Ciptakan Biobriket dari Sorgum Sebagai Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Tim SMAN Bali Mandara Sabet Juara 1 Peneliti Tingkat Nasional Toyota Eco Youth 12
Akan dibuat tim produksi dan pemasaran untuk tindak lanjut dari penelitian juga agar dimanfaatkan oleh masyarakat dan berkontribusi dalam pelestarian lingkungan.
SINGARAJA, NusaBali
Setelah menjalani proses seleksi yang panjang, Tim SMAN Bali Mandara berhasil meraih Juara I penelitian tingkat nasional Toyota Eco Youth 12, baru-baru ini. Tim yang terdiri dari Putu Darma Yasa dan Ni Kadek Karina Dewi ini berhasil mendulang prestasi melalui hasil penelitiannya biobriket berbahan limbah tanaman sorgum sebagai bahan bakar ramah lingkungan.
Prestasi mereka di bawah asuhan guru pembina I Wayan Madiya bermula sejak Desember 2021 lalu. Mereka menemukan persoalan lingkungan di sekitar. Salah satunya persoalan iklim yang semakin tidak menentu, salah satunya dipengaruhi oleh emisi karbon dioksida yang sangat tinggi. Penggunaan arang di masyarakat pada sejumlah aktivitas, menimbulkan asap penyumbang emisi karbon dioksida yang tinggi. Jika tidak dikendalikan, cemaran ini dapat berpengaruh pada kelangsungan lingkungan dan makhluk hidup.
Atas persoalan tersebut Darma dan Karina mencoba membuat bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Mereka pun akhirnya mencoba berinovasi menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungannya dan mudah ditemukan. Salah satunya adalah tanaman sorgum. “Kebetulan di dekat sekolah kami ada pengembangan tanaman sorgum seluas 8 hektare, selain juga di beberapa wilayah di Buleleng, pemerintah sedang menggencarkan pengembangan tanaman non beras. Sehingga bahan membuat biobriket ini mudah ditemukan,” jelas Darma yang masih duduk di bangku kelas XII ini. Mereka pun hanya memakai limbah daun dan batang sorgum yang sudah tidak digunakan usai dipanen.
Proses pembuatan biobriket ini dilakukan dengan metode pirolisis. Prosesnya menggunakan tabung pembakaran sekaligus kondensasi sehingga selama proses pembuatan karbon aktif biobriket, tidak terdapat asap yang dihasilkan. Melainkan mengalami proses kondensasi menjadi Bio-oil. Hasil berupa biobriket yang dihasilkan menjadi produk yang ramah lingkungan karena menerapkan prinsip netralitas karbon.
“Kami didampingi guru pembina kami sempat gagal beberapa kali. Karena tidak mudah menemukan proses yang tepat agar limbah sorgum ini menjadi benda padat. Karena daun dan batang sorgum saat dibakar jika tidak menggunakan metode khusus akan menjadi abu tidak menjadi arang,” jelas siswa asal Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Namun setelah mendapatkan formula yang tepat, biobriket sorgum hasil penelitian mereka selain ramah lingkungan juga memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan arang kayu atau batok kelapa. Kelebihannya lebih ekonomis. Jika arang kayu atau batok kelapa per kilogramnya Rp 20.000, biobriket hanya Rp 18.000. Selain itu uji ketahanan bara api yang dihasilkan juga lebih lama dua kali lipat. Jika pada arang biasa hanya mampu bertahan 30 menit, sedangkan pada biobriket bara api dapat bertahan hingga satu jam lebih.
Biobriket tersebut setelah menemukan formula yang tepat kemudian diuji kerapatan dan energi yang dihasilkan di Fakultas Peternakan Universitas Udayana (Unud). Atas keberhasilan penelitian itu, kebetulan pada akhir tahun 2021 lalu, diselenggarakan ajang Toyota Eco Youth 12. SMAN Bali Mandara pun mendapatkan undangan khusus untuk mengikuti lomba penelitian bergengsi tingkat nasional ini. Di awal babak penyisihan hanya ada 50 tim peneliti dari 50 sekolah di Indonesia. Puluhan tim ini kemudian diciutkan kembali menjadi 25 tim terbaik.
Mereka langsung masuk ke babak final dan diundang langsung ke Jakarta untuk mempresentasikan hasil penelitian dan produk yang sudah dihasilkan, pada tanggal 15-19 Oktober 2022 lalu. Hasil presentasi dan pameran produk dari tim SMAN Bali Mandara pun akhirnya meluluhkan hati dewan juri dan dinobatkan sebagai Juara I. Mereka pun diberikan reward berupa uang pembinaan sebesar Rp 100 juta.
Guru Pembina I Wayan Madiya mengungkapkan, ide-ide penelitian dari siswanya memang sangat beragam. Namun untuk sampai ke titik puncak ini perlu perjuangan dan kerja keras yang mereka lalui setahun penuh. Keberhasilan penelitian anak didiknya pun diharapkan dapat berkembang lagi ke depannya.
