Sabet AMI Award 2022, Musik Navicula Bukan 'Junk Food'
Navicula bukan hanya sekadar bersuara tapi benar-benar secara tegas memperjuangkan dan menerapkan semua yang mereka kumandangkan dalam hidup sehari-hari.
DENPASAR, NusaBali
Video musik grup band Bali Navicula, Dinasti Matahari, berhasil menyabet penghargaan AMI Award 2022 pada kategori Video Musik Terbaik. Video musik yang dibawakan Navicula tersebut diakui memiliki kekayaan perspektif dan penuh tafsir bernas atas keberagaman budaya Indonesia. Vokalis Navicula Robi berharap industri musik Indonesia nantinya semakin banyak diisi musik berkualitas bukan sekadar musik 'junk food'.
Robi mengungkapkan, ada banyak sekali kekuatan lokal, isu-isu urgent, dan filosofi warisan luhur dari Indonesia yang bisa diangkat dalam sebuah karya musik. Seperti yang dibicarakan Navicula dalam karya-karya sebelumnya, 'Orangutan', 'Ibu', 'Busur Hujan', 'Bali Berani Berhenti', 'Di Rimba', 'Harimau!, 'Kartini', 'Metropolutan'. Namun kebanyakan karya-karya Navicula tersebut justru diapresiasi pihak luar. "Baru sekarang dunia mainstream lokal melirik value-value ini," terangnya, pada Senin (17/10).
Robi melanjutkan, Navicula dan tim akan terus memasukkan lebih banyak isu-isu tersebut ke dalam industri musik tanah air, agar semakin lebih banyak orang yang mendukung dan peka pada isu sosial dan lingkungan yang menjadi isu penting global pada saat ini.
Robi kemudian memberikan satu analogi menarik untuk industri musik di tanah air. Baginya, industri musik sama seperti tukang masak. Selama ini apresiasi lebih banyak diberikan kepada mereka yang jago bikin masakan enak dan seberapa banyak orang yang menciptakan hype dengan masakan enak tersebut. Tukang masak yang ideal memang harus bisa bikin masakan enak dan jago mempromosikannya agar terjual. Namun lebih dari itu, industri musik dan konsumen juga perlu mengapresiasi value-value yang lebih mendalam. "Masakan bukan cuma harus enak dan estetis, tapi juga harus bergizi, bernutrisi, agar industri musik kita tidak didominasi oleh sejenis junk food," sebut Robi.
Sementara itu, Sandrina Malakiano selaku Executive Producer Dinasti Matahari mengaku turut bangga dan bersyukur atas penghargaan AMI Award yang diberikan pada video musik Dinasti Matahari. Baginya, itu membahagiakan. Sebab sepanjang perjalanan karir selama 26 tahun terakhir, Navicula terus konsisten menyuarakan beragam pesan penting dalam lagu-lagu mereka. Mulai dari isu lingkungan, isu perempuan, korupsi dan keadilan hukum, keberagaman, juga pelestarian warisan budaya lokal.
Lebih dari itu, Navicula bukan hanya sekadar bersuara tapi benar-benar secara tegas memperjuangkan dan menerapkan semua yang mereka kumandangkan dalam hidup sehari-hari. "They walk the talk", tegasnya.
Dia berharap semangat ini akan menular ke sebanyak mungkin orang. "Kemenangan ini kami terima dengan segala kerendahan hati. Juga sekaligus menjadi sumber tekad dan energi baru untuk mempersembahkan karya-karya yang lebih baik lagi," pungkasnya.
Sementara itu sang sutradara Dinasti Matahari Dibal Ranuh mengakui Navicula memang bukan band kaleng-kaleng. Di mata sang sutradara, lirik lagu Dinasti Matahari memiliki kekuatan yang dapat menuntun kreator manapun untuk memasuki belantara makna. "Lirik Dinasti Matahari sangat bagus. Dan kebetulan saya sendiri senang blusukan di pulau-pulau terluar, baur dengan kekayaan-kekayaan etnik yang di Indonesia ini sebetulnya berserakan," ujarnya.
