Hydra Tunjukkan Pendewasaan Bermusik Lewat 'Evolution Vol 2'
DENPASAR, NusaBali
Para fans Hydra dapat merasakan evolusi bermusik grup band yang terbentuk tahun 1999 melalui mini album atau Extended Play (EP) berjudul 'Evolution Vol 2', yang dirilis secara resmi pada Kamis (22/9).
Melalui album ini para penggemar dapat melihat proses pendewasaan bermusik para personel Hydra. Evolusi bermusik Hydra sejatinya sudah bisa dirasakan ketika mereka melaunching mini album 'Evolusi Vol 1' pada 2021. Album tersebut berisikan lima nomor lama yang direkam dan diaransemen ulang. Ada perubahan musikalitas di tubuh Hydra saat kembali berkarya.
Dibentuk tahun 1999, kiprah unit rock asal Bali Hydra di musik nasional tidak perlu diragukan lagi. Sayangnya, dalam perjalanannya para personel Hydra memutuskan berpisah di tahun 2003. Setelah 17 tahun hiatus, tepatnya di tahun 2020, Taofiq (vokal), Zio (bass), Deny (drum), Gung Wah (keyboard), dan Wis (gitar) kembali mengibarkan bendera Hydra.
"Sekian lama kami sebagai Hydra tidak main musik bersama. Perjalanan waktu membuat perbedaan dalam bermusik. Sangat terasa evolusi atau perubahan yang terjadi selama ini. Bisa dibandingkan album Vol 1 dengan Vol 2 ini sangat berbeda," jelas Wis pada Sabtu (24/9).
"Di album Vol 1 ada semangat reuni, ini adalah bentuk penghormatan perjalanan persahabatan kami dikemas dalam aransemen baru. Kalau album Vol 2 total penciptaaan karya baru yang didasari oleh pengetahuan, referensi, dan pengalaman selama kami berpisah," lanjut dia.
'Evolution Vol 2' berisikan lima lagu baru berjudul 'Everybody', 'Love Me Tonight', 'Had Enough', 'When It's Over', dan 'River of Peace'. Masing-masing lagu mempunyai pesan tersendiri, terinspirasi dari apa yang personel Hydra rasakan, dengar, dan alami.
"Lagu 'Everybody' dan 'River of Peace' adalah pesan untuk anak-anak kami yang harus bisa mempertahankan sikap demi kebaikan. Perdamaian cinta kasih antarsesama, keluarga, dan orang sekitar itu lebih penting dari segalanya," tutur Gung Wah.
Penggarapan album Evolution Vol 2 membutuhkan waktu setahun mulai dari pengumpulan materi, aransemen, hingga rekaman. Apalagi mengingat sang vokalis yaitu Taofiq tengah menetap di Yogyakarta karena pekerjaan.
"Sebagian besar lagu yang kami buat berempat di studio. Lalu kami rekam ulang materinya, untuk lead vokal Taofiq rekamannya di Jogja dan ada yang di Pregina Studio. Deny sempat terbang ke Jogja untuk membantu proses rekaman Taofiq," ungkap Gung Wah.
Pun dalam proses rekaman, Hydra melibatkan deretan musisi yang pernah ikut andil dalam perjalanan musiknya. Di lagu 'River of Peace' mereka mengajak Morris Adama mengisi drum dengan konsep duo drum. Putu Sutha menyumbangkan suaranya duet dengan Taofiq, ditambah isian vokal dari Agung Ocha. Juga ada Jashca dan Vincent. Keduanya adalah vokalis muda di Bali yang membantu backing vokal band SoulFood.
"Kembali ke tahun 2002, Morris menggantikan posisi Deny Surya saat itu. Dia membantu kami sampai tahun 2004. Putu Sutha juga sempat beberapa kali menjadi lead vokal, karena Taofiq harus ke luar negeri untuk program pendidikan saat itu. Kalau Ocha juga sering membantu kami sebagai backing vokal," tutur Gung Wah.
Dua mini album telah rilis, Hydra kembali bersama berkarya dengan kebaruannya. Mereka seperti terlahir kembali dan siap meramaikan belantika musik Tanah Air. "Yang pasti Hydra akan selalu ada. Seandainya karya ini diterima dengan pendengar atau tidak, kami sih asyik-asyik saja. Karya-karya baru, kenapa tidak," cetus Wis, lalu diamini oleh personel lainnya.
Dalam waktu dekat, Hydra pun tengah bersiap melepas video musik dari lagu 'Love Me Tonight'. "Video klip akan segera tayang dalam waktu dekat. Ide cerita sekaligus sutradara video klip itu saya, Gungwah, dan Deny, lalu dieksekusi oleh Tudick. Modelnya Mr Jero 'Bagleg' Scissor," tutup Wis. *cr78
1
Komentar