Bunga Acuan BI Naik Jadi 4,75 Persen
JAKARTA, NusaBali
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen.
Demikian juga, suku bunga deposit facility naik sebesar 50 bps menjadi 4 persen, dan suku bunga lending facility naik sebesar 50 bps menjadi 5,5 persen. "Berdasarkan asesmen menyeluruh dan proyeksi ke depan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19 dan 20 Oktober memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjad 4,75 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Kamis (20/10).
Perry mengatakan keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loading, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting).
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga dimaksudkan untuk memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0 plus minus 1 persen lebih awal, yaitu ke paruh pertama 2023.
Tidak hanya itu, kenaikan suku bunga juga demi memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.
"Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi," jelas Perry.
Kenaikan suku bunga ini bukan pertama kali dalam beberapa bulan terakhir. Pada RDG sebelumnya, BI mengerek suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Demikian juga, suku bunga deposit facility naik sebesar 50 bps menjadi 3,5 persen, dan suku bunga lending facility naik sebesar 50 bps menjadi 5 persen. Perry saat itu mengatakan alasan utama bank sentral menaikkan suku bunga adalah mengendalikan tingkat inflasi.
Menurut Perry, meski inflasi inti masih terpantau aman, antisipasi harus dilakukan sejak awal. "Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loading, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran pada paruh kedua 2023," ujarnya. *
Perry mengatakan keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loading, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting).
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga dimaksudkan untuk memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0 plus minus 1 persen lebih awal, yaitu ke paruh pertama 2023.
Tidak hanya itu, kenaikan suku bunga juga demi memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.
"Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi," jelas Perry.
Kenaikan suku bunga ini bukan pertama kali dalam beberapa bulan terakhir. Pada RDG sebelumnya, BI mengerek suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Demikian juga, suku bunga deposit facility naik sebesar 50 bps menjadi 3,5 persen, dan suku bunga lending facility naik sebesar 50 bps menjadi 5 persen. Perry saat itu mengatakan alasan utama bank sentral menaikkan suku bunga adalah mengendalikan tingkat inflasi.
Menurut Perry, meski inflasi inti masih terpantau aman, antisipasi harus dilakukan sejak awal. "Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loading, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran pada paruh kedua 2023," ujarnya. *
Komentar