Gubernur Koster Ajak Tokoh Umat Hindu di Bali Solid
Jaga Alam, Manusia dan Budaya Bali
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali, Wayan Koster mengajak seluruh Tokoh Umat Hindu di Bali agar kompak, solid, utuh, satu persepsi dan satu langkah menjalankan tatanan kehidupan di Bali dengan nilai Adat Istiadat, Tradisi, Seni Budaya, dan Kearifan Lokal Bali sebagai ujung tombak untuk menjaga kekayaan alam, manusia dan budaya Bali.
Ajakan tersebut digelorakan secara langsung oleh orang nomor satu di Pemprov Bali ini dan seluruh Sulinggih, Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija, serta Umat Hindu yang hadir memberikan apresiasi tepuk tangan dalam acara Simakrama dengan Tokoh Umat Hindu Se-Bali yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, Kementrian Agama di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar pada Redite Umanis Klawu, Minggu (2/10).
Alasan kuat Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini mengajak seluruh Tokoh Umat Hindu di Bali menjaga kekayaan alam, manusia dan budaya Bali, karena dalam sejarahnya Pulau Bali telah ditata oleh orang-orang suci secara ‘Ngider Buana’ lengkap dengan tatanan budayanya yang sangat adi luhung, hingga menjadikan Bali sebagai daya tarik mancanegara serta memiliki taksu bahkan dikenal ‘Tenget’.
Untuk melestarikan warisan budaya Bali yang adi luhung tersebut, mantan Anggota DPR RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini sejak menjadi Gubernur Bali telah menancapkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru dengan memperkuat program prioritas dibidang Adat, Agama, Tradisi, Seni dan Budaya melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali, Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan
Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, hingga Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.
Sehingga kepada Dirjen Bimas Hindu yang baru dilantik (Prof Dr I Nengah Duija MSi) dimintanya untuk meningkatkan kualitas SDM Umat Hindu melalui lembaga pendidikan Hindu yang bersinergi dengan Desa Adat di Bali pada khususnya membangun pasraman dari tingkat PAUD, SD, SMP, hingga SMA. “Saya juga minta agar buku Pelajaran Agama Hindu yang digunakan di sekolah supaya isinya ditinjau kembali dan lebih memuat materi tentang Hindu Nusantara,” tegas Wayan Koster yang juga merupakan mantan Anggota Badan Anggaran DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang telah tercatat dalam sejarah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, Kementrian Agama sebagai Anggota DPR RI yang berjasa mengalokasikan anggaran Dirjen Bimas Hindu dari Rp 9 miliar menjadi Rp 700 miliar, serta mendorong terciptanya Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) yang sebelumnya hanya Akademi, lalu terciptanya STAHN menjadi Institut, hingga Universitas. Kinerja itu dibuktikannya dengan hadirnya STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Universitas Hindu Negeri I Gu
sti Bagus Sugriwa Denpasar di Bangli, termasuk di daerah Sumut, Kalteng, hingga Mataram.
Mengakhiri sambutannya, Gubernur Bali jebolan ITB ini kembali dengan tegas mengajak Tokoh Umat Hindu di Bali secara betul-betul memahami dan memproteksi Bali dengan menjaga alam, manusia, dan kebudayaan Bali. “Hanya kita yang punya tanggung jawab secara niskala dan skala untuk menjaga Pulau Bali ini semua, dan matur suksma Ida Sulinggih yang setiap hari melakukan puja untuk memohon anugerah agar alam Bali rahayu,” tutup Gubernur Koster yang disambut tepuk tangan dan diberi acungan jempol.
Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija dalam sambutannya menyampaikan Renstra di Dirjen Bimas Hindu saat ini capaiannya harus mampu membangun Hindu Nusantara dengan memberikan solusi atas adanya persoalan peningkatan kualitas SDM hingga masalah kualitas pembelajaran
dan pengajaran, yang salah satunya berkaitan dengan persoalan buku ajaran, kurikulum, penempatan dan profesionalitas guru. Dalam mewujudkan Hindu Nusantara, Nengah Duija menegaskan Agama Hindu tidak boleh lepas dari budaya. Jadi kalau ada yang mengatakan agama tidak relevan dengan budaya, maka itu salah besar. Sehingga dia berharap Hindu yang berkembang di Jawa, dia mesti berpijak pada nilai-nilai Jawa. Toraja harus berkiblat pada Toraja. Hindu Keharingan harus berkiblat pada Keharingan, karena itu budaya mereka.
“Bali apalagi, Hindu di Bali harus berkiblat pada Bali, kalau tidak kita menghianati cita-citanya Bung Karno, yang ditegaskannya bahwa kalau ingin menjadi orang Hindu, tidak harus menjadi orang India,” ujar Dirjen Bimas Hindu Nengah Duija.
Diakhir sambutannya, Dirjen Nengah Duija menyatakan jangan terlalu membanggakan apa (budaya luar, Red) yang datang dari luar, tapi harus tumbuh menjadi umat yang bertopang pada nilai-nilai sosial budaya yang ada di Bali pada khususnya. “Sehingga saya ingin Bali ini mewali taksunya, dan semua pergerakan-pergerakan komunitas agama yang tujuannya sama, mari kita bersama-sama menghilangkan semua perbedaan itu menjadi satu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur kita yang ada di Bali,” tegasnya. *nat
1
Komentar