Koster Kawal Daging Sapi Bali Masuk Hotel-Restoran
Hadiri Testing Food Sapi Bali di Kedonganan, Badung
MANGUPURA, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace menghadiri Testing Food Sapi Bali di Lotus Food Services, Jalan Bypass Ngurah Rai, Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, Kamis (20/10) malam.
Dalam kegiatan ini, Gubernur Koster mengatakan akan mengawal sapi Bali hingga mampu bersaing ke sejumlah restoran dan hotel yang ada di Pulau Dewata.
Hal ini tegaskan Gubernur Koster setelah menerima pemaparan dari peneliti Perhimpunan Komunitas Tumbuh Bersama. Di mana, para peneliti yang dikoordinir oleh I Nyoman Parta ini menjelaskan secara lengkap dan detail mengenai risetnya.
Dari pemaparan tim ini, sapi Bali yang dipelihara secara umum dengan sapi Bali yang di-treatment serta menggunakan pakan yang berbeda memiliki perbedaan fisik dengan sapi tradisional. Kondisi daging yang sudah ditreatment memiliki tekstur kemerahan dan lembut. "Dari segi kekerasan, tradisional keras sekali, sementara yang treatment itu lebih lembut. Potong dan kunyahnya lebih mudah," ungkap Gubernur Koster usai testing food tersebut.
Dia juga tidak menampik, kalau dari segi rasa, memang tidak terlalu jauh beda antara tradisional dan treatment. Meski demikian, sapi Bali yang ditreatment ini bisa dikembangkan, mungkin dengan waktu treatment yang lebih lama. Selain itu, Gubernur Koster juga menyarankan agar pakannya mungkin dikombinasikan lagi. Sehingga nantinya betul-betul lembut, empuk dan rasanya lebih nendang.
Masih menurut dia, sapi Bali berpotensi menjadi produk yang tidak kalah dengan kualitas daging sapi impor. "Nah, sekarang sesuatu yang sudah mulai diharapkan bisa ditreatment lebih lama hingga sebulan, akan dicoba lagi bagaimana perubahan yang lebih baik," ungkap Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini. Atas capaian dari hasil riset itu, Gubernur Koster sangat mendukung, karena sejak dahulu banyak hotel dan restoran di Bali yang merupakan tujuan wisata dunia, justru steak yang disediakan dari daging sapi impor. Setahu Gubernur Koster, bahwa sapi Bali merupakan ras yang unggul. Seharusnya, sapi Bali ini bisa unggul dalam hal cita rasa.
Meski hasil riset tersebut baru pembuktian pertama, dia mengaku kalau hal itu sudah ada jalan mengarah pada pemberdayaan sapi lokal Bali, sebagai konsumsi di hotel dan restoran dan mengurangi ketergantungan impor. "Kenapa tidak sapi Bali, hotel dan restoran sangat banyak, namun semua daging diimpor. Nah, ini yang saya gaungkan ke depan agar mengurangi ketergantungan daging sapi impor dan harus menggunakan sapi Bali," tegas Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini.
Bahkan, kata dia, penggunaan produk lokal Bali ini sudah ada aturannya, yakni Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 Tentang Pemanfaatan dan Pemasaran Produk Pertanian, Perikanan dan Industri lokal Bali. Sebagai tindaklanjut, Gubernur Koster juga sudah mengumpulkan management hotel se Bali agar menggunakan produk lokal Bali. Bahkan sudah berikrar untuk menggunakan berbagai produk lokal serta aturan turunan terkait penggunaan pakaian, garam, telur, beras, buah-buahan dan sayur-sayuran dari Bali. Dia tidak menampik, kalau saat ini sudah ada tanda sapi Bali bisa diberdayakan untuk dikonsumsi di hotel dan tidak kalah saing dengan daging impor. "Bagaimana sapi Bali ini tidak hanya kita lindungi, tapi juga bagaimana sapi Bali bisa meningkatkan kesejahteraan peternak di Bali. Dalam pangan, kita ingin Bali ini daulat pangan," tegasnya lagi
Dia juga menggarisbawahi, kalau nanti sudah jadi, tidak hanya produktivitas yang ditingkatkan, tapi juga kualitasnya. Dia juga berjanji, pada tahun 2023 akan sangat tegas menindak hotel, restoran atau akomodasi lainnya yang tidak mau menggunakan produk lokal Bali. Bahkan, nantinya akan ada tim audit produk yang digunakan di hotel dan restoran. Ketika kedapatan, perizinan tidak akan diperpanjang.
"Saya yang akan endors secara langsung. Untuk daging sapi Bali, saya langsung turun. Ini satu kemajuan dan ini mimpi yang dari dulu dan saat ini sudah terwujud," tegas Gubernur Koster seraya mengakui kalau sapi Bali bisa menjadi konsumsi di restoran dan hotel. Sementara, Koordinator Penelitian Perhimpunan Komunitas Tumbuh Bersama, I Nyoman Parta mengungkapkan riset terkait sapi Bali ini berangkat dari kondisi bahwa sapi Bali terkenal dengan sapi yang kuat, cerdas dan bisa makan apa saja. Sapi Bali terkenal bisa beradaptasi dengan makanan apa saja, dari yang paling halus hingga kasar.
Bahkan, sapi Bali juga memiliki tingkat kesuburan betinanya sampai 17 kali beranak. "Sapi Bali sangat digandrungi, karena karkasnya mencapai 55-58 persen. Berbanding terbalik dengan ras manapun yang rendah," ungkapnya di lokasi yang sama
Hanya saja, anggota Fraksi PDIP DPR RI asal Dapil Bali ini mengaku sangat miris dengan kondisi saat ini. Di mana, dari data yang ada, sapi Bali menurun sangat drastis dalam lima tahun terakhir. Padahal, sekitar 5 tahun yang lalu ada 1,5 juta sapi. Saat ini, hanya sekitar 553.000 ekor. Alasan terjadi penurunan, karena pemelihara turun drastis. "Maka dari itu, kita ingin mendorong agar banyak petani sapi Bali ini ke depannya. Salah satunya dengan mengakomodir daging sapi Bali masuk ke sejumlah restoran dan hotel," terangnya
Diakuinya, sapi Bali yang sudah diteliti oleh pihaknya itu sudah dengan hasil Lab Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lembaga kesehatan hewan, yang menyatakan daging sapi Bali sangat layak. Bahkan, dari sapi Bali yang sudah ditreatment itu bisa naik menjadi 1,6 Kg dalam kurun waktu 32 hari. Namun, tentunya akan terus bertambah kalau mencapai waktu 2 bulan dan tingkat kelembutan yang tidak kalah dengan sapi impor. Dia pun tidak menampik, ketika adanya event KTT G20, saatnya untuk memperkenalkan sapi Bali ke delegasi.
"Ini momentnya, saya berharap nantinya sapi Bali ini bisa menjadi salah satu menu yang disodorkan ke para delegasi atau kepala negara yang hadir. Sehingga, daging sapi Bali bisa bersaing dengan daging sapi impor," harap Nyoman Parta. *dar
1
Komentar