Harga Murah, Kubis Dibiarkan Membusuk
Petani sayur di Desa Bayung Gede cukup terbantu dengan harga cabai di kisaran Rp 50.000 per kilogram.
BANGLI, NusaBali
Sejak beberapa minggu terakhir harga kubis di pasaran turun drastis. Sempat Rp 8.000 per kilogram, kini merosot jadi Rp 300 per kilogram. Harga murah tidak mampu menutupi biaya produksi. Akibat tidak laku di pasaran, petani membiarkan kubisnya membusuk. Ada juga menjadikan kubisnya sebagai pupuk.
Salah seorang petani di Banjar Dinas Pludu, Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Wayan Widana mengatakan harga kubis sempat Rp 8.000 per kilogram. Hanya bertahan sebentar, harga berangsur turun di kisaran Rp 3.000 per kilogram. Namun hampir sebulan ini harga kubis Rp 300 per kilogram. Penjualan kubis jauh dari biaya produksi. “Dari masa tanam hingga panen satu pohon kubis dengan biaya pemeliharaan Rp 800,” ungkap Widana, Minggu (25/9).
Harga kubis anjlok diperkirakan karena musim panen bersamaan. Kubis yang dihasilkan petani Bangli tidak hanya untuk memenuhi pasar lokal Bali, juga dikirim keluar daerah. “Saat ini di Jawa juga panen, jadi kami tidak mengirim kubis keluar daerah,” kata Widana. Tidak adanya permintaan dari luar daerah, otomatis petani hanya mengandalkan penjualan di pasar lokal. Sasarannya pasar di Bangli, Denpasar, dan Buleleng. “Ada juga pengepul yang datang untuk mengambil langsung ke petani,” ungkap Widana.
Widana tanam sekitar 10.000 kubis. Permintaan sedikit, kubis dipanen sedikit demi sedikit. Ada juga petani yang membiarkan kubis membusuk karena tidak laku. “Kubis yang tidak laku akhirnya dibuang dan dijadikan pupuk kompos,” jelasnya. Di Desa Bayung Gede, hampir 80 persen petani sayur. Sayur yang dikembangkan berbagai yakni kubis, sawi putih, terong dan lainnya.
Harga sayuran cendurung turun, tetapi petani di Desa Bayung Gede cukup terbantu dengan harga cabai di kisaran Rp 50.000 per kilogram. “Petani yang punya tanaman cabai cukup terdongkrak dan bisa menutup biaya produksi sayuran yang harganya turun,” ungkap Widana. *esa
Salah seorang petani di Banjar Dinas Pludu, Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Wayan Widana mengatakan harga kubis sempat Rp 8.000 per kilogram. Hanya bertahan sebentar, harga berangsur turun di kisaran Rp 3.000 per kilogram. Namun hampir sebulan ini harga kubis Rp 300 per kilogram. Penjualan kubis jauh dari biaya produksi. “Dari masa tanam hingga panen satu pohon kubis dengan biaya pemeliharaan Rp 800,” ungkap Widana, Minggu (25/9).
Harga kubis anjlok diperkirakan karena musim panen bersamaan. Kubis yang dihasilkan petani Bangli tidak hanya untuk memenuhi pasar lokal Bali, juga dikirim keluar daerah. “Saat ini di Jawa juga panen, jadi kami tidak mengirim kubis keluar daerah,” kata Widana. Tidak adanya permintaan dari luar daerah, otomatis petani hanya mengandalkan penjualan di pasar lokal. Sasarannya pasar di Bangli, Denpasar, dan Buleleng. “Ada juga pengepul yang datang untuk mengambil langsung ke petani,” ungkap Widana.
Widana tanam sekitar 10.000 kubis. Permintaan sedikit, kubis dipanen sedikit demi sedikit. Ada juga petani yang membiarkan kubis membusuk karena tidak laku. “Kubis yang tidak laku akhirnya dibuang dan dijadikan pupuk kompos,” jelasnya. Di Desa Bayung Gede, hampir 80 persen petani sayur. Sayur yang dikembangkan berbagai yakni kubis, sawi putih, terong dan lainnya.
Harga sayuran cendurung turun, tetapi petani di Desa Bayung Gede cukup terbantu dengan harga cabai di kisaran Rp 50.000 per kilogram. “Petani yang punya tanaman cabai cukup terdongkrak dan bisa menutup biaya produksi sayuran yang harganya turun,” ungkap Widana. *esa
1
Komentar