SIMH Luncurkan Buku Foto Pemasungan ODGJ di Bali
DENPASAR, NusaBali
Organisasi yang peduli dengan isu kesehatan mental SIMH (Suryani Institute for Mental Health) meluncurkan sebuah buku foto 'Hope and Freedom' berisi gambaran pemasungan ODGJ di Pulau Dewata.
Peluncuran buku yang menampilkan jepretan fotografer Rudi Waisnawa ditambah narasi dari penulis Nicky Hogan dilaksanakan di Duta Orchid Garden, Denpasar, Sabtu (1/10). Ada 18 ODGJ yang foto-fotonya ditampilkan dalam buku 'Hope and Freedom'. Founder SIMH Prof Dr dr Luh Ketut Suryani Sp KJ (K) menyampaikan, tujuan penerbitan dan penyebaran buku 'Hope and Freedom' adalah memberikan sedikit gambaran kepada masyarakat mengenai kondisi orang dengan gangguan jiwa berat yang pernah atau masih terpasung di Pulau Bali yang ditangani dan dibantu pengobatannya secara gratis oleh SIMH.
Prof Suryani berharap rekaman berupa foto dan tulisan kisah ODGJ yang ada dalam bentuk buku ini dapat menggugah hati siapapun untuk terpanggil membantu saudara-saudara kita yang mengalami gangguan jiwa berat. Dikatakan, 'Hope and Freedom' menjadi bukti bahwa masih banyak orang yang mengalami gangguan jiwa berat di Bali belum mendapatkan penanganan layaknya sebagai manusia biasa.
Ia memperkirakan ada sebanyak 9.000 orang yang menderita gangguan jiwa berat di Bali dan sekitar 300 orang di antaranya mengalami pemasungan. SIMH sendiri telah mendapatkan 91 ODGJ berat mengalami pemasungan di Bali.
"Kami percaya jika kita mau membantu memberikan uluran kasih kita, maka harapan untuk mereka bebas dari penderitaan yang dialami dapat kita wujudkan bersama. Apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin jika Tuhan menghendaki," kata mantan akademisi Universitas Udayana ini.
Fotografer Rudi Waisnawa, 48, mengatakan foto-foto yang ia tampilkan dalam buku 'Hope and Freedom' merupakan hasil karyanya semenjak 2014. Sebagian foto dalam buku ini sebelumnya sudah pernah mengikuti pameran di Bali bahkan hingga ke mancanegara seperti Singapura, Denmark, dan Jerman.
Rudi mengatakan melalui foto-fotonya yang memperlihatkan kehidupan ODGJ yang terpasung di Bali, ia berharap dapat menyuarakan isi hati para ODGJ tersebut yang ia yakini juga ingin diperlakukan sama seperti manusia lainnya tanpa diskriminasi.
Para ODGJ terpasung membutuhkan bantuan pengobatan yang tepat di tengah keputusasaan keluarga mengobati anggota keluarganya yang menderita kelainan jiwa. "Bagi saya foto itu bukan cuma soal mirip, bukan soal kemiripan, tapi opini. Saya berargumentasi dengan foto yang saya jalani," ujar pria kelahiran Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.
Rudi mengatakan semua foto di dalam buku sudah mendapatkan persetujuan dari keluarga ODGJ yang bersangkutan dan dituangkan dalam surat pernyataan. Ia juga mengungkapkan semua hasil penjualan buku 'Hope and Freedom' akan dipergunakan sepenuhnya untuk membantu ODGJ berat yang dipasung dan ODGJ di Bali pada umumnya melalui program yang dijalankan SIMH. *cr78
Prof Suryani berharap rekaman berupa foto dan tulisan kisah ODGJ yang ada dalam bentuk buku ini dapat menggugah hati siapapun untuk terpanggil membantu saudara-saudara kita yang mengalami gangguan jiwa berat. Dikatakan, 'Hope and Freedom' menjadi bukti bahwa masih banyak orang yang mengalami gangguan jiwa berat di Bali belum mendapatkan penanganan layaknya sebagai manusia biasa.
Ia memperkirakan ada sebanyak 9.000 orang yang menderita gangguan jiwa berat di Bali dan sekitar 300 orang di antaranya mengalami pemasungan. SIMH sendiri telah mendapatkan 91 ODGJ berat mengalami pemasungan di Bali.
"Kami percaya jika kita mau membantu memberikan uluran kasih kita, maka harapan untuk mereka bebas dari penderitaan yang dialami dapat kita wujudkan bersama. Apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin jika Tuhan menghendaki," kata mantan akademisi Universitas Udayana ini.
Fotografer Rudi Waisnawa, 48, mengatakan foto-foto yang ia tampilkan dalam buku 'Hope and Freedom' merupakan hasil karyanya semenjak 2014. Sebagian foto dalam buku ini sebelumnya sudah pernah mengikuti pameran di Bali bahkan hingga ke mancanegara seperti Singapura, Denmark, dan Jerman.
Rudi mengatakan melalui foto-fotonya yang memperlihatkan kehidupan ODGJ yang terpasung di Bali, ia berharap dapat menyuarakan isi hati para ODGJ tersebut yang ia yakini juga ingin diperlakukan sama seperti manusia lainnya tanpa diskriminasi.
Para ODGJ terpasung membutuhkan bantuan pengobatan yang tepat di tengah keputusasaan keluarga mengobati anggota keluarganya yang menderita kelainan jiwa. "Bagi saya foto itu bukan cuma soal mirip, bukan soal kemiripan, tapi opini. Saya berargumentasi dengan foto yang saya jalani," ujar pria kelahiran Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.
Rudi mengatakan semua foto di dalam buku sudah mendapatkan persetujuan dari keluarga ODGJ yang bersangkutan dan dituangkan dalam surat pernyataan. Ia juga mengungkapkan semua hasil penjualan buku 'Hope and Freedom' akan dipergunakan sepenuhnya untuk membantu ODGJ berat yang dipasung dan ODGJ di Bali pada umumnya melalui program yang dijalankan SIMH. *cr78
1
Komentar