Mejaran-Jaranan Buleleng Nominasi WBTB Nasional
SINGARAJA, NusaBali
Permainan tradisional Mejaran-jaranan dinyatakan lolos menjadi nominasi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tingkat Nasional. Tim ahli WBTB Pusat menyidangkan usulan penetapan Mejaran-jaranan sebagai WBTB, secara daring (dalam jaringan) dan diikuti Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Rabu (28/9) siang.
Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng melalui Bidang Sejarah dan Cagar Budaya tahun 2022 mengusulkan lima tradisi dan budaya khas Buleleng, untuk ditetapkan menjadi WBTB. Kelimanya yakni Tradisi Meamuk-amukan di Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Sampi Gerumbungan Buleleng, Mengarak Sokok di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Gula Aren Pedawa di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, dan Mejaran-jaranan Buleleng. Namun, setelah dikoreksi kelengkapannya oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali hanya lolos satu usulan, yakni Mejaran-jaranan.
Permainan tradisional Mejaran-jaranan sampai saat ini masih sering dimainkan oleh anak-anak di Desa Adat Banyuning dan Desa Adat Beratan Samayaji. Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Buleleng Nyoman Widarma menyebutkan, dalam sidang Tim Ahli WBTB pusat tidak memberikan catatan serius. Hanya ada arahan untuk mengubah nama usulan dari Tradisi Mejaran-Jaranan menjadi Mejaran-Jaranan saja.
“Seluruh usulan se-Provinsi Bali disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Dari Tim Ahli WBTB tidak ada pertanyaan krusial, semuanya lancar. Kami optimis Mejaran-jaranan ini bisa lolos dan ditetapkan jadi WBTB,” kata Widarma.
Sedangkan empat usulan lainnya yang dinyatakan tidak lolos akan diusulkan Kembali pada tahun depan. Draf keempat usulan tersebut, menurut Widarma, masih perlu disempurnakan. Catatan yang diberikan oleh Disbud Bali, antara lain masih perlu dilengkapi data terkait sejarah, pelaksanaan kegiatan, rangkaian, dan tahapan serta program nyata pelestarian pada generasi muda.
Dia menjelaskan, Mejaran-jaranan merupakan salah satu permainan tradisional yang kerap dimainkan anak-anak dan pemuda zaman dulu. Mejaran-jaranan diambil dari kata dasar jaran yang berarti kuda. Mejaran-jaranan berarti bermain kuda-kudaan. Konon permainan tradisional ini lahir untuk mengenang kebesaran Raja Bedahulu yang dahulu kehilangan seekor kuda kesayangannya bernama Once Srawana. Untuk menemukan kuda tersebut, raja mengadakan sanyembara yang diikuti oleh rakyatnya. Raja juga menyiapkan hadiah bagi yang berhasil menemukan kuda tersebut. Rakyat pun mencari berkelompok ke sejumlah arah.
Permainan ini akan dilakukan oleh dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 orang. Ada satu orang yang akan diangkat, pemain lainnya menjadi penyangga yang kokoh di bawah. Selanjutnya, pemain yang diangkat akan bergulat dengan lawan mengadu kekuatannya. Bagi kelompok yang berhasil menjatuhkan lawan dinyatakan sebagai pemenang.
Permainan ini selalu diiringi tetembangan berupa lagu khusus Mejaran-jaranan. Seluruh pemain wajib ikut bernyanyi untuk menyemarakkan permainan. Permainan ini sering ditampilkan dalam berbagai event budaya, antara Festival Buleleng. Selain sebagai tontonan, tampilan permainan pada event tersebut, juga sebagai edukasi dan pengenalan kepada generasi muda. Karena saat ini di tengah kemajuan teknologi, banyak permainan tradisional ditinggalkan masyarakat.*k23
1
Komentar