Bocah SD Tewas Tertimbun Longsor, Pura Manik Toya Tenggelam Dihantam Blabar
Bencana Alam Akibat Cuaca Ekstrim Terjadi di Berbagai Kawasan di Kabupaten Tabanan
Pura Manik Toya tenggelam karena air dari Tukad Yeh Sungi yang berada di timur pura naik akibat tersumbat material pohon yang hanyut dari arah utara hampir 50 ton.
TABANAN, NusaBali
Bencana alam di Tabanan menyebabkan 1 orang tewas. Dia adalah I Putu Aldi Prayoga,11, tertimbun longsor di Banjar/Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Senin (17/10) pagi.
Bocah kelas 6 SD ini tertimpa longsor saat sedang tidur di kamarnya. Sementara orangtua dan adiknya selamat. Hujan deras dengan intensitas tinggi di Tabanan juga menyebabkan Pura Manik Toya di Banjar Umadiwang, Desa Batanyuh, Kecamatan Marga, Tabanan tenggelam, Senin kemarin.
Informasi yang dihimpun NusaBali, korban tertimbun material longsir sedalam 2 meter di kamar tidurnya. Sempat digali oleh ayahnya I Kadek Megantara, namun karena material cukup tinggi membuat usaha itu sia-sia. Sebelum tertimpa bencana tersebut pada, Minggu (16/10) korban sempat meminta kepada sang ibu sepulang sekolah pada hari Senin untuk jalan-jalan.
Menurut sang ayah Made Megantara, peristiwa naas itu terjadi, Senin pagi pukul 06.20 Wita. Seluruh keluarganya saat itu masih tidur. Putra pertamanya yang meninggal ini tidur seorang diri di kamar paling barat. Kemudian dia bersama istrinya Ni Made Ayu Marwati,34, dan anak keduanya Ni Kadek Amalia Apsari tidur di sebelah kamar tamu dan orangtuanya I Komang Widana tidur di samping kamar tamu.
Hanya saja tanpa disangka dan tanpa adanya suara gemuruh atau suara reruntuhan, tiba-tiba rumahnya tertimbun longsor tebing yang ada di sebelah barat.
"Tidak ada tanda-tanda apapun saya mendapati rumah ambruk dan kaki tertimbun lumpur. Saya langsung tarik istri dan anak," ungkap Megantara ditemui di rumahnya Banjar/Desa Apuan, Kecamatan Baturiti. Dalam keadaan panik dia sendiri hendak menyelamatkan putra pertamanya I Putu Aldi Prayoga yang sudah tertimpun longsor sedalam sekitar 2 meter. Dia sempat menggali namun tidak berhasil. Akhirnya dibantu masyarakat anaknya berhasil dievakuasi dalam kondisi sudah meninggal. "Anaknya saya meninggal saat tidur, posisi saat ditemukan masih menggunakan selimut," ungkapnya.
Kadek Megantara tak menyangka akan ditimpa bencana alam ini. Sebab sebelum kejadian tidak ada firasat apapun yang dirasakan. Bahkan kepada anaknya tidak ada bercerita aneh, semua berjalan normal. Apalagi sempat diajak lancong ke Denpasar, Sabtu (15/9) lalu. Snaknya tidak menunjukkan hal janggal. "Kemarin sama ibunya hanya minta jalan-jalan habis pulang sekolah," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Untuk saat ini jenazah anaknya dititip di rumah mertuanya atau berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian. Sesuai rembug keluarga rencananya korban akan diupacarai dengan prosesi kremasi di Krematorium Santayana (Cekomaria) Denpasar pada, Rabu (19/10) nanti.
Megantara sebenarnya asli Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem. Hanya saja dia tinggal di Desa Apuan, Kecamatan Baturiti. Rumah yang jadi lokasi longsor lahannya milik paman dari istrinya, namun sudah diberikan ke Megantara.
Kondisi rumahnya ini memang dikelilingi tegalan milik paman istrinya itu. Terutama di sebelah barat tebing yang notabene kebun ini cukup tinggi kurang lebih 10 meter. Kondisi rumah Megantara ini masih semi permanen namun sudah lengkap berisi merajan (tempat suci). Pasca ditimpa longsor kondisi rumahnya ambruk sehingga untuk semantara waktu Megantara tinggal di rumah mertuanya.
