Ikastuti Terbitkan Buku Visi Pendirian SMPN 1 Ubud
GIANYAR, NusaBali
Ikatan Keluarga Alumni SMPN 1 Ubud (Ikastuti) menerbitkan buku berjudul ’Enam Dekade Merajut Visi Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati, Cerdaskan Kehidupan Bangsa Wujudkan Generasi Emas Berbudaya’.
Buku ini baru diluncurkan dalam versi online pada acara Reuni Ikastuti di The Royal Pita Maha, Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Minggu (25/9) siang. Dalam waktu segera, buku juga akan diluncurkan dalam versi cetak.
Buku ditulis dan disusun oleh tim dari para tokoh Ikastuti, yakni Prof Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De, Prof Dr Ir I Wayan Suarna MS, Prof Dr Drs I Made Sutama MPd, Prof drh I Ketut Berata MSi, Dr (HC) Ir AAG Rama Pujawan Dalem SH MH MCi, Drs I Ketut Budiyana, MSi, dan Drs I Made Nengah MPd.
Cok De yang juga Ketua Dewan Penasehat Ikastuti menilai Ikastuti merupakan bagian dari rangkaian sejarah hidup yang berharga dalam membentuk karakter dan keberdayaan intelektual. Insan ini juga melekatkan kenangan tentang bagaimana proses belajar mengajar, membentuk kebersamaan antar siswa dan para guru.
‘’Saat-saat itulah, kami termotivasi untuk belajar, membuka cakrawala ilmu yang luas sejalan dengan tuntunan spiritual, kecintaan pada tradisi, seni, adat, dan budaya yang menjadi jati diri kearifan lokal Bali,’’ jelas guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud, Denpasar ini.
Dirinya mengakui, SMP di jantung wisata Ubud itu telah menanamkan bekal menuju kedewasaan hidup berupa wawasan, pengetahuan, dan tuntunan luhur, hingga meraih cita-cita sebagaimana kini.
Menurutnya, apa yang dialami dan diperoleh di SMPN Ubud kala itu terlalu berharga untuk sekadar menjadi kenangan. Desakan hati untuk bertemu bersama karena ingin berbuat sesuatu yang mencerminkan sikap luhur dari ajaran yang didapatkan. ‘’Semua itu, kami baktikan pada almamater dan generasi berikutnya, serta Desa Ubud secara luas, tempat di mana kami tumbuh dan dibesarkan,’’ jelas Cok De.
Sebagaimana diketahui, Ikastuti diwujudkan untuk ikut berpartisipas dalam membangun kawasan Ubud dan sekitarnya, sebagai visi founding father SMPN Ubud, Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati, tahun 1952.
Kala itu, tokoh Puri Agung Ubud ini menggagas dan membangun SMP satu-satunya di Desa Ubud, demi memastikan pendidikan berkelanjutan bagi anak-anak di sekitar Ubud. 60 tahun lalu, Ida Tjokorda menyadari betapa Indonesia yang baru merdeka sulit bangkit membangun tanpa generasi terpelajar. Ubud, kala itu memiliki banyak anak dan pemuda
yang tekun dan penuh semangat melakoni tradisi, adat, dan budaya Bali.
Mereka menggarap sawah, berkarya seni patung dan lukis yang mengagumkan. Banyak juga yang tak sekolah meski sudah lulus SR (Sekolah Rakyat), akhirnya kembali ke sawah dan bergumul dengan mereka yang tak kenal sekolah.
