Industri Batik RI Sukses Jadi Market Leader Dunia
JAKARTA, NusaBali
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi menyampaikan bahwa industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader (pemimpin pasar) batik dunia.
"Industri batik kita mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global," kata Doddy secara virtual di Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa (4/10).
Doddy menyampaikan hal itu pada Puncak Peringatan Hari Batik Nasional 2022 dengan tema "Batik Merangkai Indonesia". Doddy memaparkan, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik pada 2021 mencapai 46,24 juta dolar AS, dan pada semester satu pada tahun 2022 mencapai 27,42 juta dolar AS.
Untuk terus berdaya saing dan sejalan dengan tren perkembangan pasar dunia, lanjut Doddy, industri kerajinan dan batik harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan wawasan lingkungan.
"BSKJI Kementerian Perindustrian melalui Pusat Industri Hijau telah mengembangkan Standar Industri Hijau (SIH) untuk Industri Batik dan telah dituangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 39/2019," kata Doddy.
Implementasi green batik pada produk batik dapat dilakukan melalui konsep produksi bersih (cleaner production) dengan menerapkan 5R (Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery).
Poin utama dalam konsep green batik adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, energi dan penurunan emisi GRK di seluruh tahapan produksi sekaligus meminimalkan terbentuknya limbah sisa produksi.
Dengan mengadopsi nilai-nilai industri hijau tersebut, industri batik akan menjadi semakin kompetitif dalam penetrasi pasar, sekaligus meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksinya.
Dalam rangkaian Kegiatan Hari Batik Nasional 2022, Kemenperin juga dilaksanakan serah terima sertifikat Batikmark kepada perwakilan industri penerima fasilitasi yang diselenggarakan oleh Balai Besar dan Standardisasi Jasa Industri (BBSPJI) Kerajinan dan Batik.
"Pada kesempatan ini BBSPJI Kerajinan dan Batik tidak berjalan sendiri namun bekerjasama dengan Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian, dan pihak lain yang mendukung," ujar Doddy.
Sebagai informasi, jumlah penerima fasilitasi sertifikasi Batikmark tahun ini sebanyak 50 IKM yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan hingga Papua.
Batikmark sendiri merupakan suatu tanda yang menunjukkan identitas dan ciri batik buatan Indonesia yang terdiri dari tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap. Batik Mark dilindungi dengan Hak Cipta Nomor 034100 tanggal 5 Juni 2007.
"Harapan kami para penerima sertifikasi Batikmark ini akan merasakan manfaat diantaranya adalah memberikan legalitas bagi produsen dan konsumen produk batik Indonesia terhadap keaslian dan mutu produk yang diperdagangkan, sebagai pembeda antara batik buatan Indonesia dengan produk tekstil lainnya, memudahkan konsumen mancanegara mengenal batik Indonesia, dan mendukung promosi batik Indonesia di pasar internasional," ujar Doddy. *
Doddy menyampaikan hal itu pada Puncak Peringatan Hari Batik Nasional 2022 dengan tema "Batik Merangkai Indonesia". Doddy memaparkan, industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik pada 2021 mencapai 46,24 juta dolar AS, dan pada semester satu pada tahun 2022 mencapai 27,42 juta dolar AS.
Untuk terus berdaya saing dan sejalan dengan tren perkembangan pasar dunia, lanjut Doddy, industri kerajinan dan batik harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan wawasan lingkungan.
"BSKJI Kementerian Perindustrian melalui Pusat Industri Hijau telah mengembangkan Standar Industri Hijau (SIH) untuk Industri Batik dan telah dituangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 39/2019," kata Doddy.
Implementasi green batik pada produk batik dapat dilakukan melalui konsep produksi bersih (cleaner production) dengan menerapkan 5R (Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery).
Poin utama dalam konsep green batik adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, energi dan penurunan emisi GRK di seluruh tahapan produksi sekaligus meminimalkan terbentuknya limbah sisa produksi.
Dengan mengadopsi nilai-nilai industri hijau tersebut, industri batik akan menjadi semakin kompetitif dalam penetrasi pasar, sekaligus meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksinya.
Dalam rangkaian Kegiatan Hari Batik Nasional 2022, Kemenperin juga dilaksanakan serah terima sertifikat Batikmark kepada perwakilan industri penerima fasilitasi yang diselenggarakan oleh Balai Besar dan Standardisasi Jasa Industri (BBSPJI) Kerajinan dan Batik.
"Pada kesempatan ini BBSPJI Kerajinan dan Batik tidak berjalan sendiri namun bekerjasama dengan Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian, dan pihak lain yang mendukung," ujar Doddy.
Sebagai informasi, jumlah penerima fasilitasi sertifikasi Batikmark tahun ini sebanyak 50 IKM yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan hingga Papua.
Batikmark sendiri merupakan suatu tanda yang menunjukkan identitas dan ciri batik buatan Indonesia yang terdiri dari tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap. Batik Mark dilindungi dengan Hak Cipta Nomor 034100 tanggal 5 Juni 2007.
"Harapan kami para penerima sertifikasi Batikmark ini akan merasakan manfaat diantaranya adalah memberikan legalitas bagi produsen dan konsumen produk batik Indonesia terhadap keaslian dan mutu produk yang diperdagangkan, sebagai pembeda antara batik buatan Indonesia dengan produk tekstil lainnya, memudahkan konsumen mancanegara mengenal batik Indonesia, dan mendukung promosi batik Indonesia di pasar internasional," ujar Doddy. *
1
Komentar