Penganugerahan Indonesia Musik Awards (AMI) 2022 berlangsung pada Kamis (13/10) di Studio RCTI, Jakarta. Video klip karya Dibal Ranuh berhasil mengalahkan video klip lainnya yang dibintangi penyanyi top tanah air, yaitu video klip lagu 'Markisa' (penyanyi Cinta Laura Kiehl) garapan Bramsky, ‘Mata Mata' (Rayi Putra) garapan Chandraliow dan Timothy Steven, 'Distraction' (Weda Mauve) garapan Dmaz Brodjonegoro dan Weda Mauve, ‘Hati-Hati di Jalan (Tulus) garapan Tulus dan Davy Linggar, dan 'Bintang di Surga' (Noah) garapan Upie Guava. *cr78
Robi mengungkapkan, ada banyak sekali kekuatan lokal, isu-isu urgent, dan filosofi warisan luhur dari Indonesia yang bisa diangkat dalam sebuah karya musik. Seperti yang dibicarakan Navicula dalam karya-karya sebelumnya, 'Orangutan', 'Ibu', 'Busur Hujan', 'Bali Berani Berhenti', 'Di Rimba', 'Harimau!, 'Kartini', 'Metropolutan'. Namun kebanyakan karya-karya Navicula tersebut justru diapresiasi pihak luar. "Baru sekarang dunia mainstream lokal melirik value-value ini," terangnya, pada Senin (17/10).
Robi melanjutkan, Navicula dan tim akan terus memasukkan lebih banyak isu-isu tersebut ke dalam industri musik tanah air, agar semakin lebih banyak orang yang mendukung dan peka pada isu sosial dan lingkungan yang menjadi isu penting global pada saat ini.
Robi kemudian memberikan satu analogi menarik untuk industri musik di tanah air. Baginya, industri musik sama seperti tukang masak. Selama ini apresiasi lebih banyak diberikan kepada mereka yang jago bikin masakan enak dan seberapa banyak orang yang menciptakan hype dengan masakan enak tersebut. Tukang masak yang ideal memang harus bisa bikin masakan enak dan jago mempromosikannya agar terjual. Namun lebih dari itu, industri musik dan konsumen juga perlu mengapresiasi value-value yang lebih mendalam. "Masakan bukan cuma harus enak dan estetis, tapi juga harus bergizi, bernutrisi, agar industri musik kita tidak didominasi oleh sejenis junk food," sebut Robi.
Sementara itu, Sandrina Malakiano selaku Executive Producer Dinasti Matahari mengaku turut bangga dan bersyukur atas penghargaan AMI Award yang diberikan pada video musik Dinasti Matahari. Baginya, itu membahagiakan. Sebab sepanjang perjalanan karir selama 26 tahun terakhir, Navicula terus konsisten menyuarakan beragam pesan penting dalam lagu-lagu mereka. Mulai dari isu lingkungan, isu perempuan, korupsi dan keadilan hukum, keberagaman, juga pelestarian warisan budaya lokal.
Lebih dari itu, Navicula bukan hanya sekadar bersuara tapi benar-benar secara tegas memperjuangkan dan menerapkan semua yang mereka kumandangkan dalam hidup sehari-hari. "They walk the talk", tegasnya.
Dia berharap semangat ini akan menular ke sebanyak mungkin orang. "Kemenangan ini kami terima dengan segala kerendahan hati. Juga sekaligus menjadi sumber tekad dan energi baru untuk mempersembahkan karya-karya yang lebih baik lagi," pungkasnya.
Sementara itu sang sutradara Dinasti Matahari Dibal Ranuh mengakui Navicula memang bukan band kaleng-kaleng. Di mata sang sutradara, lirik lagu Dinasti Matahari memiliki kekuatan yang dapat menuntun kreator manapun untuk memasuki belantara makna. "Lirik Dinasti Matahari sangat bagus. Dan kebetulan saya sendiri senang blusukan di pulau-pulau terluar, baur dengan kekayaan-kekayaan etnik yang di Indonesia ini sebetulnya berserakan," ujarnya.
Penganugerahan Indonesia Musik Awards (AMI) 2022 berlangsung pada Kamis (13/10) di Studio RCTI, Jakarta. Video klip karya Dibal Ranuh berhasil mengalahkan video klip lainnya yang dibintangi penyanyi top tanah air, yaitu video klip lagu 'Markisa' (penyanyi Cinta Laura Kiehl) garapan Bramsky, ‘Mata Mata' (Rayi Putra) garapan Chandraliow dan Timothy Steven, 'Distraction' (Weda Mauve) garapan Dmaz Brodjonegoro dan Weda Mauve, ‘Hati-Hati di Jalan (Tulus) garapan Tulus dan Davy Linggar, dan 'Bintang di Surga' (Noah) garapan Upie Guava. *cr78
Komentar