, namun belum ada respon. Yonda berharap kepada institusi terkait agar bisa segera melakukan penyelamatan akibat abrasi.
“Sekarang sudah berjalan beberapa tahun, abrasi sangat cepat. Kondisi di lapangan, sejumlah bangunan sudah terkikis. Bahkan beberapa warung yang sebelumnya ada, kini sudah mulai hilang,” sebutnya. *dar
1
Komentar