Ibu Pecandu Bakal Lahirkan Anak Pecandu
GIANYAR, NusaBali.com – Seorang ibu yang merupakan pecandu narkoba akan melahirkan anak yang pecandu pula. Namun candu itu bukan terjadi pada saat anak itu dewasa melainkan semenjak anak itu lahir ke dunia.
Pernyataan ini disampaikan oleh seorang konselor adiksi dari Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Opy Sulaeman, 47.
Konselor yang sudah memiliki 22 tahun pengalaman dalam bidang konseling dan rehabilitasi mengenai masalah reproduksi dan adiksi ini menekankan pentingnya pemutusan mata rantai kecanduan obat-obatan terlarang.
Menurut wanita yang akrab disapa Teh Opy ini, ibu pecandu dan sedang mengandung dipastikan akan melahirkan bayi pecandu. Hal ini disebabkan karena seperti kehamilan normal, apa yang dikonsumsi sang ibu akan diserap pula oleh janin. Begitu juga obat-obatan terlarang yang dikonsumsi ibu akan diturunkan kepada sang anak.
“Kalau ibunya pecandu mengonsumsi heroin, sabu-sabu, atau yang lainnya otomatis bayinya juga ikut mengonsumsi. Begitu ibunya sakaw, anaknya juga sakaw,” beber Teh Opy ketika ditemui usai mengisi sesi penyadartahuan bahaya narkoba serangkaian acara Sayan Rumaket di Taman Baca Ubud, Banjar Penestanan Kaja, Desa Sayan, Sabtu (8/10/2022) sore.
Bayi yang terlahir dengan kondisi kecanduan narkoba akan sangat sulit untuk diberikan perawatan maupun rehabilitasi. Jika sang ibu masih bisa diberikan terapi berupa rumatan matadon, sang anak tidak akan mampu diberi obat setiap kali diperlukan karena organnya belum siap untuk itu.
“Nangisnya juga belum bisa dibedakan. Nangis antara lapar, haus, atau nangis karena ketagihan narkoba. Kalau ibunya kan masih mending karena sudah bisa ngomong tinggal telepon bandarnya,” tutur Teh Opy sedikit lugas.
Kalaupun masih bisa bertahan, bayi dengan sakaw akan sulit untuk tumbuh dan berkembang lantaran tingkat intelegensianya rendah.
Mirisnya, memiliki ibu yang pecandu dengan ego pribadinya untuk memenuhi hasrat sendiri pun akan membuat bayi menjadi terlantar. Lebih buruk lagi, bayi dengan kondisi seperti ini akan sulit bertahan lebih dari dua tahun.
Kasus semacam ini sudah pernah terjadi di Amerika Serikat sekitar tahun 2015, di mana bayi yang baru berusia seminggu diketahui kecanduan opioid. Layaknya orang dewasa, bayi dengan candu ini bergetar hebat setiap kali mengalami sakaw.
Selain itu, di Indonesia, tepatnya di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah pada tahun 2017 terjadi kasus serupa. Diketahui sepasang suami istri, di mana sang suami adalah seorang pengedar. Di lain sisi, sang istri tetap mengonsumsi obat-obatan terlarang meskipun tengah hamil.
Ketika BNN Kota Palangka Raya dan Provinsi Kalimantan Tengah berhasil meringkus keduanya, fakta mengejutkan pun terungkap. Bayi yang sudah terlahir dan baru berusia lima bulan pada saat kedua orangtuanya ditangkap, dinyatakan mengalami kecanduan sabu-sabu setelah menjalani pemeriksaan medis.
“Narkoba berdampak buruk bagi generasi bangsa karena berdampak terhadap tumbuh kembang mereka. Maka cita-cita Indonesia Emas tidak akan terwujud dengan kondisi seperti ini,” tandas Teh Opy yang juga Sex Education Manager di Bali Children’s Project yang berlokasi di Banjar Penestanan Kaja, Desa Sayan. *rat
1
Komentar