Pemerintah Didorong Bangun Flyover Untuk Atasi Kemacetan
"Saya rasa Denpasar harus sudah berani melakukan pembangunan Flyover dan Underpass terutama di simpang-simpang sebagai pusat kemacetan” (Anggota DPRD Kota Denpasar, AA Ngurah Gede Widiada)
DENPASAR, NusaBali
Kemacetan parah yang kerap terjadi di Bali, khususnya di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung menjadi momok yang menakutkan khususnya bagi wisatawan yang berlibur di Pulau Dewata. Untuk itu, solusi pemecahan sangat mendesak dilakukan. Anggota DPRD Kota Denpasar, AA Ngurah Gede Widiada mendorong pemerintah supaya berani membangun Jalan Layang (Flyover) untuk mengatasi kemacetan tersebut.
"Kami mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk mencarikan pemecahan masalah dalam mengatasi kemacetan lalu lintas, khususnya di Kota Denpasar. Sebab, tingkat kemacetan lalu lintas semakin parah," ujarnya, Rabu (3/5). Menurutnya, saat ini pemerintah seharusnya sudah mulai memikirkan bagaimana mengatasi permasalahan kemacetan di Ibukota Provinsi Bali ini.
Ditegaskan, pemerintah harus sudah sejak saat ini merencanakan masukan-masukan dari masyarakat maupun kalangan akademisi dan ahli tata kota untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Jika hal ini tidak dilakukan, pihaknya khawatir Kota Denpasar akan menjadi kota macet total dalam jangka waktu 5 tahun mendatang. "Masalahnya, hingga saat ini tidak ada pembicaraan maupun rencana pembangunan infrastruktur untuk mengatasi kemacetan di Denpasar. Pembicaraan terfokus untuk pembangunan shortcut Denpasar-Singaraja. Sementara pembicaraan maupun rencana mengatasi kemacetan di pusat kota nyaris tidak terdengar. Terpenting sekarang ada perencanaan lebih matang mengatasi kemacetan di Kota Denpasar," kata politisi Partai NasDem ini.
Menurutnya, melihat kondisi jalan di Denpasar saat ini tidak memungkinkan untuk membangun jalan baru atau jalan alternatif. Maka dari itu, pihaknya mengusulkan pemerintah harus sudah mulai berani merencanakan pembangunan Flyover maupun Underpass di pusat-pusat kemacetan di Denpasar. "Saya rasa Denpasar harus sudah berani melakukan pembangunan Flyover dan Underpass terutama di simpang-simpang sebagai pusat kemacetan. Seperti di wilayah Jalan Gatot Subroto, kawasan-kawasan jalan menuju Kuta dan Badung Selatan, wilayah Denpasar Barat, dan Jalan Supratman menuju ke Gianyar. Jadi, akses menuju segitiga emas pariwisata Bali yakni Denpasar, Badung dan Gianyar perlu memikirkan pembangunan Flyover maupun Underpass ini," ujarnya.
Ia berharap pemerintah kota, provinsi agar berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam permasalahan lalu lintas di Kota Denpasar, sehingga bisa segera dilakukan perencanaan pembangunan jalan tersebut. Hal ini mengingat Denpasar dan Bali bagian selatan sebagai pusat pariwisata akan terganggu dengan kemacetan tersebut. "Bali bagian selatan yakni Denpasar, Badung, dan Gianyar ini tingkat volume kendaraan setiap tahun akan meningkat, sehingga kemacetan pun tidak akan bisa dihindari ke depannya," ujarnya.
