Angin Kencang, Pendaratan Pesawat di Bandara Ngurah Rai Rawan Tergelincir
MANGUPURA, NusaBali.com – Potensi hempasan angin silang atau cross wind di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi perhatian dari para stakeholder, sehingga antisipasi keadaan tak diinginkan senantiasa siap dihadapi.
Kesiapsiagaan menghadapi situasi ini digelar setiap dua tahun sekali. Terbaru, Angkasa Pura I bersama para pemangku kepentingan terkait menggelar simulasi, Kamis (29/9/2022).
Dalam simulasi itu, pesawat berangkat dari Bandara Changi, Singapura menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta Badung.
Sesuai jadwal, pesawat jenis Boeing 777-300 itu tiba pada pukul 08.28 Wita di Bandara Ngurah Rai dengan mengangkut 388 orang dengan rincian 169 penumpang dan 19 crew. Namun, saat hendak mendarat, pesawat tersebut dihantam cross wind atau angin silang.
Akibat hantaman angin pada bagian kiri, pesawat tersebut sliding ke arah kanan dan terperosok sejauh 250 meter dari sisi runway.
Dalam simulasi, pesawat yang mengangkut 388 penumpang tergelincir ke arah selatan yang menyebabkan mesin terbakar dan sayap patah. Akibat kejadian itu, sebanyak 97 penumpang meregang nyawa di lokasi. Sementara, sisanya mengalami cedera berat dan ringan.
Sesaat setelah kejadian, URFF langsung bergerak cepat dan mengerahkan dua mobil pemadam untuk penanganan awal. Selain itu, kejadian itu langsung dikoordinasikan dengan sejumlah instansi terkait untuk penanganan lebih lanjut.
Usai melakukan pemadaman, tim gabungan langsung turun ke lokasi melakukan penyelamatan dan pendataan. Dalam kejadian itu menyebabkan 97 penumpang meninggal di lokasi, sementara 58 luka berat, 87 luka ringan dan 146 lainnya luka lecet serta shock.
Seluruh penumpang selamat langsung dikumpulkan pada satu titik, sementara yang mengalami luka dievakuasi ke sejumlah rumah sakit. Sebaliknya, penumpang yang meninggal ditangani oleh Dokpol. Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi menerangkan, proses simulasi ini bagian dari upaya mengetahui waktu respons oleh petugas di lapangan.
Sehingga, saat ada kejadian, semua stakeholder di Bandara Ngurah Rai sudah mengetahui langkah yang diambil di lapangan. "Dari simulasi ini, kita ingin melihat kecepatan dalam respons," ungkap alumnus ITS Surabaya ini. *dar
Komentar