Sementara di sisi lain, meninggalnya korban ini langsung mendapat atensi dari Wakil Bupati Tabanan I Made Edi Wirawan. Dia langsung mengunjungi rumah duka dan lokasi kejadian. Menurut dia data sementara bencana terjadi di 20 titik. "Rumah korban akan diperbaiki secara gotong-royong. Namun tebing yang ada di sekitaran rumah korban harus diatensi apakah layak untuk ditempat lagi. Sudah kami minta camat dan jajaran mengkoordinir," ujarnya.
Wabup Edi Wirawan pun berpesan untuk saat ini masyarakat diminta waspada. Tabanan kondisi alamanya berbukit-bukit, sehingga masyarakat yang tinggal di lereng segera melakukan evakuasi. "Masyarakat yang lewat di jalan hati-hati saat musim hujan ini," pintanya.
Sementara hujan deras dengan intensitas tinggi menyebabkan Pura Manik Toya di Banjar Umadiwang, Desa Batanyuh, Kecamatan Marga Tabanan tenggelam, Senin kemarin. Pura yang merupakan beji dari Pura Puncak Empelan Dalem Semeru ini nyaris dihanyutkan blabar (air bah). Air masuk areal pura sampai 2,5 meter hanya kelihatan bagian atap.
Beruntung kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun sejumlah palinggih ambruk. Pura tenggelam karena air dari Tukad Yeh Sungi yang berada di timur pura naik akibat tersumbat material pohon yang hanyut dari arah utara. Kira-kira material pohon yang menyumbat ini hampir 50 ton. Pantauan di lokasi kejadian, Senin siang, sejumlah personel gabungan mulai anggota kepolisian, TNI, BPBD Tabanan, Basarnas hingga masyarakat berjibaku mengevakuasi material banjir.
Material yang menyumbat saluran akan dievakuasi menggunakan truk DLH. Menurut Kelian Dinas Banjar Umadiwang Kangin, I Made Gede Suma Wijaya, puncak air masuk ke pura sampai kelihatan atap pura terjadi pukul 08.00 Wita. Awalnya dia dikasih tahu warga air sungai mulai masuk pura. "Saya langsung cek ke lokasi, memang benar air sudah masuk pura sekitar setengah meter, kemudian beberapa saat lagi datang kayu besar dari arah utara, menghantam jembatan dam tinjak hingga hancur kemudian mengantam kayu besar sehingga air masuk deras ke dalam pura hingga membuat sejumlah palinggih hancur. Material kayu besar ini berbelok dan tersumbar di jembatan penghubung jalan ke Desa Selanbawak. Karena tersumbat air masuk pura hingga setinggi 2,5 meter," bebernya.
Akibat kejadian itu sejumlah palinggih pun ambruk. Terparah ambruk adalan Palinggih Sambiangan, Bale Pawedan, Bale Gong, dan Bale Santi, serta seluruh panyengker ambruk. "Bencana alam ini sudah didata. Terkait dengan pratima aman karena dilinggihkan di Pura Empelan Dalem Semeru," tegas Kelian Suma Wijaya.
Bencana alam di Pura Manik Toya ini mendapat atensi langsung dari anggota DPRD Tabanan I Putu Eka Putra Nurcahyadi dan anggota DPRD Provinsi Bali I Ketut Purnaya. Menurut Eka Nurcahyadi sesuai dengan pendataan, total kergian bencana di Pura Manik Toya sebesar Rp 3 miliar lebih. "Kerugian bencana sudah didata, total mencapai Rp 3 miliar lebih," tegasnya.
