Ikan Hias RI Diburu Warga AS
AS geser Jepang dan China yang langganan jadi importir terbesar ikan hias Indonesia
JAKARTA, NusaBali
Amerika Serikat (AS) menjadi negara tujuan ekspor ikan hias terbesar buat Indonesia sampai kuartal ketiga tahun 2022. Berdasarkan data per September 2022, nilai ekspor ikan hias ke Negeri Paman Sam mencapai US$ 2,45 juta (Rp 37,5 miliar) atau 12,31% dari keseluruhan nilai ekspor ikan hias Indonesia.
AS menggeser Jepang dan China yang langganan jadi importir terbesar ikan hias Indonesia. Kepala Pusat Karantina Ikan Badan Karantina, Pengendalian Mutu dan Keamanan (BKIPM) KKP, Riza Priyatna mengatakan permintaan ikan hias dari luar negeri masih sangat tinggi di tengah kondisi pandemi.
Riza menyampaikan di tahun 2021 ada di 81 negara penerima ikan hias Indonesia. Jepang, Hong Kong, AS, Vietnam, dan China merupakan 5 besar importir di 2021. Tapi, kata dia, di sepanjang tahun 2022 Amerika Serikat yang menjadi importir terbesar buat Indonesia.
"Permintaan ikan hias di luar negeri itu sangat tinggi, tidak mengenal pandemi. Jadi ada sedikit penurunan tapi tidak terlalu terasa. Di tahun 2020 kami kekurangan alat transportasi karena beberapa negara melakukan lockdown. Tapi lambat laun masih banyak cara-cara yang bisa digunakan," jelas Riza di kantor KKP, Jakarta Pusat, seperti dilansir detikcom, Senin (10/10).
Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP KKP Erwin Dwiyana menimpali, tingginya ekspor ikan hias Indonesia ke AS didasari semakin banyak warga AS yang menyukai ikan endemik Indonesia, seperti arwana dan capungan banggai.
"Kalau Amerika ini dia banyak masuk (impor) benih dan ikan hias air laut capungan banggai tadi. Itu lumayan kan termasuk endemik. Endemik itu artinya begini, ikan yang hanya ada di Indonesia. Jadi ikan arwana yang empat tadi itu hanya ada di Indonesia, termasuk capungan banggai itu hanya ada di Indonesia, tidak ada di tempat lain makananya harganya akan lebih mahal," tutur Erwin.
Erwin menyebut kebanyakan importir di AS merupakan pembudidaya. Mereka mengembangbiakkan ikan endemik Indonesia untuk dijual kepada pehobi ikan hias di sana.
"Pertama memang kalau dari sisi Amerika kelihatannya ada yang memang trader ya dipelihara lagi, kemudian dijual untuk hobi dan ada yang memang dipelihara," jelas Erwin.
Selain arwana dan capungan Banggai, ada beberapa ikan hias yang juga menjadi primadona ekspor. Ikan-ikan itu, antara lain botia, guppy, discus, ringau, koki, manfish, doctor fish, udang hias, dan cupang.
KKP sendiri memberikan sejumlah akses kemudahan berusaha bagi para pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) ikan hias guna mendukung pengembangan budidaya ikan hias di Indonesia.
Riza Priyatna mengatakan dukungan KKP terhadap pelaku usaha ikan hias juga dilakukan dengan memudahkan akses layanan melalui sistem sertifikasi online Jesika Mo (Jendela Informasi Karantina Ikan Mobile). Dengan sistem Jesika Mobile, sebagaimana dikutip dari Antara, pelaku usaha perikanan tidak perlu jauh-jauh ke bandara untuk mengurus sertifikasi yang menjadi syarat lalu lintas produk ikan hias.
Untuk meningkatkan daya saing ikan hias di Indonesia, KKP juga mengupayakan peningkatan sistem ketelusuran ikan melalui Surat Angkut Jenis Ikan (SAJI) yang ditangani oleh Direktorat Konservasi dan Kekayaan Hayati Laut Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP. *
AS menggeser Jepang dan China yang langganan jadi importir terbesar ikan hias Indonesia. Kepala Pusat Karantina Ikan Badan Karantina, Pengendalian Mutu dan Keamanan (BKIPM) KKP, Riza Priyatna mengatakan permintaan ikan hias dari luar negeri masih sangat tinggi di tengah kondisi pandemi.
Riza menyampaikan di tahun 2021 ada di 81 negara penerima ikan hias Indonesia. Jepang, Hong Kong, AS, Vietnam, dan China merupakan 5 besar importir di 2021. Tapi, kata dia, di sepanjang tahun 2022 Amerika Serikat yang menjadi importir terbesar buat Indonesia.
"Permintaan ikan hias di luar negeri itu sangat tinggi, tidak mengenal pandemi. Jadi ada sedikit penurunan tapi tidak terlalu terasa. Di tahun 2020 kami kekurangan alat transportasi karena beberapa negara melakukan lockdown. Tapi lambat laun masih banyak cara-cara yang bisa digunakan," jelas Riza di kantor KKP, Jakarta Pusat, seperti dilansir detikcom, Senin (10/10).
Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP KKP Erwin Dwiyana menimpali, tingginya ekspor ikan hias Indonesia ke AS didasari semakin banyak warga AS yang menyukai ikan endemik Indonesia, seperti arwana dan capungan banggai.
"Kalau Amerika ini dia banyak masuk (impor) benih dan ikan hias air laut capungan banggai tadi. Itu lumayan kan termasuk endemik. Endemik itu artinya begini, ikan yang hanya ada di Indonesia. Jadi ikan arwana yang empat tadi itu hanya ada di Indonesia, termasuk capungan banggai itu hanya ada di Indonesia, tidak ada di tempat lain makananya harganya akan lebih mahal," tutur Erwin.
Erwin menyebut kebanyakan importir di AS merupakan pembudidaya. Mereka mengembangbiakkan ikan endemik Indonesia untuk dijual kepada pehobi ikan hias di sana.
"Pertama memang kalau dari sisi Amerika kelihatannya ada yang memang trader ya dipelihara lagi, kemudian dijual untuk hobi dan ada yang memang dipelihara," jelas Erwin.
Selain arwana dan capungan Banggai, ada beberapa ikan hias yang juga menjadi primadona ekspor. Ikan-ikan itu, antara lain botia, guppy, discus, ringau, koki, manfish, doctor fish, udang hias, dan cupang.
KKP sendiri memberikan sejumlah akses kemudahan berusaha bagi para pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) ikan hias guna mendukung pengembangan budidaya ikan hias di Indonesia.
Riza Priyatna mengatakan dukungan KKP terhadap pelaku usaha ikan hias juga dilakukan dengan memudahkan akses layanan melalui sistem sertifikasi online Jesika Mo (Jendela Informasi Karantina Ikan Mobile). Dengan sistem Jesika Mobile, sebagaimana dikutip dari Antara, pelaku usaha perikanan tidak perlu jauh-jauh ke bandara untuk mengurus sertifikasi yang menjadi syarat lalu lintas produk ikan hias.
Untuk meningkatkan daya saing ikan hias di Indonesia, KKP juga mengupayakan peningkatan sistem ketelusuran ikan melalui Surat Angkut Jenis Ikan (SAJI) yang ditangani oleh Direktorat Konservasi dan Kekayaan Hayati Laut Ditjen Pengelolaan Ruang Laut KKP. *
Komentar