Waspada Potensi Cuaca Ekstrem di Bali
Pengaruh Siklon Tropis Sonca di Sekitar Laut China Selatan
BMKG memprediksikan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hingga 21 Oktober 2022.
MANGUPURA, NusaBali
Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk Bali hingga sepekan ke depan. Cuaca ekstrem ini sebabkan adanya fenomena atmosfer global, regional, dan juga lokal.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya Siklon Tropis Sonca di sekitar Laut China Selatan sebelah timur Vietnam. Tepatnya di sekitar 14.2°LU 111.4°BT, dengan kecepatan angin maksimum di sekitar sistem mencapai 35 knots (64 km/h) dan tekanan udara minimum di pusatnya mencapai 998 mb. “Keberadaan Siklon Tropis Sonca ini membentuk pola belokan dan perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian utara ekuator,” kata Dwikorita melalui keterangan tertulis yang diterima NusaBali, Minggu (16/10).
Dampak tidak langsung yang terjadi dari adanya sistem bibit siklon tersebut, sambung dia, adalah berupa potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat, petir, angin kencang di wilayah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat dengan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan utara Indonesia. “Sementara itu, beberapa gelombang ekuatorial masih cukup aktif di wilayah Indonesia. Dimana fenomena Gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO) masih dapat berkontribusi dalam meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan kedepan,” paparnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka BMKG memprediksikan adanya potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat, petir dan angin kencang untuk periode 15-21 Oktober 2022. Utamanya pada 24 wilayah di Indonesia, yakni Bali, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. “Ada 24 wilayah yang terdampak, khususnya peningkatan intensitas hujan,” sebut Dwikorita.
Gelombang tinggi juga diperkirakan masih berpotensi terjadi hingga sepekan ke depan. Yakni dengan ketinggian 2,5-4,0 meter di Laut Natuna Utara, Perairan Kepulauan Natuna, Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh, Perairan barat Kepulauan Nias, Perairan Pulau Enggano - Bengkulu, Perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatera, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali - Lombok - Alas bagian selatan, Perairan selatan Bali hingga Pulau Sumba, Samudra Hindia selatan Banten hingga Pulau Sumba. “Untuk itu masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem itu,” imbaunya. *dar
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya Siklon Tropis Sonca di sekitar Laut China Selatan sebelah timur Vietnam. Tepatnya di sekitar 14.2°LU 111.4°BT, dengan kecepatan angin maksimum di sekitar sistem mencapai 35 knots (64 km/h) dan tekanan udara minimum di pusatnya mencapai 998 mb. “Keberadaan Siklon Tropis Sonca ini membentuk pola belokan dan perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian utara ekuator,” kata Dwikorita melalui keterangan tertulis yang diterima NusaBali, Minggu (16/10).
Dampak tidak langsung yang terjadi dari adanya sistem bibit siklon tersebut, sambung dia, adalah berupa potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat, petir, angin kencang di wilayah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat dengan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan utara Indonesia. “Sementara itu, beberapa gelombang ekuatorial masih cukup aktif di wilayah Indonesia. Dimana fenomena Gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO) masih dapat berkontribusi dalam meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan kedepan,” paparnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka BMKG memprediksikan adanya potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat, petir dan angin kencang untuk periode 15-21 Oktober 2022. Utamanya pada 24 wilayah di Indonesia, yakni Bali, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. “Ada 24 wilayah yang terdampak, khususnya peningkatan intensitas hujan,” sebut Dwikorita.
Gelombang tinggi juga diperkirakan masih berpotensi terjadi hingga sepekan ke depan. Yakni dengan ketinggian 2,5-4,0 meter di Laut Natuna Utara, Perairan Kepulauan Natuna, Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh, Perairan barat Kepulauan Nias, Perairan Pulau Enggano - Bengkulu, Perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatera, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali - Lombok - Alas bagian selatan, Perairan selatan Bali hingga Pulau Sumba, Samudra Hindia selatan Banten hingga Pulau Sumba. “Untuk itu masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem itu,” imbaunya. *dar
1
Komentar