Tikus Pakai Cincin Hebohkan Warga Tua
Krama Banjar Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan dan sekitarnya dihebohkan dengan kabar tikus pakai cincin.
TABANAN, NusaBali
Cincin yang dipakai tikus itu adalah milik I Wayan Suriadnyana, 15. Cincin itu ditaruh di dompet dan disimpan di almari kamar. Tiba-tiba cincin motif bomo itu hilang dan ditemukan pada leher seekor tikus yang terjatuh dari ventilasi kamar.
Ibu Suriadnyana, Ni Made Sri Marini menceritakan, putranya baru tahu kehilangan cincin motif bomo pada Anggara Kliwon Medangsia, Selasa (25/4) sekitar pukul 06.15 Wita. Cincin itu kerap dipakai, namun pada Senin (24/4) malam dilepas karena ikut olahraga voli. Cincin itu kemudian ditaruh di dompet tanpa resleting dan disimpan di almari. “Di dompet itu ada perhiasan emas lainnya. Hanya cincin bomo yang hilang,” ungkap Sri Marini, Kamis (27/4).
Begitu mengetahui cincinnya hilang, Suriadnyana memberitahukan kepada ibunya. Sri Marini ikut membantu anaknya mencari cincin yang hilang itu di sekitar kamar. Selanjutnya, Sri Marini memanggil suaminya, I Wayan Windra, 41, agar membantu cari ali-ali yang raib. Saat Windra membantu melakukan pencarian, tiba-tiba ada seekor tikus ukuran sedang jatuh dari ventilasi kamar. “Di leher tikus itu ada cincin yang kami cari-cari. Cincin seberat 5 gram itu memiliki permata merah,” terang Sri Marini.
Sri Martini mengaku sempat bengong keheranan melihat tikus berkalungkan cincin anaknya. Tikus yang terjatuh itu ditangkap oleh suaminya dan dibawa keluar kamar. Begitu sampai di luar kamar, tikus itu dibanting hingga mati. Setelah cincin dilepas dari leher tikus, jero ketut itu kemudian dibakar. “Susah sekali mengeluarkan cincin dari leher tikus itu. Jika tikusnya tidak dimatikan, sulit melepas cincinnya,” ungkap Sri Marini.
Meski kasus ini aneh, namun Sri Martini dan keluarga tidak berniat menanyakan ke orang pintar. “Intinya cincin yang hilang sudah ketemu,” tandasnya. Diakui, anaknya tidak berani lagi memakai cincin bermotif boma itu. Rencananya ali-ali itu akan dijual. Buat sementara cincin itu disimpan dan digembok agar tidak lagi hilang. “Kami sekeluarga keheranan melihat cincin di leher tikus. Tetangga kami juga heran,” imbuhnya. Sri Martini menceritakan, cincin seberat 5 gram bermotif boma itu dibeli pada tahun 2015 seharga Rp 2 juta.
Sri Martini mengungkapkan, krama Banjar Bayan sering kehilangan uang secara misterius. Ada yang kehilangan uang Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Hanya saja warga tidak ada yang melaporkan kasus kehilangan uang ini. “Sudah ada sekitar 5 orang yang kehilangan uang secara misterius. Yang kehilangan cincin, baru kami saja,” tandas Sri Mariani. * d
Ibu Suriadnyana, Ni Made Sri Marini menceritakan, putranya baru tahu kehilangan cincin motif bomo pada Anggara Kliwon Medangsia, Selasa (25/4) sekitar pukul 06.15 Wita. Cincin itu kerap dipakai, namun pada Senin (24/4) malam dilepas karena ikut olahraga voli. Cincin itu kemudian ditaruh di dompet tanpa resleting dan disimpan di almari. “Di dompet itu ada perhiasan emas lainnya. Hanya cincin bomo yang hilang,” ungkap Sri Marini, Kamis (27/4).
Begitu mengetahui cincinnya hilang, Suriadnyana memberitahukan kepada ibunya. Sri Marini ikut membantu anaknya mencari cincin yang hilang itu di sekitar kamar. Selanjutnya, Sri Marini memanggil suaminya, I Wayan Windra, 41, agar membantu cari ali-ali yang raib. Saat Windra membantu melakukan pencarian, tiba-tiba ada seekor tikus ukuran sedang jatuh dari ventilasi kamar. “Di leher tikus itu ada cincin yang kami cari-cari. Cincin seberat 5 gram itu memiliki permata merah,” terang Sri Marini.
Sri Martini mengaku sempat bengong keheranan melihat tikus berkalungkan cincin anaknya. Tikus yang terjatuh itu ditangkap oleh suaminya dan dibawa keluar kamar. Begitu sampai di luar kamar, tikus itu dibanting hingga mati. Setelah cincin dilepas dari leher tikus, jero ketut itu kemudian dibakar. “Susah sekali mengeluarkan cincin dari leher tikus itu. Jika tikusnya tidak dimatikan, sulit melepas cincinnya,” ungkap Sri Marini.
Meski kasus ini aneh, namun Sri Martini dan keluarga tidak berniat menanyakan ke orang pintar. “Intinya cincin yang hilang sudah ketemu,” tandasnya. Diakui, anaknya tidak berani lagi memakai cincin bermotif boma itu. Rencananya ali-ali itu akan dijual. Buat sementara cincin itu disimpan dan digembok agar tidak lagi hilang. “Kami sekeluarga keheranan melihat cincin di leher tikus. Tetangga kami juga heran,” imbuhnya. Sri Martini menceritakan, cincin seberat 5 gram bermotif boma itu dibeli pada tahun 2015 seharga Rp 2 juta.
Sri Martini mengungkapkan, krama Banjar Bayan sering kehilangan uang secara misterius. Ada yang kehilangan uang Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Hanya saja warga tidak ada yang melaporkan kasus kehilangan uang ini. “Sudah ada sekitar 5 orang yang kehilangan uang secara misterius. Yang kehilangan cincin, baru kami saja,” tandas Sri Mariani. * d
1
Komentar