Di lain sisi, Ubud membutuhkan generasi emas yang berpendidikan guna menggerakkan peradaban Desa Ubud di kemudian hari. Apa yang menjadi visi Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati kala itu, kini telah menjadi nyata. SMPN Ubud telah melahirkan generasi emas, yakni seniman lukis, tari, tabuh, patung, undagi, dokter, guru, dosen, pinandita, pebisnis, spiritual, praktisi usada, guru besar, politikus, petani, artis, dan staf khusus presiden. Kini, alumni SMPN Ubud bertekad melanjutkan, bahu membahu, mewujudkan visi Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati untuk menciptakan generasi emas. Visi diwujudnyatakan berbingkai kearifan lokal dan bernafaskan Tri Hita Karana.*lsa
Buku ditulis dan disusun oleh tim dari para tokoh Ikastuti, yakni Prof Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De, Prof Dr Ir I Wayan Suarna MS, Prof Dr Drs I Made Sutama MPd, Prof drh I Ketut Berata MSi, Dr (HC) Ir AAG Rama Pujawan Dalem SH MH MCi, Drs I Ketut Budiyana, MSi, dan Drs I Made Nengah MPd.
Cok De yang juga Ketua Dewan Penasehat Ikastuti menilai Ikastuti merupakan bagian dari rangkaian sejarah hidup yang berharga dalam membentuk karakter dan keberdayaan intelektual. Insan ini juga melekatkan kenangan tentang bagaimana proses belajar mengajar, membentuk kebersamaan antar siswa dan para guru.
‘’Saat-saat itulah, kami termotivasi untuk belajar, membuka cakrawala ilmu yang luas sejalan dengan tuntunan spiritual, kecintaan pada tradisi, seni, adat, dan budaya yang menjadi jati diri kearifan lokal Bali,’’ jelas guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud, Denpasar ini.
Dirinya mengakui, SMP di jantung wisata Ubud itu telah menanamkan bekal menuju kedewasaan hidup berupa wawasan, pengetahuan, dan tuntunan luhur, hingga meraih cita-cita sebagaimana kini.
Menurutnya, apa yang dialami dan diperoleh di SMPN Ubud kala itu terlalu berharga untuk sekadar menjadi kenangan. Desakan hati untuk bertemu bersama karena ingin berbuat sesuatu yang mencerminkan sikap luhur dari ajaran yang didapatkan. ‘’Semua itu, kami baktikan pada almamater dan generasi berikutnya, serta Desa Ubud secara luas, tempat di mana kami tumbuh dan dibesarkan,’’ jelas Cok De.
Sebagaimana diketahui, Ikastuti diwujudkan untuk ikut berpartisipas dalam membangun kawasan Ubud dan sekitarnya, sebagai visi founding father SMPN Ubud, Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati, tahun 1952.
Kala itu, tokoh Puri Agung Ubud ini menggagas dan membangun SMP satu-satunya di Desa Ubud, demi memastikan pendidikan berkelanjutan bagi anak-anak di sekitar Ubud. 60 tahun lalu, Ida Tjokorda menyadari betapa Indonesia yang baru merdeka sulit bangkit membangun tanpa generasi terpelajar. Ubud, kala itu memiliki banyak anak dan pemuda
yang tekun dan penuh semangat melakoni tradisi, adat, dan budaya Bali.
Mereka menggarap sawah, berkarya seni patung dan lukis yang mengagumkan. Banyak juga yang tak sekolah meski sudah lulus SR (Sekolah Rakyat), akhirnya kembali ke sawah dan bergumul dengan mereka yang tak kenal sekolah.
Di lain sisi, Ubud membutuhkan generasi emas yang berpendidikan guna menggerakkan peradaban Desa Ubud di kemudian hari. Apa yang menjadi visi Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati kala itu, kini telah menjadi nyata. SMPN Ubud telah melahirkan generasi emas, yakni seniman lukis, tari, tabuh, patung, undagi, dokter, guru, dosen, pinandita, pebisnis, spiritual, praktisi usada, guru besar, politikus, petani, artis, dan staf khusus presiden. Kini, alumni SMPN Ubud bertekad melanjutkan, bahu membahu, mewujudkan visi Ida Tjokorda Gde Agung Sukawati untuk menciptakan generasi emas. Visi diwujudnyatakan berbingkai kearifan lokal dan bernafaskan Tri Hita Karana.*lsa
Komentar