Hardiknas Diwarnai Konvoi dan Aksi Corat-coret
Wakil rakyat sarankan pemerintah menyediakan wadah/ruang kreatifitas bagi pelajar untuk menyalurkan euforia kelulusannya, sehingga konvoi di jalan raya bisa diminimalisir
DENPASAR, NusaBali
Aksi konvoi kendaraan bermotor dan corat-coret seragam sekolah mewarnai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), 2 Mei 2017. Pasalnya, Selasa (2/5) kemarin, juga merupakan hari pengumuman kelulusan SMA/SMK. Aksi konvoi kendaraan ini pun tak pelak menyebabkan kemacetan di beberapa titik jalan di Kota Denpasar.
Dari pantauan NusaBali, ratusan pelajar dengan mengenakan seragam putih abu yang dicorat-coret, mereka berkonvoi untuk merayakan kelulusan. Tak hanya laki-laki, anak SMA perempuan juga ikut berkonvoi ria dan mencorat-coret seragam mereka. “Hari ini kami merayakan kelulusan. Jadi kami bersenang senang dulu dengan teman-teman karena tak lama lagi kami akan berpisah,” ucap Putra, salah satu peserta konvoi saat ditemui di depan GOR Ngurah Rai, Denpasar, siang kemarin.
Tak hanya berkonvoi dan saling corat coret seragam, saat berkumpul bersama, mereka juga terlihat mengabadikan hari istimewanya dengan ber-swa foto. Yang menarik saat berkonvoi, sejumlah pelajar sambil menggeber motornya juga membawa membawa bendera, dan sejumlah atribut lainnya.
Tak tampak petugas kepolisian yang menertibkan aksi anak-anak SMA/SMK yang baru lulus itu.
Aksi konvoi dan corat-coret para pelajar itu pun mendapat tanggapan dari tokoh pemuda yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar I Made Mulyawan Arya. Menurutnya, sebagai seorang pemuda sekaligus wakil rakyat tidak pernah melarang apa yang dilakukan pelajar yang sedang merayakan kelulusannya tersebut, karena aksi seperti itu sudah ada sejak lama dan seolah menjadi sebuah tradisi. "Euforia kelulusan itu sudah menjadi tradisi sejak lama. Bahkan dulu sampai ada tawuran, kalau sekarang kan sudah mendingan. Kendati seperti itu, bukan berarti kami memberi izin atau merestui. Menurut saya aksi adik-adik kita itu masih dalam batas wajar, namun tetap harus diawasi oleh semua pihak baik sekolah, kepolisian termasuk para orangtua masing-masing. Apalagi mereka berkonvoi di jalan raya yang rawan terjadinya lakalantas,” ujar wakil rakyat yang akrab dipanggil De Gajah ini.
Kedepannya, dia berharap pemerintah menyediakan wadah/ruang kreatifitas untuk menyalurkan euforia saat pelajar SMA kelas III itu merayakan kelulusannya, sehingga konvoi di jalan raya bisa diminimalisir. "Ya, misalnya digelar kegiatan musik atau kegaitan lainnya yang memang disenangi oleh anak muda. Selain itu di sekolah juga bisa memberikan tempat kreatifitas di luar dari program sekolah. Mungkin bisa disediakan kain putih panjang agar siswa yang sudah lulus itu bisa melampiaskan kegembiraannya dengan mencorat coret di tempat itu. Ini juga akan menjadi kenangan tersendiri bagi siswa, di luar dari kebut-kebutan," saran De Gajah yang juga dikenal sebagai tokoh ormas besar di Bali.
Namun demikian, dia kembali menekankan, sekolah maupun para orangtua supaya tidak saklek dan langsung melarang siswa supaya tidak melakukan konvoi dan corat coret seragam, karena semakin dilarang dan semakin ditekan emosi remaja biasanya akan makin meledak. “Ya, saran saya, kedapannya pemerintah memberikan ruang kreatifitas bagi mereka karena euforia kelulusan itu sudah menjadi tradisi setiap kelulusan siswa, tak hanya di Bali, tapi di seluruh Tanah Air,” pungkasnya. * cr63
Dari pantauan NusaBali, ratusan pelajar dengan mengenakan seragam putih abu yang dicorat-coret, mereka berkonvoi untuk merayakan kelulusan. Tak hanya laki-laki, anak SMA perempuan juga ikut berkonvoi ria dan mencorat-coret seragam mereka. “Hari ini kami merayakan kelulusan. Jadi kami bersenang senang dulu dengan teman-teman karena tak lama lagi kami akan berpisah,” ucap Putra, salah satu peserta konvoi saat ditemui di depan GOR Ngurah Rai, Denpasar, siang kemarin.
Tak hanya berkonvoi dan saling corat coret seragam, saat berkumpul bersama, mereka juga terlihat mengabadikan hari istimewanya dengan ber-swa foto. Yang menarik saat berkonvoi, sejumlah pelajar sambil menggeber motornya juga membawa membawa bendera, dan sejumlah atribut lainnya.
Tak tampak petugas kepolisian yang menertibkan aksi anak-anak SMA/SMK yang baru lulus itu.
Aksi konvoi dan corat-coret para pelajar itu pun mendapat tanggapan dari tokoh pemuda yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar I Made Mulyawan Arya. Menurutnya, sebagai seorang pemuda sekaligus wakil rakyat tidak pernah melarang apa yang dilakukan pelajar yang sedang merayakan kelulusannya tersebut, karena aksi seperti itu sudah ada sejak lama dan seolah menjadi sebuah tradisi. "Euforia kelulusan itu sudah menjadi tradisi sejak lama. Bahkan dulu sampai ada tawuran, kalau sekarang kan sudah mendingan. Kendati seperti itu, bukan berarti kami memberi izin atau merestui. Menurut saya aksi adik-adik kita itu masih dalam batas wajar, namun tetap harus diawasi oleh semua pihak baik sekolah, kepolisian termasuk para orangtua masing-masing. Apalagi mereka berkonvoi di jalan raya yang rawan terjadinya lakalantas,” ujar wakil rakyat yang akrab dipanggil De Gajah ini.
Kedepannya, dia berharap pemerintah menyediakan wadah/ruang kreatifitas untuk menyalurkan euforia saat pelajar SMA kelas III itu merayakan kelulusannya, sehingga konvoi di jalan raya bisa diminimalisir. "Ya, misalnya digelar kegiatan musik atau kegaitan lainnya yang memang disenangi oleh anak muda. Selain itu di sekolah juga bisa memberikan tempat kreatifitas di luar dari program sekolah. Mungkin bisa disediakan kain putih panjang agar siswa yang sudah lulus itu bisa melampiaskan kegembiraannya dengan mencorat coret di tempat itu. Ini juga akan menjadi kenangan tersendiri bagi siswa, di luar dari kebut-kebutan," saran De Gajah yang juga dikenal sebagai tokoh ormas besar di Bali.
Namun demikian, dia kembali menekankan, sekolah maupun para orangtua supaya tidak saklek dan langsung melarang siswa supaya tidak melakukan konvoi dan corat coret seragam, karena semakin dilarang dan semakin ditekan emosi remaja biasanya akan makin meledak. “Ya, saran saya, kedapannya pemerintah memberikan ruang kreatifitas bagi mereka karena euforia kelulusan itu sudah menjadi tradisi setiap kelulusan siswa, tak hanya di Bali, tapi di seluruh Tanah Air,” pungkasnya. * cr63
Komentar