LENTERA: Dari Bali untuk Bumi yang Harmoni
Di tengah kegelapan malam, yang paling dibutuhkan adalah lentera penerang. Di tengah zaman gelap, yang dibutuhkan adalah Cahaya penerang.
Dibimbing oleh spirit seperti inilah, keluarga Compassion memberanikan diri untuk berbagi harmoni Bali untuk pemimpin di bumi. Syukurnya, respon sahabat di pemerintahan sangat positif. Sebagai bahan renungan, Bali yang dikenal sebagai tujuan wisata ternama adalah puncak gunung es. Sedikit yang menggali lebih dalam, di bawah permukaan puncak gunung es ada tradisi tua yang penuh harmoni di Bali. Berumur ribuan tahun.
Pertama, filosofi tua Rwa-Bhineda mirip Yin-Yang dari China. Hitam-putih, gelap-terang tidak terpisahkan. Membuang salah satunya membuang keduanya. Kedua, agama Tirtha (air suci) berbagi aura sangat sejuk. Tidak kebetulan jika banyak jurnal psikologi di zaman kita yang menyebutkan secara eksplisit.
"Kecerdasan yang paling dibutuhkan di zaman yang penuh bantingan ini adalah kecerdasan mengalir". Jurnal kesehatan ternama Harvard Medical School juga serupa. "Agar sehat, manusia memerlukan psikologi mengalir". Entah kebetulan atau tidak, ia satu spirit (satu roh) dengan agama asli orang Bali.
Ketiga, tradisi tua Nyegara-Gunung. Di tempat di mana bukit yang maskulin, dipeluk indah oleh laut (danau) yang feminin, di sana ada tempat suci indah. Ia memberi bimbingan, tugas terpenting pemimpin bukan membuang yang negatif, tapi mensintesakan positif-negatif. Sejujurnya, dunia jadi gelap dan menyentuh seperti sekarang, karena kebanyakan pemimpin terlalu sibuk dan terlalu bertenaga membuang yang negatif.
Mereka lupa, membuang yang negatif juga membuang Cahaya. Andaikan roh harmoni pulau Bali ini membimbing pemimpin di bumi, tidak diragukan, bumi akan jauh lebih harmoni.
Semoga semua mahluk berbahagia. Semoga semua mahluk berbahagia. Semoga semua mahluk berbahagia. Semoga semua mahluk berbahagia. *
Guruji Gede Prama
1
Komentar