nusabali

Setelah Sesangi Diucapkan, Penyakit 'Gaib' Langsung Sembuh

Ida Pedanda Istri Ngurah Naur Sesangi Penjor Berhiaskan 100 Ayam Panggang

  • www.nusabali.com-setelah-sesangi-diucapkan-penyakit-gaib-langsung-sembuh

Ida Pedanda Istri Ngurah meyakini sesangi dengan ngaturang penjor berhias 100 ayam panggang itu mampu memberikan vibrasi kesembuhan lahir dan bathin.

AMLAPURA, NusaBali

Ida Pedanda Istri Ngurah,88, asal Geria Pekarangan, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem naur (membayar) sesangi (kaul) dengan ngaturang penjor berhias 100 ayam panggang. Naur sesangi itu dilakukan bertepatan hari pebantenan rangkaian Usaba Kapat di Pura Puseh, Desa Adat Duda, Kecamatan Selat, Karangasem pada Soma Paing Kelawu, Senin (3/10). Sebelumnya sesangi ngaturang penjor berhiaskan 100 ayam panggang itu dilakukan gara-gara Ida Pedanda Istri menderita penyakit ‘aneh’ alias penyakit gaib. Namun setelah dia mengungkapkan akan ngaturang sesangi, secara ajaib penyakit itu sembuh.

Ditemui di Geria Pekarangan, Banjar/Desa Duda, Selat, Karangasem, Selasa (11/10), Ida Pedanda Istri yang didampingi salah seorang keponakannya

Ida Ayu Gede Kresnawati menuturkan sebenarnya sakit aneh yang dideritanya terjadi sebelum dirinya menjadi sulinggih, yakni semasih walaka bernama Ida Ayu Suci sekitar 25 tahun lalu tepatnya pada tahun 1997. Terkait penyakit yang dideritanya, dirinya telah berupaya melakukan pengobatan secara medis dan non medis. Namun penyakit yang tidak jelas terungkap itu tidak kunjung sembuh. Meski demikian tetap menjalani upacara madiksa pada tahun 2008 silam.

"Setelah penyakit yang tidak jelas asal-usulnya itu tidak kunjung sembuh, lalu saya berkomitmen ngaturang sasangi penjor dengan hiasan 100 ayam panggang di Pura Puseh, manakala Usaba Kapat. Sejak kata-kata itu saya ucapkan, secara ajaib penyakit berangsur hilang dan normal seperti sediakala hingga sekarang," ungkap Ida Pedanda Istri Ngurah yang juga dikenal sebagai Wiku Tapini ini.

Komitmen hendak naur sasangi itu sebenarnya diucapkan sekitar tahun 1997 silam, tetapi baru kali ini bisa dilaksanakan. Mengingat biayanya lumayan banyak dengan menggunakan 100 ayam rata-rata per ekor harganya Rp 40.000, ditambah pelengkap banten lainnya, diperkirakan biayanya habis sekitar Rp 8 jutaan.

Ida Pedanda Istri Ngurah meyakini sesangi dengan ngaturang penjor berhias 100 ayam panggang, di mana penjor sebagai lambang gunung beserta isinya yang merupakan pusat kemakmuran, mampu memberikan vibrasi kesembuhan lahir dan bathin. Terlebih lagi dengan mempersembahkan penjor di depan palinggih meru tumpang sembilan, linggih Ida Bhatara Lingsir yang dilandasi konsep, satyam, siwam dan sundaram, yakni kebenaran, kesucian dan keindahan, sehingga anugerah kesembuhan langsung dirasakan.

Persembahan penjor beserta isinya merupakan yadnya utama yang merupakan unsur sarwa prana isi semesta sebagai bentuk wujud syukur atas kemakmuran yang dianugerahkan Sang Maha Pemurah. Kali ini Ida Pedanda Istri Ngurah mengembalikan isi semesta dalam bentuk yadnya dengan harapan di kemudian hari agar kembali dianugerahi kemakmuran sehingga siklus kehidupan terus berjalan harmonis.

"Setelah dapat anugerah kesembuhan, saya kian termotivasi melayani umat sedharma dari pagi hingga malam, terutama di musim piodalan, usaba, atau ngaben," tambah sulinggih kelahiran tahun 1934 ini. Sementara persembahan sesangi berupa penjor berhias 100 ayam panggang oleh Ida Pedanda Istri Ngurah menarik perhatian krama yang tangkil ke Pura Puseh Desa Adat Duda bertepatan hari pebantenan rangkaian Usaba Kapat. Setelah disurud 100 ayam panggang tersebut kemudian dibagikan terutama kepada pengayah yang biasa membuat banten di Geria Pekarangan, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem. *k16

Komentar