Radio Bambu Bangli Pukau Inacraft 2017
Kabupaten Bangli memukau pameran Inacraft 2017 dengan menampilkan kerajinan yang terbuat dari bambu.
Lukisan Timbul Juga Diandalkan Dekranasda Bangli
JAKARTA, NusaBali
Adalah I Nengah Subagia dan Made Putra Wisatawan yang membawa ikon Bangli tersebut di Jakarta Convention Center pada expo yang digelar 26-30 April 2017.
Di tangan perajin yang diboyong Dekranasda Kabupaten Bangli tersebut, terlihat suling, cermin, nampan, tempat pulpen, mainan, jam dinding hingga radio. Harga kerajinan yng ditawarkan Putra Wisatawan berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 600 ribu. Yang termurah adalah mainan baling-baling seharga Rp 10 ribu dan termahal radio bambu.
"Radio memang saya buat dari bambu, tinggal memasukan komponen radionya saja," ujar Made Putra Wisatawan ditemui di JCC, Kamis (27/4). Putra Wisatawan mengatakan, ia bisa membuat, lantaran sebelumnya membuka service elektronik.
Baru ditahun 2000, beralih kepada kerajinan bambu.
Ada tiga radio yang ia bawa ke pameran tersebut. Radio dilengkapi dengan USB dan tempat memasukan memori. Radio menggunakan jaringan FM. Harga yang ditawarkan bervariasi. Mulai dari Rp 350 ribu, Rp 450 ribu dan Rp 600 ribu.
Putra Wisatawan mengatakan, membuat radio bambu modalnya cukup besar. Radio seharga Rp 350 ribu menghabiskan modal Rp 200 ribu. Radio buatannya, juga bisa dibeli konsumen secara online. "Kalau ekspor belum, tapi radio bambu ini bisa dibeli secara online. Nama di online Ade Prima Bambu," ucap Putra Wisatawan.
Penjualan secara online, katanya, cukup lumayan lantaran sudah merambah di kabupaten/kota di Bali lainnya. Selain lewat online atau pameran, kerajinan buatan Putra Wisatawan bisa diperoleh di Jalan Waturenggong 11, Banjar Nyalian, Bangli.
Sementara I Nengah Subagia di stand Dekranasda kabupaten Bangli memasarkan lukisan dan modifikasi lukisan dengan bambu. Modifikasi baru ia tekuni saat mengikuti Inacraft 2017 ini. Lukisan modifikasi buatan Subagia adalah cermin yang dibingkai bambu, kemudian bagian kanan dan kirinya terdapat lukisan timbul dari bahan acrylic.
Lukisan modifikasi, ia jual seharga Rp 400 ribu. Sedangkan lukisan timbulnya ia jual dari Rp. 50 ribu sampai Rp. 3 juta. Lukisannya banyak diminati pengunjung Inacraft 2017. Bahkan pembelinya bukan hanya dari kalangan lokal, melainkan dari luar negeri seperti Korea.
Subagia sendiri menekuni lukisan sejak 2009 lalu. Sebelumnya ia adalah guide. Seiring perjalanan waktu, ia lebih memilih melukis. Ciri khas lukisannya adalah timbul. Ia bisa melukis secara otodidak. Lukisan sudah merambah ekspor ke sejumlah negara. Antara lain Australia, Perancis, Spanyol, Selandia Baru dan AS. "Kalau jual secara online belum saya lakukan. Saya jual lewat pameran atau bisa diperoleh di Desa Umbalan, Yangapi, Tembuku, Bangli," imbuhnya. *k22
JAKARTA, NusaBali
Adalah I Nengah Subagia dan Made Putra Wisatawan yang membawa ikon Bangli tersebut di Jakarta Convention Center pada expo yang digelar 26-30 April 2017.
Di tangan perajin yang diboyong Dekranasda Kabupaten Bangli tersebut, terlihat suling, cermin, nampan, tempat pulpen, mainan, jam dinding hingga radio. Harga kerajinan yng ditawarkan Putra Wisatawan berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 600 ribu. Yang termurah adalah mainan baling-baling seharga Rp 10 ribu dan termahal radio bambu.
"Radio memang saya buat dari bambu, tinggal memasukan komponen radionya saja," ujar Made Putra Wisatawan ditemui di JCC, Kamis (27/4). Putra Wisatawan mengatakan, ia bisa membuat, lantaran sebelumnya membuka service elektronik.
Baru ditahun 2000, beralih kepada kerajinan bambu.
Ada tiga radio yang ia bawa ke pameran tersebut. Radio dilengkapi dengan USB dan tempat memasukan memori. Radio menggunakan jaringan FM. Harga yang ditawarkan bervariasi. Mulai dari Rp 350 ribu, Rp 450 ribu dan Rp 600 ribu.
Putra Wisatawan mengatakan, membuat radio bambu modalnya cukup besar. Radio seharga Rp 350 ribu menghabiskan modal Rp 200 ribu. Radio buatannya, juga bisa dibeli konsumen secara online. "Kalau ekspor belum, tapi radio bambu ini bisa dibeli secara online. Nama di online Ade Prima Bambu," ucap Putra Wisatawan.
Penjualan secara online, katanya, cukup lumayan lantaran sudah merambah di kabupaten/kota di Bali lainnya. Selain lewat online atau pameran, kerajinan buatan Putra Wisatawan bisa diperoleh di Jalan Waturenggong 11, Banjar Nyalian, Bangli.
Sementara I Nengah Subagia di stand Dekranasda kabupaten Bangli memasarkan lukisan dan modifikasi lukisan dengan bambu. Modifikasi baru ia tekuni saat mengikuti Inacraft 2017 ini. Lukisan modifikasi buatan Subagia adalah cermin yang dibingkai bambu, kemudian bagian kanan dan kirinya terdapat lukisan timbul dari bahan acrylic.
Lukisan modifikasi, ia jual seharga Rp 400 ribu. Sedangkan lukisan timbulnya ia jual dari Rp. 50 ribu sampai Rp. 3 juta. Lukisannya banyak diminati pengunjung Inacraft 2017. Bahkan pembelinya bukan hanya dari kalangan lokal, melainkan dari luar negeri seperti Korea.
Subagia sendiri menekuni lukisan sejak 2009 lalu. Sebelumnya ia adalah guide. Seiring perjalanan waktu, ia lebih memilih melukis. Ciri khas lukisannya adalah timbul. Ia bisa melukis secara otodidak. Lukisan sudah merambah ekspor ke sejumlah negara. Antara lain Australia, Perancis, Spanyol, Selandia Baru dan AS. "Kalau jual secara online belum saya lakukan. Saya jual lewat pameran atau bisa diperoleh di Desa Umbalan, Yangapi, Tembuku, Bangli," imbuhnya. *k22
Komentar