Kemudian terkait dengan material yang menyumbat sungai ini lebih dari 50 ton. Karena material kayu yang hanyut cukup besar. "Material yang hanyut ini sangat banyak yang menyebabkan air masuk ke pura," tandasnya. Sementara itu Kalak BPBD Tabanan I Nyoman Sri Nadha Giri mengatakan total bencana alam di Tabanan masih didata. Seluruh tim tengah bertugas untuk melakukan evakuasi. "Jumlah ini banyak, kita tengah data," katanya. Menurutnya untuk menangani bencana ini seluruh tim turun ke lokasi untuk membantu evakuasi. Tim terdiri dari empat regu dengan total personel 34 orang. Penanganan pun juga akan bekerjasama dengan instansi lain. *des
Bocah kelas 6 SD ini tertimpa longsor saat sedang tidur di kamarnya. Sementara orangtua dan adiknya selamat. Hujan deras dengan intensitas tinggi di Tabanan juga menyebabkan Pura Manik Toya di Banjar Umadiwang, Desa Batanyuh, Kecamatan Marga, Tabanan tenggelam, Senin kemarin.
Informasi yang dihimpun NusaBali, korban tertimbun material longsir sedalam 2 meter di kamar tidurnya. Sempat digali oleh ayahnya I Kadek Megantara, namun karena material cukup tinggi membuat usaha itu sia-sia. Sebelum tertimpa bencana tersebut pada, Minggu (16/10) korban sempat meminta kepada sang ibu sepulang sekolah pada hari Senin untuk jalan-jalan.
Menurut sang ayah Made Megantara, peristiwa naas itu terjadi, Senin pagi pukul 06.20 Wita. Seluruh keluarganya saat itu masih tidur. Putra pertamanya yang meninggal ini tidur seorang diri di kamar paling barat. Kemudian dia bersama istrinya Ni Made Ayu Marwati,34, dan anak keduanya Ni Kadek Amalia Apsari tidur di sebelah kamar tamu dan orangtuanya I Komang Widana tidur di samping kamar tamu.
Hanya saja tanpa disangka dan tanpa adanya suara gemuruh atau suara reruntuhan, tiba-tiba rumahnya tertimbun longsor tebing yang ada di sebelah barat.
"Tidak ada tanda-tanda apapun saya mendapati rumah ambruk dan kaki tertimbun lumpur. Saya langsung tarik istri dan anak," ungkap Megantara ditemui di rumahnya Banjar/Desa Apuan, Kecamatan Baturiti. Dalam keadaan panik dia sendiri hendak menyelamatkan putra pertamanya I Putu Aldi Prayoga yang sudah tertimpun longsor sedalam sekitar 2 meter. Dia sempat menggali namun tidak berhasil. Akhirnya dibantu masyarakat anaknya berhasil dievakuasi dalam kondisi sudah meninggal. "Anaknya saya meninggal saat tidur, posisi saat ditemukan masih menggunakan selimut," ungkapnya.
Kadek Megantara tak menyangka akan ditimpa bencana alam ini. Sebab sebelum kejadian tidak ada firasat apapun yang dirasakan. Bahkan kepada anaknya tidak ada bercerita aneh, semua berjalan normal. Apalagi sempat diajak lancong ke Denpasar, Sabtu (15/9) lalu. Snaknya tidak menunjukkan hal janggal. "Kemarin sama ibunya hanya minta jalan-jalan habis pulang sekolah," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Untuk saat ini jenazah anaknya dititip di rumah mertuanya atau berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian. Sesuai rembug keluarga rencananya korban akan diupacarai dengan prosesi kremasi di Krematorium Santayana (Cekomaria) Denpasar pada, Rabu (19/10) nanti.
Megantara sebenarnya asli Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem. Hanya saja dia tinggal di Desa Apuan, Kecamatan Baturiti. Rumah yang jadi lokasi longsor lahannya milik paman dari istrinya, namun sudah diberikan ke Megantara.
Kondisi rumahnya ini memang dikelilingi tegalan milik paman istrinya itu. Terutama di sebelah barat tebing yang notabene kebun ini cukup tinggi kurang lebih 10 meter. Kondisi rumah Megantara ini masih semi permanen namun sudah lengkap berisi merajan (tempat suci). Pasca ditimpa longsor kondisi rumahnya ambruk sehingga untuk semantara waktu Megantara tinggal di rumah mertuanya.
