Penggalian Situs di Desa Getasan Dilanjutkan
Kali ini arkeolog menemukan bangunan yang diperkirakan berupa candi atau bisa juga patirtaan.
MANGUPURA, NusaBali
Penggalian situs purbakala Pura Gelang Agung, Banjar Buangga, Desa Getasan, Kecamatan Petang, kembali dilanjutkan. Penggalian sekaligus penelitian oleh Balai Arkeologi Bali Wilayah Kerja Bali-Nusra yang dimulai 21 April 2017 ini merupakan penggalian kelima sejak tahun 2013. Pada penggalian kali ini para arkeolog menemukan struktur dasar bangunan di sebalah timur pura yang diduga berupa candi.
Temudian ini diduga sambungan dari temuan tahun-tahun sebelumnya berupa pondasi bangunan yang sebelumnya ditemukan di dalam pura. Seperti diketahui, sejak penggalian tahun 2013 lalu, para arkeolog tak hanya menemukan struktur pondasi bangunan yang diperkirakan didirikan pada abad ke-13, melainkan juga arca lingga, nandi, wisnu di atas garuda, siwa, puncak candi, termasuk ditemukan ratusan uang kepeng China dan Vietnam abad ke-13 sampai 20, berbagai pecahan kereweng (gerabah). Benda-benda bersejarah tersebut diyakini satu kesatuan dengan struktur bangunan candi yang baru sepenggal ditemukan.
Hingga Jumat (28/4), penggalian yang melibatkan sekitar 12 orang arkeolog ini, berhasil mengggali dua titik di luar pura bagian timur. Masing-masing titik berupa kotak berukuran 2 x 2 meter berkedalaman sekitar 2,5–3 meter dengan jarak antar-titik sekitar 2 meter.
Nah, struktur bangunan kuno ditemukan tepat di kotak pertama dengan kedalaman 2,5 meter yang berada di sisi utara. Struktur bangunan ini diduga sebuah sudut bangunan yang tersambung dengan temuan tahun sebelumnya yang ada di dalam areal pura. Para arkeolog juga menduga ada sebuah kolam yang diduga patirtaan atau tempat permandian. Hal ini diperkuat dengan adanya tempat lingga lengkap dengan saluran air. Sementara di kotak kedua yang berada di sisi selatan, ditemukan beberapa batu padas yang diduga serpihan dari bangunan atau candi.
Kepala Balai Arkeologi Bali Wilayah Kerja Bali-Nusra I Gusti Made Suwarbhawa, mengatakan, penggalian lanjutan yang dilakukan sejak 21 April 2017 lalu ini memperkuat keyakinan para arkeolog bahwa di areal Pura Gelang Agung terdapat sebuah bangunan kuno. Bangunan ini diperkirakan berdiri di abad ke-13. “Sudah bisa kami pastikan bahwa di tempat ini dulu pernah ada bangunan,” katanya saat ditemui, kemarin. Dalam penggalian kali ini juga ditemukan sebuah kolam. “Sekarang kami juga temukan bangunan kolam. Jadi kalau kami perkirakan di tempat ini bisa ada bangunan candi atau bisa juga patirtaan,” ungkapnya.
Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan jenis bangunan apa. Karena harus diteliti lebih jauh, dan ini yang sedang dilakukan. “Bentuk pastinya belum. Tapi, sudut-sudut dasar bangunan sudah kami temukan baik yang di luar pura maupun di dalam areal pura,” imbuhnya.
Suwarbhawa menduga benda-benda bersejarah ini hancur dan tertimbun tanah lantaran berbagai fenomena alam yang pernah terjadi di masa lampau. Di antaranya gunung meletus, tanah longsor hingga banjir.
“Kalau dilihat dari jenis tanah, mungkin dulu bangunan ini rusak dan tertimbun karena gunung meletus, longsor, dan banjir,” bebernya. Dia menyebut saat penggalian terdapat material seperti pasir, dan material bekas letusan gunung berapi.
Untuk penggalian kelima kalinya ini, menurut dia akan berlangsung hingga 4 Mei 2017 mendatang. Dengan waktu yang tersisa pihaknya berharap menemukan petunjuk baru. “Kami akan terus gali sebisa kami, sampai benar-benar mengetahui stuktur bangunan apa yang tertimbun di sini,” tegas Suwarbhawa.
