BPBD Bali Siaga Cuaca Ekstrem
Rumah Jro Mangku di Tabanan Tertimpa Senderan Longsor
BPBD Bali mengimbau masyarakat Bali tetap waspada dan berhati-hati terhadap cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung seminggu ke depan.
DENPASAR, NusaBali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali melakukan beberapa langkah antisipasi menindaklanjuti peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlanjut hingga sepekan mendatang (9-15 Oktober 2022). Pemprov Bali melalui BTT (Biaya Tidak Terduga) juga memberikan bantuan pasca bencana berupa santunan kematian Rp 15 juta per orang, dan biaya perawatan di rumah sakit Rp 10 juta per orang.
BPBD Provinsi Bali meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dengan menguatkan koordinasi dengan pihak Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar untuk mendapatkan update informasi peringatan dini. Selain itu juga meningkatkan koordinasi antardinas terkait dan aparatur untuk melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan sesuai tugas pokok fungsi dan kewenangannya masing-masing.
Hal tersebut ditegaskan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, Made Rentin di Denpasar, Senin (10/10). Rentin mengakui cuaca ekstrem dan hujan lebat di wilayah Bali pada Sabtu (8/10) lalu telah menyebabkan beberapa kejadian musibah di tujuh kabupaten/kota, seperti tanah longsor, pohon tumbang, tembok panyengker rumah roboh, jalan jebol, dan banjir.
“Saat ini kondisi sudah normal dan air sudah surut, kegiatan masyarakat normal kembali, tidak ada posko pengungsian. Pemprov Bali melalui BTT (Biaya Tidak Terduga) memberikan bantuan pasca bencana berupa santunan kematian Rp 15 juta per orang, dan biaya perawatan di rumah sakit Rp 10 juta per orang,” kata Rentin.
Rentin pun membantah adanya wisatawan asing yang dievakuasi akibat banjir. Menurutnya saat itu wisatawan sendiri yang meminta untuk dibantu akses keluar dari vila agar bisa menjalankan agenda berwisata sesuai jadwal.
Dia menambahkan, selanjutnya BPBD Provinsi Bali tetap berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan seperti BMKG, Basarnas, TNI, Polri, relawan, Dinas PUPR, Balai BWS, dan Satker lainnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat Bali untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung seminggu ke depan. “Masyarakat agar tetap berhati-hati melaksanakan kegiatan, untuk sementara hindari daerah rawan seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai dan tempat berisiko lainnya,” tandas birokrat asal Banjar Sayan, Mengwi, Badung ini.
Sementara bencana alam akibat cuaca ekstrim berupa hujan deras menyebabkan senderan rumah milik I Nyoman Togog di Banjar Kemetug Desa, Desa Gunung Salak, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan longsor dan menimpa tiga bangunan rumah milik tetangganya I Made Mertayasa hingga mengalami kerusakan parah. Senderan sepanjang 20 meter dengan tinggi 3 meter ini longsor pada, Minggu (9/10) malam sekitar pukul 22.00 Wita saat hujan deras turun.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam bencana ini, meskipun orangtua Made Mertayasa, yakni I Made Serata dan Ni Made Lindra yang notabene Pamangku Pura Subak Mumbul sempat merayap untuk menghindarkan diri dari reruntuhan bangunan. Menurut Perbekel Gunung Salak, I Wayan Wija, longsornya senderan karena tak kuat menahan beban air. Sebab pada minggu malam kawasan Desa Gunung Salak diguyur hujan deras. Akibat dari kejadian tersebut tiga bangunan milik I Made Mertayasa rusak cukup parah.
Bangunan yang rusak ini, antara lain bangunan lumbung, bale gede, dan bale daja. Kondisi tiga bangunan tertimpa reruntuhan ini cukup parah. Khususnya bangunan bale gede tempat orangtua Made Mertayasa tidur hancur bagian belakang hingga membuat posisi bangunan menjadi miring. "Sementara bale daja milik korban hanya rusak di bagian atap dan bangunan lumbung di bagian tiang tertimpa beton hingga membuat bangunan posisinya miring," ungkap Perbekel Wayan Wija, Senin (10/10).
Kata dia, bencana alam ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Sebab orangtua Made Mertayasa yang tidur di bale gede tersebut bisa menyelamatkan diri. Kedua orangtua Made Mertayasan ini sempat merayap keluar dari tempat tidurnya. "Senderan yang longsor ini menimbulkan suara gemuruh. Begitu longsor Made Mertayasa ini langsung mencari orangtuanya yang tidur di bale gede. Tidak ada luka-luka, semua selamat," katanya. Dengan kondisi tersebut, perihal bencana alam ini desa sudah melaporkan ke BPBD Tabanan untuk dibantu proses evakuasi yang rencananya dilakukan, Selasa (11/10). "Hari ini (kemarin) kita belum bisa melakukan evakuasi material karena korban di tetangganya masih ada upacara adat," terang Perbekel Wayan Wija.
