Terkait Penyakit Gangguan Ginjal Misterius Pada Anak, Diskes Minta Para Orangtua Hati-hati
Para orangtua agar mengajak anaknya (yang sakit) berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan agar mendapat obat yang benar sesuai dengan sakit anaknya.
DENPASAR, NusaBali
Masyarakat diminta sangat berhati-hati mengantisipasi penyakit misterius gangguan ginjal akut yang telah dilaporkan mengakibatkan 11 korban jiwa anak-anak di RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah (sebelumnya RSUP Sanglah). Meski belum diketahui penyebabnya, para orangtua diminta hanya memberi obat anaknya yang sakit berdasarkan resep dokter.
Diketahui sebelumnya rumah sakit terbesar di Bali tersebut melaporkan sejak Agustus 2022 merawat 17 pasien gangguan ginjal misterius atau acute kidney injury (AKI). Dari jumlah tersebut 11 orang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit ginjal yang tidak diketahui penyebabnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali, dr I Nyoman Gede Anom MKes, mengatakan bahwa penyakit AKI di Indonesia masih dalam proses penelitian sehingga spekulasi penyebabnya belum bisa dijadikan pegangan. Adanya kecurigaan AKI disebabkan kandungan yang terdapat dalam obat anak seperti kasus yang terjadi di Gambia (Afrika Barat) tidak perlu dikhawatirkan.
Pasalnya, kata dr Anom, BPOM sudah mengatakan obat batuk yang dicurigai tersebut belum beredar di Indonesia. Meski demikian Kadiskes dr Anom tetap mengimbau para orangtua tidak membeli obat sembarangan tanpa resep dokter. "Para orangtua agar mengajak anaknya (yang sakit) berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) agar mendapat obat yang benar dan sesuai dengan sakit anaknya. Minumlah obat yang hanya diberikan oleh dokter atau nakes di fasyankes," kata dr Anom kepada NusaBali, Minggu (16/10).
Dokter Anom mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh jajaran Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten/Kota, puskesmas, klinik dan praktik dokter di seluruh Bali agar melakukan deteksi dini gejala gagal ginjal akut pada anak. Lalu secepatnya melakukan penanganan di fasyankes masing-masing, dan segera merujuk ke RSUP Prof Ngoerah apabila gejalanya sudah agak berat.
Dijelaskannya untuk kasus AKI di Bali untuk sementara hanya bisa dilakukan perawatan di RSUP Prof Ngoerah. "Semuanya ditangani tim dokter anak RSUP Prof Ngoerah, karena ini kasus baru dan hanya di RSUP Prof Ngoerah yang ada tim ahlinya," ujar birokrat asal Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.
Dia mengimbau masyarakat khususnya orangtua yang memiliki balita agar waspada apabila anak memiliki gejala batuk pilek disertai berkurangnya kuantitas air kecil (BAK) atau seharian tidak buang air kecil. "Segera dibawa ke fasyankes terdekat," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya RSUP Prof Ngoerah melaporkan menerima rujukan 17 pasien dicurigai menderita gangguan ginjal misterius atau acute kidney injury (AKI) sejak bulan Agustus 2022 dengan usia didominasi di bawah 6 tahun. Pasien kebanyakan datang dalam keadaan kondisi berat sehingga harus menjalani cuci darah.
"Rata-rata pasien yang datang dalam keadaan fungsi ginjal yang sangat terminal (gangguan fungsi berat). Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) normalnya di atas 90 mL/mnt per 1,73 m2, mereka datangnya sudah di bawah 15 mL/mnt per 1,73 m2," ungkap Ketua Tim Dokter Anak RSUP Prof Ngoerah dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra SpA. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Bali ini melaporkan 11 pasien tidak dapat diselamatkan. Sementara lima pasien sudah diperbolehkan pulang untuk menjalani rawat jalan dan tersisa satu pasien berusia 17 tahun yang masih dirawat di RSU Prof Ngoerah.
Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan RI telah melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Total ada 152 pasien anak di Indonesia dengan gangguan ginjal akut misterius per 14 Oktober 2022 menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Hingga kini, belum diketahui penyebab gangguan ginjal akut misterius. *cr78
Diketahui sebelumnya rumah sakit terbesar di Bali tersebut melaporkan sejak Agustus 2022 merawat 17 pasien gangguan ginjal misterius atau acute kidney injury (AKI). Dari jumlah tersebut 11 orang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit ginjal yang tidak diketahui penyebabnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali, dr I Nyoman Gede Anom MKes, mengatakan bahwa penyakit AKI di Indonesia masih dalam proses penelitian sehingga spekulasi penyebabnya belum bisa dijadikan pegangan. Adanya kecurigaan AKI disebabkan kandungan yang terdapat dalam obat anak seperti kasus yang terjadi di Gambia (Afrika Barat) tidak perlu dikhawatirkan.
Pasalnya, kata dr Anom, BPOM sudah mengatakan obat batuk yang dicurigai tersebut belum beredar di Indonesia. Meski demikian Kadiskes dr Anom tetap mengimbau para orangtua tidak membeli obat sembarangan tanpa resep dokter. "Para orangtua agar mengajak anaknya (yang sakit) berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) agar mendapat obat yang benar dan sesuai dengan sakit anaknya. Minumlah obat yang hanya diberikan oleh dokter atau nakes di fasyankes," kata dr Anom kepada NusaBali, Minggu (16/10).
Dokter Anom mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh jajaran Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten/Kota, puskesmas, klinik dan praktik dokter di seluruh Bali agar melakukan deteksi dini gejala gagal ginjal akut pada anak. Lalu secepatnya melakukan penanganan di fasyankes masing-masing, dan segera merujuk ke RSUP Prof Ngoerah apabila gejalanya sudah agak berat.
Dijelaskannya untuk kasus AKI di Bali untuk sementara hanya bisa dilakukan perawatan di RSUP Prof Ngoerah. "Semuanya ditangani tim dokter anak RSUP Prof Ngoerah, karena ini kasus baru dan hanya di RSUP Prof Ngoerah yang ada tim ahlinya," ujar birokrat asal Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.
Dia mengimbau masyarakat khususnya orangtua yang memiliki balita agar waspada apabila anak memiliki gejala batuk pilek disertai berkurangnya kuantitas air kecil (BAK) atau seharian tidak buang air kecil. "Segera dibawa ke fasyankes terdekat," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya RSUP Prof Ngoerah melaporkan menerima rujukan 17 pasien dicurigai menderita gangguan ginjal misterius atau acute kidney injury (AKI) sejak bulan Agustus 2022 dengan usia didominasi di bawah 6 tahun. Pasien kebanyakan datang dalam keadaan kondisi berat sehingga harus menjalani cuci darah.
"Rata-rata pasien yang datang dalam keadaan fungsi ginjal yang sangat terminal (gangguan fungsi berat). Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) normalnya di atas 90 mL/mnt per 1,73 m2, mereka datangnya sudah di bawah 15 mL/mnt per 1,73 m2," ungkap Ketua Tim Dokter Anak RSUP Prof Ngoerah dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra SpA. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Provinsi Bali ini melaporkan 11 pasien tidak dapat diselamatkan. Sementara lima pasien sudah diperbolehkan pulang untuk menjalani rawat jalan dan tersisa satu pasien berusia 17 tahun yang masih dirawat di RSU Prof Ngoerah.
Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan RI telah melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Total ada 152 pasien anak di Indonesia dengan gangguan ginjal akut misterius per 14 Oktober 2022 menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Hingga kini, belum diketahui penyebab gangguan ginjal akut misterius. *cr78
Komentar