Mobil Listrik Rakitan Siswa SMK Negeri Abang, Karangasem ‘Mati’ Sebelum Berkembang
Hanya Jadi Pajangan, Sejak Dua Tahun Terakhir Tak Pernah Dioperasikan
Mobil listrik SMKN Abang ini dirakit mulai Mei 2018 di bawah pengawasan Tim Pendamping ITB kemudian di-launching pada 4 September 2018.
AMLAPURA, NusaBali
Mobil listrik yang dirakit siswa SMK Negeri Abang, Karangasem pada tahun 2018 lalu ternyata tidak dikembangkan inovasinya. Hasil karya cukup fenomenal itu pun kini hanya jadi pajangan saja. Mobil listrik itu tidak lagi bisa dioperasikan, karena baterainya telah mati.
Kepala Tim Teknis Pembuatan Mobil Listrik I Nengah Edi Imawan didampingi Penanggungjawab Pembuatan Mobil Listrik Harsono saat ditemui di Ruang Lab TKR (Teknik Kendaraan Ringan) SMKN Abang di Banjar Batumadeg, Desa Tista, Kecamatan Abang, Karangasem, Senin (3/10) menuturkan banyak kendala untuk mengurus program perakitan mobil listrik itu. Kendala tersebut di antaranya belum tersedianya cukup waktu karena masih sibuk mengurus program yang lain, belum adanya dukungan anggaran, perlu studi banding untuk pengembangan berkelanjutan, dan lainnya.
"Agar rakitannya lebih sempurna, perlu banyak dukungan, anggaran, studi banding dan waktu pengerjaan yang cukup. Sedangkan untuk kali ini, ketersediaan baterai saja belum ada, makanya mobil listrik itu tidak bisa jalan," kata Edi Imawan. Mobil listrik itu kata Edi Imawan perlu baterai khusus, jenis litium berkekuatan 48 Volt. Sedangkan mobil listrik yang dirakit masih sangat sederhana dan manual. Saat di-launching tahun 2018, mobil listrik buatan siswa kelas XI dan kelas XII program keahlian TKR (teknik kendaraan ringan) itu diberi nama Subali Skensa (Sekolah Kejuruan Satu). Namun sejak dua tahun terakhir mobil listrik tersebyt tidak pernah dihidupkan.
Mobil itu dirakit mulai Mei 2018 di bawah pengawasan Tim Pendamping ITB (Institut Teknologi Bandung), kemudian di-launching pada 4 September 2018. Mobil listrik tersebut ramah lingkungan dan murah dilandasi techno park (kumpulan beragam teknologi). Pembuatan mobil listrik di SMKN Abang diawali Kasek SMKN Abang I Ketut Kerta Negara menyusun proposal dan diajukan ke ITB. Di Indonesia ITB sebagai Tim Pendamping Kelompok Teknologi sebagai barometer pengembangan techno park, bagi pengembangan teknologi.
Setelah proposal di tangan ITB, maka Tim ITB dikoordinasikan Maria Evita dan Danny Priyadi datang melakukan visitasi (kunjungan) memantau kondisi sekolah, kondisi lab, fasilitas penunjang, guru pembina yang memahami teknologi. Guru pembina TKR Edi Imawan mempresentasikan, maksud dan tujuan sesuai yang tertuang dalam proposal. Saat presentasi Mei 2018 lalu, SMKN Abang juga melibatkan DUDI (dunia usaha dan dunia industri).
Setelah Tim ITB setuju sebagai tim pendamping selama merakit mobil listrik, maka sejak Mei 2018 resmi memulai aktivitas merakit mobil listrik. Mengenai biayanya berasal dari Direktorat Pengembangan SMK. Selama diujicoba setiap tahapan sering error.
Mobil listrik tersebut digerakkan baterai, tanpa busi, tanpa knalpot, tanpa saringan oli, tanpa tangki minyak. Bodinya lebih ringan, mirip mobil balapan F-1. Semua suku cadangnya didatangkan dari luar Bali. Menggunakan 4 ban untuk kapasitas 1 orang. Menurut Edi Imawan perakitan mobil listrik itu dimulai terlebih dahulu membuat rangka mobil mini, tiruan menggunakan styrofoam mirip membuat ogoh-ogoh. Kemudian ditutup koran, sehingga membentuk mobil mirip F-1.