Sementara karena bangunan tempat tidur orang tua korban rusak, kemungkinan mereka akan istirahat di rumah anaknya yang paling tua. Kebetulan lokasinya tak jauh dari rumah yang tertimpa bencana. "Mengenai bantuan kita baru dari desa salurkan sembako, untuk bantuan bencana kita sudah koordinasikan dengan BPBD dan Dinas Sosial," ungkap Perbekel Wayan Wija. *cr78, des
BPBD Provinsi Bali meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dengan menguatkan koordinasi dengan pihak Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar untuk mendapatkan update informasi peringatan dini. Selain itu juga meningkatkan koordinasi antardinas terkait dan aparatur untuk melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan sesuai tugas pokok fungsi dan kewenangannya masing-masing.
Hal tersebut ditegaskan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, Made Rentin di Denpasar, Senin (10/10). Rentin mengakui cuaca ekstrem dan hujan lebat di wilayah Bali pada Sabtu (8/10) lalu telah menyebabkan beberapa kejadian musibah di tujuh kabupaten/kota, seperti tanah longsor, pohon tumbang, tembok panyengker rumah roboh, jalan jebol, dan banjir.
“Saat ini kondisi sudah normal dan air sudah surut, kegiatan masyarakat normal kembali, tidak ada posko pengungsian. Pemprov Bali melalui BTT (Biaya Tidak Terduga) memberikan bantuan pasca bencana berupa santunan kematian Rp 15 juta per orang, dan biaya perawatan di rumah sakit Rp 10 juta per orang,” kata Rentin.
Rentin pun membantah adanya wisatawan asing yang dievakuasi akibat banjir. Menurutnya saat itu wisatawan sendiri yang meminta untuk dibantu akses keluar dari vila agar bisa menjalankan agenda berwisata sesuai jadwal.
Dia menambahkan, selanjutnya BPBD Provinsi Bali tetap berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan seperti BMKG, Basarnas, TNI, Polri, relawan, Dinas PUPR, Balai BWS, dan Satker lainnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat Bali untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung seminggu ke depan. “Masyarakat agar tetap berhati-hati melaksanakan kegiatan, untuk sementara hindari daerah rawan seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai dan tempat berisiko lainnya,” tandas birokrat asal Banjar Sayan, Mengwi, Badung ini.
Sementara bencana alam akibat cuaca ekstrim berupa hujan deras menyebabkan senderan rumah milik I Nyoman Togog di Banjar Kemetug Desa, Desa Gunung Salak, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan longsor dan menimpa tiga bangunan rumah milik tetangganya I Made Mertayasa hingga mengalami kerusakan parah. Senderan sepanjang 20 meter dengan tinggi 3 meter ini longsor pada, Minggu (9/10) malam sekitar pukul 22.00 Wita saat hujan deras turun.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam bencana ini, meskipun orangtua Made Mertayasa, yakni I Made Serata dan Ni Made Lindra yang notabene Pamangku Pura Subak Mumbul sempat merayap untuk menghindarkan diri dari reruntuhan bangunan. Menurut Perbekel Gunung Salak, I Wayan Wija, longsornya senderan karena tak kuat menahan beban air. Sebab pada minggu malam kawasan Desa Gunung Salak diguyur hujan deras. Akibat dari kejadian tersebut tiga bangunan milik I Made Mertayasa rusak cukup parah.
Bangunan yang rusak ini, antara lain bangunan lumbung, bale gede, dan bale daja. Kondisi tiga bangunan tertimpa reruntuhan ini cukup parah. Khususnya bangunan bale gede tempat orangtua Made Mertayasa tidur hancur bagian belakang hingga membuat posisi bangunan menjadi miring. "Sementara bale daja milik korban hanya rusak di bagian atap dan bangunan lumbung di bagian tiang tertimpa beton hingga membuat bangunan posisinya miring," ungkap Perbekel Wayan Wija, Senin (10/10).
Kata dia, bencana alam ini tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Sebab orangtua Made Mertayasa yang tidur di bale gede tersebut bisa menyelamatkan diri. Kedua orangtua Made Mertayasan ini sempat merayap keluar dari tempat tidurnya. "Senderan yang longsor ini menimbulkan suara gemuruh. Begitu longsor Made Mertayasa ini langsung mencari orangtuanya yang tidur di bale gede. Tidak ada luka-luka, semua selamat," katanya. Dengan kondisi tersebut, perihal bencana alam ini desa sudah melaporkan ke BPBD Tabanan untuk dibantu proses evakuasi yang rencananya dilakukan, Selasa (11/10). "Hari ini (kemarin) kita belum bisa melakukan evakuasi material karena korban di tetangganya masih ada upacara adat," terang Perbekel Wayan Wija.
Sementara karena bangunan tempat tidur orang tua korban rusak, kemungkinan mereka akan istirahat di rumah anaknya yang paling tua. Kebetulan lokasinya tak jauh dari rumah yang tertimpa bencana. "Mengenai bantuan kita baru dari desa salurkan sembako, untuk bantuan bencana kita sudah koordinasikan dengan BPBD dan Dinas Sosial," ungkap Perbekel Wayan Wija. *cr78, des
Komentar