Dalam melakukan penelitian, pihaknya mengaku sebisa mungkin menghindari perusakan bangunan yang sudah ada. Pasalnya, di kawasan ini sudah berdiri banguan pura yang disucikan oleh masyarakat sekitar. * asa
Temudian ini diduga sambungan dari temuan tahun-tahun sebelumnya berupa pondasi bangunan yang sebelumnya ditemukan di dalam pura. Seperti diketahui, sejak penggalian tahun 2013 lalu, para arkeolog tak hanya menemukan struktur pondasi bangunan yang diperkirakan didirikan pada abad ke-13, melainkan juga arca lingga, nandi, wisnu di atas garuda, siwa, puncak candi, termasuk ditemukan ratusan uang kepeng China dan Vietnam abad ke-13 sampai 20, berbagai pecahan kereweng (gerabah). Benda-benda bersejarah tersebut diyakini satu kesatuan dengan struktur bangunan candi yang baru sepenggal ditemukan.
Hingga Jumat (28/4), penggalian yang melibatkan sekitar 12 orang arkeolog ini, berhasil mengggali dua titik di luar pura bagian timur. Masing-masing titik berupa kotak berukuran 2 x 2 meter berkedalaman sekitar 2,5–3 meter dengan jarak antar-titik sekitar 2 meter.
Nah, struktur bangunan kuno ditemukan tepat di kotak pertama dengan kedalaman 2,5 meter yang berada di sisi utara. Struktur bangunan ini diduga sebuah sudut bangunan yang tersambung dengan temuan tahun sebelumnya yang ada di dalam areal pura. Para arkeolog juga menduga ada sebuah kolam yang diduga patirtaan atau tempat permandian. Hal ini diperkuat dengan adanya tempat lingga lengkap dengan saluran air. Sementara di kotak kedua yang berada di sisi selatan, ditemukan beberapa batu padas yang diduga serpihan dari bangunan atau candi.
Kepala Balai Arkeologi Bali Wilayah Kerja Bali-Nusra I Gusti Made Suwarbhawa, mengatakan, penggalian lanjutan yang dilakukan sejak 21 April 2017 lalu ini memperkuat keyakinan para arkeolog bahwa di areal Pura Gelang Agung terdapat sebuah bangunan kuno. Bangunan ini diperkirakan berdiri di abad ke-13. “Sudah bisa kami pastikan bahwa di tempat ini dulu pernah ada bangunan,” katanya saat ditemui, kemarin. Dalam penggalian kali ini juga ditemukan sebuah kolam. “Sekarang kami juga temukan bangunan kolam. Jadi kalau kami perkirakan di tempat ini bisa ada bangunan candi atau bisa juga patirtaan,” ungkapnya.
Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan jenis bangunan apa. Karena harus diteliti lebih jauh, dan ini yang sedang dilakukan. “Bentuk pastinya belum. Tapi, sudut-sudut dasar bangunan sudah kami temukan baik yang di luar pura maupun di dalam areal pura,” imbuhnya.
Suwarbhawa menduga benda-benda bersejarah ini hancur dan tertimbun tanah lantaran berbagai fenomena alam yang pernah terjadi di masa lampau. Di antaranya gunung meletus, tanah longsor hingga banjir.
“Kalau dilihat dari jenis tanah, mungkin dulu bangunan ini rusak dan tertimbun karena gunung meletus, longsor, dan banjir,” bebernya. Dia menyebut saat penggalian terdapat material seperti pasir, dan material bekas letusan gunung berapi.
Untuk penggalian kelima kalinya ini, menurut dia akan berlangsung hingga 4 Mei 2017 mendatang. Dengan waktu yang tersisa pihaknya berharap menemukan petunjuk baru. “Kami akan terus gali sebisa kami, sampai benar-benar mengetahui stuktur bangunan apa yang tertimbun di sini,” tegas Suwarbhawa.
Dalam melakukan penelitian, pihaknya mengaku sebisa mungkin menghindari perusakan bangunan yang sudah ada. Pasalnya, di kawasan ini sudah berdiri banguan pura yang disucikan oleh masyarakat sekitar. * asa
Komentar