Tiga Bulan, 1.055 Upal Beredar di Bali
Sebanyak 1.055 lembar uang palsu (upal) ditemukan beredar di Pulau Dewata Bali selama triwulan I 2017. Temuan upal pada triwulan I ini seluruhnya merupakan uang rupiah emisi sebelumnya.
DENPASAR, NusaBali
Sedangkan untuk emisi tahun 2016 tidak ditemukan peredarannya di Pulau Dewata. “Sebagian upal yang ditemukan beredar adalah uang pecahan besar,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Cauasa Iman Karana, Rabu (26/4).
Apabila dilihat dari tahun 2015 ke 2016, kata Iman, temuan upal yang dilaporkan ke Bank Indonesia mengalami peningkatan hingga 18 persen. “Temuan tahun 2016 dibandingkan 2015 itu mengalami peningkatan dari 4.774 lembar menjadi 5.594 lembar,” katanya. Iman melanjutkan, meningkatnya temuan upal tersebut dinilai menandakan masyarakat semakin pintar mengenali uang asli. Meski demikian, untuk mengenali keaslian uang rupiah, pihaknya secara konsisten menggelar sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Kami selalu mengingatkan kepada masyarakat untuk mengenali keaslian uang rupiah dengan cara mudah yaitu dilihat, diraba dan diterawang,” jelasnya.
Selain cara tersebut, kata Iman, uang terbaru TE 2016 telah dilengkapi dengan unsur pengamanan untuk menghindari upaya pemalsuan. Metode itu di antaranya dengan sinar ultraviolet dan kaca pembesar, memerlukan fisik uang kertas secara langsung dan tidak dapat dilakukan melalui foto atau gambar. Dengan penguatan unsur pengamanan, BI meyakini bahwa uang rupiah TE 2016 telah memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali masyarakat.
“ Hingga saat ini BI Bali tidak ada menerima pengaduaan dengan membawa bukti fisik adanya uang tahun emisi (TE) 2016 yang diragukan keasliannya,” tegas Iman.
KPwBLI Bali mengimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap informasi yang beredar mengenai uang rupiah, khususnya berpotensi menimbulkan keresahan. Sebab di Bali sendiri hingga kini belum ditemukan uang rupiah TE 2016 palsu seperti yang ramai diberitakan di media sosial.
“Kami telah menyediakan informasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah yang dapat diakses seacara bebas. Bila masyarakat menemukan indikasi adanya pemalsuan uang rupiah, dapat mendatangai BI untuk memastikan keasliannya,” katanya. *in
Apabila dilihat dari tahun 2015 ke 2016, kata Iman, temuan upal yang dilaporkan ke Bank Indonesia mengalami peningkatan hingga 18 persen. “Temuan tahun 2016 dibandingkan 2015 itu mengalami peningkatan dari 4.774 lembar menjadi 5.594 lembar,” katanya. Iman melanjutkan, meningkatnya temuan upal tersebut dinilai menandakan masyarakat semakin pintar mengenali uang asli. Meski demikian, untuk mengenali keaslian uang rupiah, pihaknya secara konsisten menggelar sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Kami selalu mengingatkan kepada masyarakat untuk mengenali keaslian uang rupiah dengan cara mudah yaitu dilihat, diraba dan diterawang,” jelasnya.
Selain cara tersebut, kata Iman, uang terbaru TE 2016 telah dilengkapi dengan unsur pengamanan untuk menghindari upaya pemalsuan. Metode itu di antaranya dengan sinar ultraviolet dan kaca pembesar, memerlukan fisik uang kertas secara langsung dan tidak dapat dilakukan melalui foto atau gambar. Dengan penguatan unsur pengamanan, BI meyakini bahwa uang rupiah TE 2016 telah memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali masyarakat.
“ Hingga saat ini BI Bali tidak ada menerima pengaduaan dengan membawa bukti fisik adanya uang tahun emisi (TE) 2016 yang diragukan keasliannya,” tegas Iman.
KPwBLI Bali mengimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap informasi yang beredar mengenai uang rupiah, khususnya berpotensi menimbulkan keresahan. Sebab di Bali sendiri hingga kini belum ditemukan uang rupiah TE 2016 palsu seperti yang ramai diberitakan di media sosial.
“Kami telah menyediakan informasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah yang dapat diakses seacara bebas. Bila masyarakat menemukan indikasi adanya pemalsuan uang rupiah, dapat mendatangai BI untuk memastikan keasliannya,” katanya. *in
Komentar