Selama ini, rencana pembangunan Flyover sering kali dipandang bertentangan dengan budaya Bali, sebab kehadiran jalan ini bisa menodai kesucian tempat-tempat sakral. Selain itu, kekhusukan warga Bali sewaktu melaksanakan upacara juga bisa terganggu. Terkait hal tersebut, Penglingsir Puri Peguyangan ini berpandangan masyarakat Bali khususnya Denpasar harus bisa berfikir secara rasional. "Kita sekarang harus bisa berfikir secara rasional. Tuhan itu bisa setinggi-tingginya juga serendah-rendahnya. Jika khawatir pembangunan Jalan Layang akan menodai kesucian tempat suci karena lebih tinggi jalan dibandingkan dengan pura misalnya, maka kita harus melihat juga kenyataan sekarang bahwa sudah ada pesawat terbang yang melangkahi pura-pura yang kita sucikan," tandasnya. * cr63
"Kami mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk mencarikan pemecahan masalah dalam mengatasi kemacetan lalu lintas, khususnya di Kota Denpasar. Sebab, tingkat kemacetan lalu lintas semakin parah," ujarnya, Rabu (3/5). Menurutnya, saat ini pemerintah seharusnya sudah mulai memikirkan bagaimana mengatasi permasalahan kemacetan di Ibukota Provinsi Bali ini.
Ditegaskan, pemerintah harus sudah sejak saat ini merencanakan masukan-masukan dari masyarakat maupun kalangan akademisi dan ahli tata kota untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Jika hal ini tidak dilakukan, pihaknya khawatir Kota Denpasar akan menjadi kota macet total dalam jangka waktu 5 tahun mendatang. "Masalahnya, hingga saat ini tidak ada pembicaraan maupun rencana pembangunan infrastruktur untuk mengatasi kemacetan di Denpasar. Pembicaraan terfokus untuk pembangunan shortcut Denpasar-Singaraja. Sementara pembicaraan maupun rencana mengatasi kemacetan di pusat kota nyaris tidak terdengar. Terpenting sekarang ada perencanaan lebih matang mengatasi kemacetan di Kota Denpasar," kata politisi Partai NasDem ini.
Menurutnya, melihat kondisi jalan di Denpasar saat ini tidak memungkinkan untuk membangun jalan baru atau jalan alternatif. Maka dari itu, pihaknya mengusulkan pemerintah harus sudah mulai berani merencanakan pembangunan Flyover maupun Underpass di pusat-pusat kemacetan di Denpasar. "Saya rasa Denpasar harus sudah berani melakukan pembangunan Flyover dan Underpass terutama di simpang-simpang sebagai pusat kemacetan. Seperti di wilayah Jalan Gatot Subroto, kawasan-kawasan jalan menuju Kuta dan Badung Selatan, wilayah Denpasar Barat, dan Jalan Supratman menuju ke Gianyar. Jadi, akses menuju segitiga emas pariwisata Bali yakni Denpasar, Badung dan Gianyar perlu memikirkan pembangunan Flyover maupun Underpass ini," ujarnya.
Ia berharap pemerintah kota, provinsi agar berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam permasalahan lalu lintas di Kota Denpasar, sehingga bisa segera dilakukan perencanaan pembangunan jalan tersebut. Hal ini mengingat Denpasar dan Bali bagian selatan sebagai pusat pariwisata akan terganggu dengan kemacetan tersebut. "Bali bagian selatan yakni Denpasar, Badung, dan Gianyar ini tingkat volume kendaraan setiap tahun akan meningkat, sehingga kemacetan pun tidak akan bisa dihindari ke depannya," ujarnya.
Selama ini, rencana pembangunan Flyover sering kali dipandang bertentangan dengan budaya Bali, sebab kehadiran jalan ini bisa menodai kesucian tempat-tempat sakral. Selain itu, kekhusukan warga Bali sewaktu melaksanakan upacara juga bisa terganggu. Terkait hal tersebut, Penglingsir Puri Peguyangan ini berpandangan masyarakat Bali khususnya Denpasar harus bisa berfikir secara rasional. "Kita sekarang harus bisa berfikir secara rasional. Tuhan itu bisa setinggi-tingginya juga serendah-rendahnya. Jika khawatir pembangunan Jalan Layang akan menodai kesucian tempat suci karena lebih tinggi jalan dibandingkan dengan pura misalnya, maka kita harus melihat juga kenyataan sekarang bahwa sudah ada pesawat terbang yang melangkahi pura-pura yang kita sucikan," tandasnya. * cr63
1
Komentar