Pemuliaan Alam Semesta dan Ekspresi Suka Cita
Deha Teruna Desa Adat Pujungan Magoak-goakan
TABANAN, NusaBali
Deha Teruna dan Teruni di Desa Adat Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, akan melaksanakan tradisi Magoak-goakan pada Jumat (15/10) nanti.
Tradisi ini dilaksanakan serangkaian Pujawali Purnama Kapat di Pura Khayangan Puseh Bale Agung, Senin (10/10) kemarin. Tradisi ritual ini bermakna pemuliaan alam semesta hingga ekspresi suka cita warga. Magoak-goakan dilaksanakan bertepatan dengan nutug ketelun (empat hari) setelah proses Pacaruan serangkaian Pujawali itu. Sejumlah Deha Teruna dan Teruni Desa Adat Pujungan akan mementaskan tradisi Magoak-goakan di Pura Puseh Desa Adat Pujungan.
Bendesa Adat Pujungan I Nyoman Yudana mengatakan tradisi Magoak-Goakan ini adalah warisan tetua di Desa Adat Pujungan. Tradisi ini berupa tarian yang wajib dilaksanakan karena merupakan rentetan dari Pujawali Purnamaning Kapat.
"Tradisi ini memiliki fungsi sebagai pengembalian alam semesta karena usai menyelenggarakan Pujawali. Mengembalikan Ida Sesuhunan sesuai dengan stananya. Tradisi ini juga sebagai wujud suka cita dan permintaan maaf krama jika ada kekurangan selama Pujawali dilaksanakan dengan harapan krama Desa Adat Pujungan sutrepti," beber Yudana.
Menurutnya, tradisi Magoak-Goakan pementasannya sangat sederhana. Tidak ada gerakan khusus ataupun pakaian khusus yang dikenakan penari. Mereka mengenakan pakaian adat ke pura dan tariannya berlangsung hanya lima menit. "Personel yang menarikan tidak ada batasan. Berapa pun deha yang ingin ikut dipersilakan," katanya.
Yudana menggambarkan secara singkat, selama sekitar lima menit, sejumlah deha menarikan gerakan bebas. Kemudian dalam tradisi ini juga dipilih dua orang sebagai burung Goak dan Kacang Uri. Kacang Uri ini akan diberikan uang dari bendesa untuk nantinya dikejar sama si burung Goak. "Intinya, bagaimana caranya Kacang Uri ini tidak ditangkap sama Goak. Nanti di tradisi ini juga akan ada saling adu argumentasi," bebernya.
Menurutnya, dalam tradisi ini untuk memilih yang akan menjadi Kacang Uri sulit, karena harus diperankan deha teruni. Selama ini deha teruni agak malu karena mereka harus dikejar cowok. "Namun tradisi ini tetap berjalan. Tidak pernah tidak dilaksanakan karena ini adalah rangkaian dari Pujawali," katanya.
Yudana menambahkan, prosesi Pujawali Purnama Kapat ini sudah dilakukan sejak 5 Oktober 2022. Berbagai rentetan sudah dilalui. Seperti pada 26 September, krama Desa Adat Pujungan melaksanakan Nyipeng Karya. Nyipeng Karya berlangsung dua hari mulai dari 26 - 27 September. Selama dua hari itu itu krama Desa Adat Pujungan melaksanakan brata, antara tidak boleh bepergian, tidak boleh bekerja, dan tidak boleh mengadakan hiburan atau bersenang-senang. "Bahkan turut pula dilaksanakan rentetan maboros oleh krama yang tergabung dalam Juru Boros Sekaa Demen Desa Adat Pujungan," katanya.
Ditegaskan Yudana, Pujawali kali ini adalah yang pertama kali dilakukan setelah vakum tiga tahun karena pandemi Covid-19. Sehingga dalam pelaksanaan ini krama sangat antusias mempersiapkan dengan sukacita. "Krama kami antusias, karena sudah tiga tahun vakum karena pandemi. Sekarang untuk pertama kalinya kembali digelar termasuk tradisi megoak-goakan ini," tandasnya.*des
Komentar