Faktor Cuaca, Pamedek Malukat Tidak Seramai 6 Bulan Lalu
BANGLI, NusaBali
Pura Taman Pecampuhan Sala di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli, menjadi salah satu lokasi malukat (membersihkan diri secara niskala) saat Hari Banyu Pinaruh.
Namun sering hujan menjadikan pamedek atau umat yang malukat di Pura Taman ini tidak seramai seperti Hari Banyu Pinaruh pada enam bulan lalu. Seperti pada Banyu Pinaruh, Redite Pahing Sinta, Minggu (23/10).
Bendesa Adat Sala I Wayan Subagia mengatakan sehari setelah Hari Raya Saraswati diperingati Hari Banyu Pinaruh. Pada Hari Banyu Pinaruh, kemarin, masyarakat malukat, salah satunya di Pura Taman Pecampuhan Sala. Biasanya, Pura Taman ini dipadati oleh para pamedek dari berbagai daerah, dari Bangli dan luar Bangli. "Pamedek yang tangkil tidak hanya dari Bangli, ada juga luar kabupaten, provinsi bahwa ada warga negara asing," ungkapnya, Minggu (23/10).
Menurut Wayan Subagia, pamedek yang tangkil pada Hari Banyu Pinaruh kali ini tidak seramai sebelumnya. Pamedek yang tangkil kisaran 800 - 1.000 orang. Sedangkan sebelumnya bisa sampai 2.500 orang. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi cuaca. "Karena hujan-hujan, jadi tidak seramai sebelumnya. Kalau hari biasa rata-rata 50 orang per harinya," ujarnya.
Pamedek yang tangkil dominan anak-anak atau sekaa teruna-teruni atau yowana. Selama prosesi malukat, pamedek didampingi oleh pecalang. Ditambahkan, ketika hujan maka prosesi malukat hanya dilakukan di pancuran atau kolam. Untuk prosesi melukat ada beberapa rangkaian, diawali dengan pamedek menghaturkan Banten Pejati, kemudian dilanjutkan turun ke sungai. "Ada beberapa titik sumber air suci. Setelah itu, pamedek masuk ke kolam yang memilik lima pancuran sebelah timur dan dua pancuran di sebelah utara," sambungnya. *esa
Komentar