“Lomba ini kemarin memang berakhir sampai di pemberian penghargaan saja. Tetapi ke depannya kami berencana akan membuat tim produksi dan pemasaran juga untuk tindak lanjut dari penelitian anak-anak kami ini, untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan berkontribusi dalam pelestarian lingkungan,” ucap Madiya. Guru Bidang Studi Kimia ini menyebut sudah melakukan pendekatan kepada sejumlah rumah makan di Kecamatan Kubutambahan dan termasuk event organizer untuk pemasaran Biobriket Sorgum tersebut. Sehingga harapannya dapat digunakan oleh masyarakat luas sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. *k23
Prestasi mereka di bawah asuhan guru pembina I Wayan Madiya bermula sejak Desember 2021 lalu. Mereka menemukan persoalan lingkungan di sekitar. Salah satunya persoalan iklim yang semakin tidak menentu, salah satunya dipengaruhi oleh emisi karbon dioksida yang sangat tinggi. Penggunaan arang di masyarakat pada sejumlah aktivitas, menimbulkan asap penyumbang emisi karbon dioksida yang tinggi. Jika tidak dikendalikan, cemaran ini dapat berpengaruh pada kelangsungan lingkungan dan makhluk hidup.
Atas persoalan tersebut Darma dan Karina mencoba membuat bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Mereka pun akhirnya mencoba berinovasi menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungannya dan mudah ditemukan. Salah satunya adalah tanaman sorgum. “Kebetulan di dekat sekolah kami ada pengembangan tanaman sorgum seluas 8 hektare, selain juga di beberapa wilayah di Buleleng, pemerintah sedang menggencarkan pengembangan tanaman non beras. Sehingga bahan membuat biobriket ini mudah ditemukan,” jelas Darma yang masih duduk di bangku kelas XII ini. Mereka pun hanya memakai limbah daun dan batang sorgum yang sudah tidak digunakan usai dipanen.
Proses pembuatan biobriket ini dilakukan dengan metode pirolisis. Prosesnya menggunakan tabung pembakaran sekaligus kondensasi sehingga selama proses pembuatan karbon aktif biobriket, tidak terdapat asap yang dihasilkan. Melainkan mengalami proses kondensasi menjadi Bio-oil. Hasil berupa biobriket yang dihasilkan menjadi produk yang ramah lingkungan karena menerapkan prinsip netralitas karbon.
“Kami didampingi guru pembina kami sempat gagal beberapa kali. Karena tidak mudah menemukan proses yang tepat agar limbah sorgum ini menjadi benda padat. Karena daun dan batang sorgum saat dibakar jika tidak menggunakan metode khusus akan menjadi abu tidak menjadi arang,” jelas siswa asal Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Namun setelah mendapatkan formula yang tepat, biobriket sorgum hasil penelitian mereka selain ramah lingkungan juga memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan arang kayu atau batok kelapa. Kelebihannya lebih ekonomis. Jika arang kayu atau batok kelapa per kilogramnya Rp 20.000, biobriket hanya Rp 18.000. Selain itu uji ketahanan bara api yang dihasilkan juga lebih lama dua kali lipat. Jika pada arang biasa hanya mampu bertahan 30 menit, sedangkan pada biobriket bara api dapat bertahan hingga satu jam lebih.
Biobriket tersebut setelah menemukan formula yang tepat kemudian diuji kerapatan dan energi yang dihasilkan di Fakultas Peternakan Universitas Udayana (Unud). Atas keberhasilan penelitian itu, kebetulan pada akhir tahun 2021 lalu, diselenggarakan ajang Toyota Eco Youth 12. SMAN Bali Mandara pun mendapatkan undangan khusus untuk mengikuti lomba penelitian bergengsi tingkat nasional ini. Di awal babak penyisihan hanya ada 50 tim peneliti dari 50 sekolah di Indonesia. Puluhan tim ini kemudian diciutkan kembali menjadi 25 tim terbaik.
Mereka langsung masuk ke babak final dan diundang langsung ke Jakarta untuk mempresentasikan hasil penelitian dan produk yang sudah dihasilkan, pada tanggal 15-19 Oktober 2022 lalu. Hasil presentasi dan pameran produk dari tim SMAN Bali Mandara pun akhirnya meluluhkan hati dewan juri dan dinobatkan sebagai Juara I. Mereka pun diberikan reward berupa uang pembinaan sebesar Rp 100 juta.
Guru Pembina I Wayan Madiya mengungkapkan, ide-ide penelitian dari siswanya memang sangat beragam. Namun untuk sampai ke titik puncak ini perlu perjuangan dan kerja keras yang mereka lalui setahun penuh. Keberhasilan penelitian anak didiknya pun diharapkan dapat berkembang lagi ke depannya.
“Lomba ini kemarin memang berakhir sampai di pemberian penghargaan saja. Tetapi ke depannya kami berencana akan membuat tim produksi dan pemasaran juga untuk tindak lanjut dari penelitian anak-anak kami ini, untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan berkontribusi dalam pelestarian lingkungan,” ucap Madiya. Guru Bidang Studi Kimia ini menyebut sudah melakukan pendekatan kepada sejumlah rumah makan di Kecamatan Kubutambahan dan termasuk event organizer untuk pemasaran Biobriket Sorgum tersebut. Sehingga harapannya dapat digunakan oleh masyarakat luas sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. *k23
Komentar