Produk Anyaman Diminati Wisatawan Mancanegara hingga Masuk Pasar Ekspor
MANGUPURA, NusaBali.com – Memulai usaha di masa pandemi memang tak mudah. Namun berbekal semangat dan keyakinan, sebuah usaha kerajinan anyaman ini mampu eksis dan malah bisa mengekspor ke beberapa negara.
Kenekatan ini dilakukan oleh Elyza pada 2020 lalu. Wanita asal Indramayu, Jawa Barat ini membuka sebuah toko di Jalan Uluwatu nomor 50, Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Toko yang diberi nama Rattan Twin Manggo ini menjual berbagai jenis produk anyaman lokal dari lima sentra kerajinan, yakni, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Ponorogo, dan Yogyakarta.
“Jenis produknya ada anyaman ate dari daerah Karangasem, Bali. Lalu ada juga anyaman dari pandan, lontar, purun, jali-jali atau anyaman plastik. Ada tas gajih dari Jogja dan yang lainnya,” ujar Elyza saat ditemui, Rabu (5/10/2022) sore.
Saat membuka toko dua tahun lalu, Elyza bisa dibilang nekat. Situasi Bali saat itu sangat terpuruk, taka da wisatawan yang datang ke Pulau Dewata ini.
Namun keteguhan dan kenekatan itu berbuah hasil. Seiring dengan semakin memabiknya pariwisata dan datangnya wisatawan, tokonya sering dikunjungi wisatawan.
Pasalnya, produk-produk yang ditawarkan Elyza terpampang jelas dari pinggir jalan.
“Karena tempatnya juga strategis ya dan tidak ada kompetitor jadi banyak yang datang kesini ada yang dari turis lokal sampai mancanegara,” paparnya.
Walaupun usaha yang dirintis baru dua tahu, lebih lanjut kata Elyza, kebanyakan pelanggannya berasal dari Prancis, AS, Brasil, hingga Jepang. Bahkan produk yang dijualnya kini telah banyak diekspor ke Jepang hingga Taiwan.
“Bulan lalu itu sampai ratusan pieces produk yang diekspor. Untuk bulan ini belum ada, hanya dijual grosir ke daerah Seminyak saja,” paparnya.
Produk yang paling best seller atau paling banyak diganduringi oleh turis, kata Elyza, adalah produk tas berbahan purun. Tak jarang, para turis tidak hanya membeli satu produk melainkan sampai lima pieces bahkan lebih.
Di tokonya terlihat beberapa produk handmade mulai dari berbagai jenis tas, basket, topi, dan pouch wanita.
Soal harga yang ditawarkan bervariasi tergantung bentuk dan juga ukuran produknya. Harga termurah yakni produk serba guna dari anyaman purun dibanderol dengan harga Rp 10.000, sedangkan produk termahal adalah tas rotan dari Kalimantan Selatan seharga Rp 750.000.
“Di sini kami pakai kualitas yang bagus karena yang beli kebanyakan bule. Saya tidak ingin mereka kecewa jadi kualitas yang saya tawarkan harus yang terbaik,” lanjut Elyza.
Produk yang didapatkan dari berbagai daerah ia temukan sendiri dengan modal bertanya dengan rekan-rekannya dan mencari di internet. Menurutnya, dengan menggunakan produk handmade lokal Indonesia bisa membantu para perajin untuk berpenghasilan.
“Saya berharap dengan adanya toko ini juga bisa membantu para perajin dan ini juga sebagai bentuk melestarikan produk buatan orang Indonesia agar lebih dikenal lagi ke depannya,” tandas Elyza.
Dari ketekunannya, kini omzet toko yang dirintis dua tahun silam tersebut mencapai Rp 10 juta per bulan. Namun, jumlah itu akan berubah sesuai dengan banyaknya konsumen yang datang ke tokonya.
“Alhamdulillah selalu dapat rezeki, sehari bisa dapat Rp 700.000 bahkan lebih tergantung banyaknya konsumen,” ujar Elyza.
Dirinya pun memiliki cita-cita untuk membuka cabang dan memiliki toko yang lebih besar dengan mengajak para perajin lebih banyak lagi. *ris
1
Komentar