Waspada! Ular Masuk Rumah di Musim Hujan, Begini Cara Mengatasinya
DENPASAR, NusaBali.com – Musim hujan tak hanya menyebabkan masalah banjir, namun musim hujan merupakan saat telur ular menetas, hingga muncul risiko ular masuk rumah.
Komunitas Bali Reptile Society (Bares) berkolaborasi dengan Lumintang Education Weekend Days memberikan edukasi tentang ular.
Salah satu anggota Bares, Ketut Oka Widiartana, 28, menjelaskan pada bulan Maret sampai September merupakan waktunya ular untuk berkembang biak (birahi) dan telur-telur ular tersebut akan menetas pada bulan September sampai dengan akhir tahun.
“Saat musim hujan seperti ini ular-ular menetas jadi tidak heran jika sering ada ular yang masuk ke rumah warga. Memang karena hal ini, bukan karena ada orang yang ‘sengaja’ ingin melepas ular,” ujar Ketut Oka Widiartana saat saat edukasi di parkir utara Taman Kota Lumintang, Minggu (2/10/2022) malam.
Jenis-jenis ular yang sering masuk ke rumah warga, bervariasi tergantung setiap daerah. Hal ini tidak dapat diprediksi. Yang jelas, j enis ular pucuk, ular tanah jenis kobra dan ular pohon acapkali dilaporkan masuk ke rumah warga.
Hujan yang terus-menerus turun mengakibatkan suhu di rumah menjadi dingin dan lembab. Hal inilah yang akan memicu ular mencari tempat dengan suhu yang lebih hangat. Namun, dengan fakta tersebut, bukan berarti kejadian buruk ini tidak dapat dicegah.
Lebih lanjut, pria asal Denpasar ini memberikan tips untuk warga agar terhindar dari ular yang bisa masuk ke rumah kapan saja. Seperti halnya pembelajaran yang sering ia dengar, jika ular takut dengan garam ternyata hanya mitos belaka.
Ia mengimbau agar masyarakat harus lebih sering membersihkan rumah menggunakan bahan kimia dan aroma yang keras.
“Kita harus bersih-bersih rumah karena ular itu suka suasana lembab dan membersihkan rumah menggunakan bahan kimia seperti mengepel lantai menggunakan Wipol atau Bayclin, karena ular paling takut dengan bahan kimia,” paparnya.
Tidak hanya edukasi, komunitas yang dibentuk pada tahun 2020 ini juga membantu proses evakuasi hewan reptil yang masuk ke pemukiman atau rumah warga. Tidak hanya di daerah Denpasar saja namun berlaku juga untuk daerah di luar Denpasar.
“Komunitas sering mendapat panggilan warga untuk menangkap ular-ular yang masuk ke rumah. Tidak hanya ular saja, tetapi bisa biawak, musang juga bisa. Kami tidak mengenakan tarif untuk hal ini,” ujar Fam Surya Panjaitan yang juga salah satu anggota dari komunitas Bares.
Ular yang telah diselamatkan nantinya akan mereka lepas kembali ke habitatnya yang jauh dari pemukiman warga. Hal ini pun selaras dengan visi dan misi dari komunitas Bares yakni mensosialisasikan betapa pentingnya peranan ular atau reptil sebagai menyeimbang.
“Jadi tujuan kami adalah mengenalkan dan mengedukasi masyarakat perkara penangkapan ular yang berbisa dan tidak berbisa dan mengubah opini masyarakat terhadap reptil teruatama ular dan mengubah ketakutan yang berlebihan menjadi kewaspadaan,” ujar I Made Oka Widiantana.
Soal pendaftaran pun, lanjut Fam Surya Panjaitan tidak memiliki syarat khusus. Setiap anggota yang bergabung pun tidak diharuskan memiliki peliharaan reptil namun hanya perlu memiliki kepedulian lingkungan dan pecinta alam.
“Tetapi minimal satu, berani dulu sama ular. Artinya setelah ia berani bukan dalam artian ‘konyol. Kami akan memberikan edukasi atau teknik cara menangani ular dari ular kecil sampai ular yang besar,” paparnya.
Pada saat memamerkan ular-ular juga tersedia kotak donasi bagi setiap pengunjung yang ingin berdonasi. Indonesia yang berada di garis khatulistiwa sering kali terjadi bencana-bencana seperti tsunami, banjir, dan gunung meletus. Nantinya, hasil donasi yang terkumpul tidak digunakan untuk membeli pakan ular. Tetapi murni untuk darurat bencana saja.
“Kami kumpulkan jika sewatu-waktu ada hal yang terjadi di luar kemauan kami, maka kami akan langsung keluarkan. Karena misi kami adalah kemanusiaan, kami meluangkan waktu bukan hanya untuk pribadi, melainkan untuk orang banyak,” pungkas Fam. *ris
Komentar