Patung KB Jembatan Biluk Poh Tetap Berdiri Kokoh
Walau Diterjang Banjir Bandang, Dipercaya Sebagai Penunggu Niskala
NEGARA, NusaBali
Keberadaan Patung Keluarga Berencana (KB) di dekat Jembatan Biluk Poh (sisi barat), Jalan Umum Denpasar-Gilimanuk, Lingkungan Biluk Poh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, belakangan menjadi sorotan di tengah bencana banjir bandang Sungai Biluk Poh, Minggu (16/10) lalu.
Meski hampir seluruh rumah warga di pinggir sungai dibuat porak poranda oleh banjir bandang, namun patung ini tetap berdiri kokoh. Menurut beberapa warga sekitar, Selasa (25/10) patung KB yang seolah menjadi ikon di pinggir Jembatan Biluk Poh ini, telah dibangun pada sekitar tahun 1987 silam atau tepat dibangun ketika mulai digencarkannya sosialisasi program KB ‘dua anak cukup’. "Waktu saya kelas I SD (sekolah dasar), patung KB itu sudah ada di sana. Perkiraan dibangun sekitar tahun 1987," ujar I Gusti Komang Putra,47, yang rumahnya berada di dekat patung KB tersebut.
Menurut Gusti Putra, selama tiga kali kejadian banjir bandang Sungai Biluk Poh, termasuk kejadian terparah pada tahun 2022 ini, patung KB itu tidak ada terdampak. Hanya ada sejumlah kerusakan ringan. Di mana pondasi tempat patung itu diketahui retak. Kemudian juga ada retakan pada bagian tangan kanan patung sosok ayah yang berada paling kanan. Sedangkan kondisi empat patung yang digambarkan sebagai keluarga dengan dua orang anak (satu anak laki-laki dan satu anak perempuan) itu, secara umum masih berdiri seperti semula.
"Waktu banjir bandang yang duluan, patung itu juga tetap berdiri. Kita juga tidak tahu apakah memang konstruksinya yang kuat atau bagaimana," ucap Gusti Putra yang saat ini terpaksa harus mengungsi karena rumahnya masih tertimbun kayu-kayu sisa material banjir. Namun, Gusti Putra mengaku sejumlah masyarakat sekitar percaya kalau patung KB itu memiliki aura mistis. Sejumlah masyarakat menganggap patung tersebut sebagai penunggu niskala di pinggir sungai setempat. Bahkan sejumlah warga saat mabanten sehari-hari ataupun rahina tertentu, juga biasa mabanten canang sari di patung tersebut.
"Ya biasa mabanten di sana memohon keselamatan. Bukan sih untuk memohon macam-macam," ucap Gusti Putra didampingi beberapa warga lainnya. Menurutnya, sejumlah warga pun percaya di sekitaran pinggir sungai termasuk di tempat Patung KB itu, juga merupakan kawasan angker. Dari pengalaman pribadinya, Gusti Putra mengaku tidak pernah mengalami hal yang aneh. Namun dirinya mengaku sempat dihampiri seseorang yang mengalami kejadian cukup janggal di wilayah setempat.
Di mana orang tersebut mengaku sempat melihat ada semacam pasar malam di sisi sungai di seberang timur Patung KB tersebut. Bahkan orang tersebut, mengaku juga pernah makan di pasar malam tersebut. Padahal kenyataannya di lokasi yang dimaksud orang tersebut, tidak pernah ada pasar malam dan merupakan tanah kosong.
"Kejadiannya itu baru beberapa bulan lalu. Orangnya itu kebetulan nanya ke saya, menanyakan di mana dagang-dagang yang di seberang. Saya sendiri sampai bingung. Tetapi saya sendiri tidak terlalu menanggapi macam-macam. Pikiran saya mungkin orangnya itu sedang berhalusinasi atau memang sempat dikerjai wong samar di sana," ucap Putra.
Seperti diberitakan banjir bandang menerjang rumah ratusan warga Lingkungan Biluk Poh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring dan Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu (16/10) malam hingga Senin (17/10) dinihari. Banjir bandang akibat meluapnya Sungai Bilukpoh ini menghanyutkan sejumlah rumah, kendaraan, ternak hingga dua jembatan putus.
Bahkan sebanyak 127 kepala keluarga (KK) terpaksa harus mengungsi karena rumah mereka diporakporandakan banjir. Parahnya lagi, banjir bandang membuat jalur utama Denpasar-Gilimanuk lumpuh akibat Jembatan Biluk Poh dipenuhi material banjir dan jembatan di jalur alternatif juga terputus.
Dari informasi yang dihimpun NusaBali, banjir bandang di dua wilayah yang dibatasi Jembatan Biluk Poh ini terjadi pada, Minggu malam pukul 23.30 Wita. Air yang meluap dari Sungai Biluk Poh tersebut, naik secara bertahap mulai sekitar pukul 20.00 Wita. Saat peristiwa banjir itu, tidak ada hujan di wilayah setempat. Namun luapan air terjadi karena banjir dari wilayah hulu yang akhirnya meluap hingga menyapu rumah ratusan warga di dua wilayah tersebut. *ode
Komentar