Anak Stunting Terbanyak di Karangasem
Stunting menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
AMLAPURA, NusaBali
Karangasem memiliki anak stunting (bertubuh pendek akibat kurang gizi) terbanyak di Bali, yakni 22,9 persen dari survei yang menyasar 400 balita. Pelbagai program disiapkan Pemkab Karangasem untuk menurunkan angka stunting hingga akhir tahun 2022. Pemkab ini menargetkan hingga tahun 2024 angka stunting mencapai 13,44 persen.
Hal itu terungkap dalam acara Rekonsolidasi Percepatan Penurunan Stunting Karangasem digelar Kantor BKKBN Bali, di Aula Sabah Widya Praja Kantor Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Karangasem, Jalan Veteran Amlapura, Kamis (6/10).
Dalam acara itu hadir Kepala BKKBN Bali dr Ni Luh Gede Sukardiasih, Kadis Kesehatan Karangasem dr I Gusti Bagus Putra Pertama, Kepala Bappelitbangda (Badan Perencanaan Penelitian Pengembangan Daerah) Karangasem I Nyoman Sutirtayasa, Kadis Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Karangasem I Komang Daging dan undangan lainnya.
Kadiskes I Gusti Bagus Putra Pertama mengakui, angka stunting di Karangasem 22,9 persen, tertinggi di Bali, dari survei menyasar 400 balita, hasilnya di atas rata-rata Bali, 10,9 persen.
Angka capaian itu, sangat jauh di atas kabupaten/kota lainnya di Bali, sebagai perbandingan, Klungkung 19,4 persen, Jembrana 14,3 persen, Bangli 11,8 persen, Tabanan 9,2 persen, Denpasar 9,0 persen, Buleleng 8,9 persen, Badung 8,7 persen, dan Gianyar 5,1 persen. Hal itu berdasarkan survei status gizi Indonesia Juni-Oktober 2021.
Stunting, lanjut I Gusti Bagus Putra Pertama, merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang ditandai pertumbuhan tinggi dan berat badan tidak sesuai dengan umur. Stunting menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
“Kami telah bentuk tim pendamping di delapan kecamatan sebanyak 1.068 tim pendamping keluarga, sehingga kami pasang target di akhir tahun 2022 sebesar 19,06 persen, tahun 2023 sebesar 16,72 persen, dan tahun 2024 sebesar 13,44 persen,” jelas I Gusti Bagus Putra Pertama.
Kepala Bapelitbangda I Nyoman Sutirtayasa siap mendukung di segala sektor guna menurunkan angka stunting. “Semua sektor mesti bergerak memberikan dukungan, mirip seperti penanganan Covid-19, agar kasusnya terus berkurang setiap tahun,” jelas Sutirtayasa.
Kadis I Komang Daging juga bersiap memberikan kontribusi, agar stunting di Karangasem cepat teratasi. Pejabat fungsional Bapelitbangda Karangasem Ida Bagus Tamu memberikan masukan, selama ini balita diukur berdasarkan KMS (kartu menuju sehat) yang hanya mengukur berat badan, mestinya diimbangi tinggi badan. “Mesti dilakukan perbaikan, diberlakukan kartu tumbuh kembang anak menurut umur,” pintanya.*k16
Hal itu terungkap dalam acara Rekonsolidasi Percepatan Penurunan Stunting Karangasem digelar Kantor BKKBN Bali, di Aula Sabah Widya Praja Kantor Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Karangasem, Jalan Veteran Amlapura, Kamis (6/10).
Dalam acara itu hadir Kepala BKKBN Bali dr Ni Luh Gede Sukardiasih, Kadis Kesehatan Karangasem dr I Gusti Bagus Putra Pertama, Kepala Bappelitbangda (Badan Perencanaan Penelitian Pengembangan Daerah) Karangasem I Nyoman Sutirtayasa, Kadis Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Karangasem I Komang Daging dan undangan lainnya.
Kadiskes I Gusti Bagus Putra Pertama mengakui, angka stunting di Karangasem 22,9 persen, tertinggi di Bali, dari survei menyasar 400 balita, hasilnya di atas rata-rata Bali, 10,9 persen.
Angka capaian itu, sangat jauh di atas kabupaten/kota lainnya di Bali, sebagai perbandingan, Klungkung 19,4 persen, Jembrana 14,3 persen, Bangli 11,8 persen, Tabanan 9,2 persen, Denpasar 9,0 persen, Buleleng 8,9 persen, Badung 8,7 persen, dan Gianyar 5,1 persen. Hal itu berdasarkan survei status gizi Indonesia Juni-Oktober 2021.
Stunting, lanjut I Gusti Bagus Putra Pertama, merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang ditandai pertumbuhan tinggi dan berat badan tidak sesuai dengan umur. Stunting menyebabkan gangguan pada perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
“Kami telah bentuk tim pendamping di delapan kecamatan sebanyak 1.068 tim pendamping keluarga, sehingga kami pasang target di akhir tahun 2022 sebesar 19,06 persen, tahun 2023 sebesar 16,72 persen, dan tahun 2024 sebesar 13,44 persen,” jelas I Gusti Bagus Putra Pertama.
Kepala Bapelitbangda I Nyoman Sutirtayasa siap mendukung di segala sektor guna menurunkan angka stunting. “Semua sektor mesti bergerak memberikan dukungan, mirip seperti penanganan Covid-19, agar kasusnya terus berkurang setiap tahun,” jelas Sutirtayasa.
Kadis I Komang Daging juga bersiap memberikan kontribusi, agar stunting di Karangasem cepat teratasi. Pejabat fungsional Bapelitbangda Karangasem Ida Bagus Tamu memberikan masukan, selama ini balita diukur berdasarkan KMS (kartu menuju sehat) yang hanya mengukur berat badan, mestinya diimbangi tinggi badan. “Mesti dilakukan perbaikan, diberlakukan kartu tumbuh kembang anak menurut umur,” pintanya.*k16
1
Komentar