Nol Persen, Peluang Duet Prabowo-Jokowi di 2024
Turunkan Kelas Presiden Secara Politik
‘Mendorong MPR melakukan amandemen UUD 1945 akan lebih baik, daripada Jokowi jadi cawapres’
JAKARTA,NusaBali
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diwacanakan bisa maju bersama Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Cawapres di Pilpres 2024. Wacana itu semakin menguat usai Sekber Prabowo menggugat UU Pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK). Lantas seberapa besar peluangnya itu terjadi?
Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno membeberkan kemungkinan duet tersebut terjadi di 2024. Menurutnya, selain buang-buang waktu, tidak ada peluang Jokowi akan dampingi Prabowo sebagai cawapres di 2024.
"Nol persen (peluang Jokowi sebagai cawapres Prabowo) karena Jokowi terlihat tak mau. Sudah tergembok otomatis itu maju jadi cawapres. Aneh saja maksa Jokowi yang tak mau," kata Adi Prayitno, dilansir detik.com, Rabu (28/9/2022).
"Buang-buang waktu saja. Sudah banyak pakar hukum yang bilang Jokowi tak bisa maju lagi meski sebagai cawapres. Banyak cara mengapresiasi Jokowi, tak harus dengan menyorong jadi cawapres. Toh, Jokowi juga terlihat tak happy dengan isu dan gerakan semacam itu," lanjutnya.
Lebih lanjut, Adi Prayitno menilai wacana itu, jika terlaksana, akan menurunkan grade Jokowi. Dia menegaskan wacana tersebut tidak masuk akal. "Secara tak langsung ini menurunkan grade Jokowi Presiden. Setelah dua periode jadi Presiden, tak masuk akal kalau kemudian diusulkan jadi cawapres. Ini sama halnya dengan menjerumuskan Presiden turun kelas politiknya," ucapnya.
Kemudian, Adi Prayitno menyebut lebih masuk akal mendorong MPR melakukan amandemen UUD 1945 daripada Jokowi jadi cawapres. Dengan begitu, sebut dia, Jokowi bisa melanjutkan kepemimpinannya.
"Kalau mau serius dorong saja MPR lakukan amandemen agar Presiden bisa maju untuk yang ketiga kalinya. Tapi ini juga bertentangan dengan semangat reformasi," tuturnya.
Presiden Jokowi sebelumnya sudah buka suara perihal wacana dirinya bisa kembali maju di Pilpres 2024 menjadi cawapres. Jokowi mempertanyakan siapa yang menyebarkan isu tersebut.
Jokowi mulanya menekankan bahwa sudah berulang kali dirinya menepis isu maju lagi di Pilpres 2024. Namun, lanjut dia, isu tersebut terus saja muncul.
"Ini yang menyampaikan bukan saya lho ya, urusan 3 periode sudah saya jawab, begitu sudah saya jawab muncul lagi yang namanya perpanjangan, juga sudah saya jawab," kata Jokowi melalui kanal YouTube Setpres, Jumat (16/9/2022) lalu.
Jokowi heran isu dirinya kembali berkontestasi di Pilpres 2024 terus saja muncul. Dia lantas mempertanyakan siapa pihak yang memunculkan isu tersebut."Ini muncul lagi jadi wapres, itu dari siapa?" tanya dia.
Jokowi pun enggan menjawab perihal wacana akan kembali maju menjadi cawapres. Sebab, dia menekankan, isu tersebut tidak datang darinya. "Kalau dari saya, saya terangkan. Kalau nggak dari saya, saya ndak mau nerangin. Itu saja," tegas Jokowi. *
Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno membeberkan kemungkinan duet tersebut terjadi di 2024. Menurutnya, selain buang-buang waktu, tidak ada peluang Jokowi akan dampingi Prabowo sebagai cawapres di 2024.
"Nol persen (peluang Jokowi sebagai cawapres Prabowo) karena Jokowi terlihat tak mau. Sudah tergembok otomatis itu maju jadi cawapres. Aneh saja maksa Jokowi yang tak mau," kata Adi Prayitno, dilansir detik.com, Rabu (28/9/2022).
"Buang-buang waktu saja. Sudah banyak pakar hukum yang bilang Jokowi tak bisa maju lagi meski sebagai cawapres. Banyak cara mengapresiasi Jokowi, tak harus dengan menyorong jadi cawapres. Toh, Jokowi juga terlihat tak happy dengan isu dan gerakan semacam itu," lanjutnya.
Lebih lanjut, Adi Prayitno menilai wacana itu, jika terlaksana, akan menurunkan grade Jokowi. Dia menegaskan wacana tersebut tidak masuk akal. "Secara tak langsung ini menurunkan grade Jokowi Presiden. Setelah dua periode jadi Presiden, tak masuk akal kalau kemudian diusulkan jadi cawapres. Ini sama halnya dengan menjerumuskan Presiden turun kelas politiknya," ucapnya.
Kemudian, Adi Prayitno menyebut lebih masuk akal mendorong MPR melakukan amandemen UUD 1945 daripada Jokowi jadi cawapres. Dengan begitu, sebut dia, Jokowi bisa melanjutkan kepemimpinannya.
"Kalau mau serius dorong saja MPR lakukan amandemen agar Presiden bisa maju untuk yang ketiga kalinya. Tapi ini juga bertentangan dengan semangat reformasi," tuturnya.
Presiden Jokowi sebelumnya sudah buka suara perihal wacana dirinya bisa kembali maju di Pilpres 2024 menjadi cawapres. Jokowi mempertanyakan siapa yang menyebarkan isu tersebut.
Jokowi mulanya menekankan bahwa sudah berulang kali dirinya menepis isu maju lagi di Pilpres 2024. Namun, lanjut dia, isu tersebut terus saja muncul.
"Ini yang menyampaikan bukan saya lho ya, urusan 3 periode sudah saya jawab, begitu sudah saya jawab muncul lagi yang namanya perpanjangan, juga sudah saya jawab," kata Jokowi melalui kanal YouTube Setpres, Jumat (16/9/2022) lalu.
Jokowi heran isu dirinya kembali berkontestasi di Pilpres 2024 terus saja muncul. Dia lantas mempertanyakan siapa pihak yang memunculkan isu tersebut."Ini muncul lagi jadi wapres, itu dari siapa?" tanya dia.
Jokowi pun enggan menjawab perihal wacana akan kembali maju menjadi cawapres. Sebab, dia menekankan, isu tersebut tidak datang darinya. "Kalau dari saya, saya terangkan. Kalau nggak dari saya, saya ndak mau nerangin. Itu saja," tegas Jokowi. *
1
Komentar