Sementara di sisi lain, meninggalnya korban ini langsung mendapat atensi dari Wakil Bupati Tabanan I Made Edi Wirawan. Dia langsung mengunjungi rumah duka dan lokasi kejadian. Menurut dia data sementara bencana terjadi di 20 titik. "Rumah korban akan diperbaiki secara gotong-royong. Namun tebing yang ada di sekitaran rumah korban harus diatensi apakah layak untuk ditempat lagi. Sudah kami minta camat dan jajaran mengkoordinir," ujarnya.
Wabup Edi Wirawan pun berpesan untuk saat ini masyarakat diminta waspada. Tabanan kondisi alamanya berbukit-bukit, sehingga masyarakat yang tinggal di lereng segera melakukan evakuasi. "Masyarakat yang lewat di jalan hati-hati saat musim hujan ini," pintanya.
Sementara hujan deras dengan intensitas tinggi menyebabkan Pura Manik Toya di Banjar Umadiwang, Desa Batanyuh, Kecamatan Marga Tabanan tenggelam, Senin kemarin. Pura yang merupakan beji dari Pura Puncak Empelan Dalem Semeru ini nyaris dihanyutkan blabar (air bah). Air masuk areal pura sampai 2,5 meter hanya kelihatan bagian atap.
Beruntung kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun sejumlah palinggih ambruk. Pura tenggelam karena air dari Tukad Yeh Sungi yang berada di timur pura naik akibat tersumbat material pohon yang hanyut dari arah utara. Kira-kira material pohon yang menyumbat ini hampir 50 ton. Pantauan di lokasi kejadian, Senin siang, sejumlah personel gabungan mulai anggota kepolisian, TNI, BPBD Tabanan, Basarnas hingga masyarakat berjibaku mengevakuasi material banjir.
Material yang menyumbat saluran akan dievakuasi menggunakan truk DLH. Menurut Kelian Dinas Banjar Umadiwang Kangin, I Made Gede Suma Wijaya, puncak air masuk ke pura sampai kelihatan atap pura terjadi pukul 08.00 Wita. Awalnya dia dikasih tahu warga air sungai mulai masuk pura. "Saya langsung cek ke lokasi, memang benar air sudah masuk pura sekitar setengah meter, kemudian beberapa saat lagi datang kayu besar dari arah utara, menghantam jembatan dam tinjak hingga hancur kemudian mengantam kayu besar sehingga air masuk deras ke dalam pura hingga membuat sejumlah palinggih hancur. Material kayu besar ini berbelok dan tersumbar di jembatan penghubung jalan ke Desa Selanbawak. Karena tersumbat air masuk pura hingga setinggi 2,5 meter," bebernya.
Akibat kejadian itu sejumlah palinggih pun ambruk. Terparah ambruk adalan Palinggih Sambiangan, Bale Pawedan, Bale Gong, dan Bale Santi, serta seluruh panyengker ambruk. "Bencana alam ini sudah didata. Terkait dengan pratima aman karena dilinggihkan di Pura Empelan Dalem Semeru," tegas Kelian Suma Wijaya.
Bencana alam di Pura Manik Toya ini mendapat atensi langsung dari anggota DPRD Tabanan I Putu Eka Putra Nurcahyadi dan anggota DPRD Provinsi Bali I Ketut Purnaya. Menurut Eka Nurcahyadi sesuai dengan pendataan, total kergian bencana di Pura Manik Toya sebesar Rp 3 miliar lebih. "Kerugian bencana sudah didata, total mencapai Rp 3 miliar lebih," tegasnya.
Kemudian terkait dengan material yang menyumbat sungai ini lebih dari 50 ton. Karena material kayu yang hanyut cukup besar. "Material yang hanyut ini sangat banyak yang menyebabkan air masuk ke pura," tandasnya. Sementara itu Kalak BPBD Tabanan I Nyoman Sri Nadha Giri mengatakan total bencana alam di Tabanan masih didata. Seluruh tim tengah bertugas untuk melakukan evakuasi. "Jumlah ini banyak, kita tengah data," katanya. Menurutnya untuk menangani bencana ini seluruh tim turun ke lokasi untuk membantu evakuasi. Tim terdiri dari empat regu dengan total personel 34 orang. Penanganan pun juga akan bekerjasama dengan instansi lain. *des
Komentar