Saat membuat rangka menggunakan styrofoam juga melibatkan guru seni dan budaya. Sementara spesifikasi mobil listrik Skensa ini, yakni kecepatan maksimal 45 kilometer per jam, daya tempuh maksimal 50 km, masa charge baterai 3-5 jam, input charge 450 watt, dinamo 2 x BLDC 800 watt, controller kelly controller 150 A, baterai 48 V sebanyak 80 buah, rem disk brake, suspensi depan independent, ukuran velg 10", dan ukuran ban 100/90/10". *k16
Kepala Tim Teknis Pembuatan Mobil Listrik I Nengah Edi Imawan didampingi Penanggungjawab Pembuatan Mobil Listrik Harsono saat ditemui di Ruang Lab TKR (Teknik Kendaraan Ringan) SMKN Abang di Banjar Batumadeg, Desa Tista, Kecamatan Abang, Karangasem, Senin (3/10) menuturkan banyak kendala untuk mengurus program perakitan mobil listrik itu. Kendala tersebut di antaranya belum tersedianya cukup waktu karena masih sibuk mengurus program yang lain, belum adanya dukungan anggaran, perlu studi banding untuk pengembangan berkelanjutan, dan lainnya.
"Agar rakitannya lebih sempurna, perlu banyak dukungan, anggaran, studi banding dan waktu pengerjaan yang cukup. Sedangkan untuk kali ini, ketersediaan baterai saja belum ada, makanya mobil listrik itu tidak bisa jalan," kata Edi Imawan. Mobil listrik itu kata Edi Imawan perlu baterai khusus, jenis litium berkekuatan 48 Volt. Sedangkan mobil listrik yang dirakit masih sangat sederhana dan manual. Saat di-launching tahun 2018, mobil listrik buatan siswa kelas XI dan kelas XII program keahlian TKR (teknik kendaraan ringan) itu diberi nama Subali Skensa (Sekolah Kejuruan Satu). Namun sejak dua tahun terakhir mobil listrik tersebyt tidak pernah dihidupkan.
Mobil itu dirakit mulai Mei 2018 di bawah pengawasan Tim Pendamping ITB (Institut Teknologi Bandung), kemudian di-launching pada 4 September 2018. Mobil listrik tersebut ramah lingkungan dan murah dilandasi techno park (kumpulan beragam teknologi). Pembuatan mobil listrik di SMKN Abang diawali Kasek SMKN Abang I Ketut Kerta Negara menyusun proposal dan diajukan ke ITB. Di Indonesia ITB sebagai Tim Pendamping Kelompok Teknologi sebagai barometer pengembangan techno park, bagi pengembangan teknologi.
Setelah proposal di tangan ITB, maka Tim ITB dikoordinasikan Maria Evita dan Danny Priyadi datang melakukan visitasi (kunjungan) memantau kondisi sekolah, kondisi lab, fasilitas penunjang, guru pembina yang memahami teknologi. Guru pembina TKR Edi Imawan mempresentasikan, maksud dan tujuan sesuai yang tertuang dalam proposal. Saat presentasi Mei 2018 lalu, SMKN Abang juga melibatkan DUDI (dunia usaha dan dunia industri).
Setelah Tim ITB setuju sebagai tim pendamping selama merakit mobil listrik, maka sejak Mei 2018 resmi memulai aktivitas merakit mobil listrik. Mengenai biayanya berasal dari Direktorat Pengembangan SMK. Selama diujicoba setiap tahapan sering error.
Mobil listrik tersebut digerakkan baterai, tanpa busi, tanpa knalpot, tanpa saringan oli, tanpa tangki minyak. Bodinya lebih ringan, mirip mobil balapan F-1. Semua suku cadangnya didatangkan dari luar Bali. Menggunakan 4 ban untuk kapasitas 1 orang. Menurut Edi Imawan perakitan mobil listrik itu dimulai terlebih dahulu membuat rangka mobil mini, tiruan menggunakan styrofoam mirip membuat ogoh-ogoh. Kemudian ditutup koran, sehingga membentuk mobil mirip F-1.
Saat membuat rangka menggunakan styrofoam juga melibatkan guru seni dan budaya. Sementara spesifikasi mobil listrik Skensa ini, yakni kecepatan maksimal 45 kilometer per jam, daya tempuh maksimal 50 km, masa charge baterai 3-5 jam, input charge 450 watt, dinamo 2 x BLDC 800 watt, controller kelly controller 150 A, baterai 48 V sebanyak 80 buah, rem disk brake, suspensi depan independent, ukuran velg 10", dan ukuran ban 100/90/10". *k16
1
Komentar