'La Nina' Picu Peningkatan Curah Hujan di Bali
Kondisi ini sudah diprediksi sejak awal tahun 2022 dan akan berpengaruh hingga Februari 2023.
MANGUPURA, NusaBali
Kondisi dinamika atmosfer di wilayah Bali dinilai belum stabil, dikarenakan saat ini sebagian wilayah Bali masuk pada peralihan musim kemarau ke musim hujan. Adanya fenomena yang disebut La Nina juga memicu curah hujan dengan intensitas lebat. Untuk itu masyarakat diminta agar selalu berhati-hati dan waspada berbagai potensi tersebut.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wirajaya, mengatakan saat ini sebagian besar wilayah Bali sudah memasuki musim hujan. Di mana awal musim hujan di Bali terjadi pada daerah Bali bagian tengah yang kemudian meluas ke daerah lainnya dan terakhir terjadi di pesisir utara Bali bagian barat. “Awal musim hujan di Bali tahun 2022/2023 sudah terjadi pada September, yang kemudian akan merata pada Desember. Sedangkan puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari,” kata Wirajaya, Rabu (26/10).
Dikatakan, ada 3 faktor yang mempengaruhi cuaca di suatu daerah. Yaitu faktor global seperti La Nina dan El Nino, regional seperti musim hujan, dan lokal yaitu topografi wilayah maupun kondisi geografis. Untuk saat ini, faktor yang mempengaruhi cuaca di Bali, salah satunya dipengaruhi oleh La Nina.
La Nina ini merupakan fenomena alam, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik lebih dingin dari biasanya, sehingga tekanan angin tinggi dan mengakibatkan angin bertiup ke Indonesia membawa uap air. Ini lah yang membawa curah hujan terutama di wilayah Bali.
Adanya La Nina tersebut sudah diprediksi oleh pihaknya sejak awal tahun 2022 dan akan berpengaruh hingga Februari 2023. “La Nina dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu intensitas lemah, sedang, maupun kuat. Saat ini kami memprediksi La Nina yang terjadi memiliki katagori intensitas sedang sampai lemah. Namun kondisinya saat ini mulai melemah, sehingga diharapkan Februari nanti bisa netral,” jelas Wirajaya.
Pada dasarnya, La Nina merupakan fenomena global yang memiliki dampak bervariasi di masing-masing wilayah. Namun karena di Bali saat ini dipengaruhi oleh faktor regional yaitu masuknya musim hujan. Sementara faktor lokal dipengaruhi oleh kondisi topografi dan geografis. Maka wilayah pegunungan di Bali memiliki curah hujan jauh lebih tinggi dari wilayah lainnya. Hal itu dibuktikan dari sejumlah kejadian bencana yang terjadi beberapa kali di Bali, dengan dominan lokus kejadian berada di bagian Bali tengah yang memiliki topografi pegunungan. “Kami sudah memberikan peringatan dini kepada masyarakat melalui instansi terkait. Mohon hal itu dapat diperhatikan secara seksama,” kata Wirajaya.
Dari data yang dimiliki, bahwa kondisi La Nina di Indonesia dimulai dari pertengahan tahun 2020, tahun 2011, dan tahun 2022 yang diperkirakan berakhir pada Februari 2023. Kondisi itu disebut dengan La Nina Triple Dip, yang berpengaruh pada pola cuaca-iklim di Indonesia. Salah satunya menyebabkan sebagian wilayah Indonesia mengalami musim hujan lebih awal.
“Selain itu curah hujan juga akan bertambah dari kondisi normal dan berpotensi menimbulkan terjadinya bencana hidrometeorologi. Kondisi itu bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara lainnya,” kata Wirajaya. *dar
Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wirajaya, mengatakan saat ini sebagian besar wilayah Bali sudah memasuki musim hujan. Di mana awal musim hujan di Bali terjadi pada daerah Bali bagian tengah yang kemudian meluas ke daerah lainnya dan terakhir terjadi di pesisir utara Bali bagian barat. “Awal musim hujan di Bali tahun 2022/2023 sudah terjadi pada September, yang kemudian akan merata pada Desember. Sedangkan puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari,” kata Wirajaya, Rabu (26/10).
Dikatakan, ada 3 faktor yang mempengaruhi cuaca di suatu daerah. Yaitu faktor global seperti La Nina dan El Nino, regional seperti musim hujan, dan lokal yaitu topografi wilayah maupun kondisi geografis. Untuk saat ini, faktor yang mempengaruhi cuaca di Bali, salah satunya dipengaruhi oleh La Nina.
La Nina ini merupakan fenomena alam, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik lebih dingin dari biasanya, sehingga tekanan angin tinggi dan mengakibatkan angin bertiup ke Indonesia membawa uap air. Ini lah yang membawa curah hujan terutama di wilayah Bali.
Adanya La Nina tersebut sudah diprediksi oleh pihaknya sejak awal tahun 2022 dan akan berpengaruh hingga Februari 2023. “La Nina dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu intensitas lemah, sedang, maupun kuat. Saat ini kami memprediksi La Nina yang terjadi memiliki katagori intensitas sedang sampai lemah. Namun kondisinya saat ini mulai melemah, sehingga diharapkan Februari nanti bisa netral,” jelas Wirajaya.
Pada dasarnya, La Nina merupakan fenomena global yang memiliki dampak bervariasi di masing-masing wilayah. Namun karena di Bali saat ini dipengaruhi oleh faktor regional yaitu masuknya musim hujan. Sementara faktor lokal dipengaruhi oleh kondisi topografi dan geografis. Maka wilayah pegunungan di Bali memiliki curah hujan jauh lebih tinggi dari wilayah lainnya. Hal itu dibuktikan dari sejumlah kejadian bencana yang terjadi beberapa kali di Bali, dengan dominan lokus kejadian berada di bagian Bali tengah yang memiliki topografi pegunungan. “Kami sudah memberikan peringatan dini kepada masyarakat melalui instansi terkait. Mohon hal itu dapat diperhatikan secara seksama,” kata Wirajaya.
Dari data yang dimiliki, bahwa kondisi La Nina di Indonesia dimulai dari pertengahan tahun 2020, tahun 2011, dan tahun 2022 yang diperkirakan berakhir pada Februari 2023. Kondisi itu disebut dengan La Nina Triple Dip, yang berpengaruh pada pola cuaca-iklim di Indonesia. Salah satunya menyebabkan sebagian wilayah Indonesia mengalami musim hujan lebih awal.
“Selain itu curah hujan juga akan bertambah dari kondisi normal dan berpotensi menimbulkan terjadinya bencana hidrometeorologi. Kondisi itu bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara lainnya,” kata Wirajaya. *dar
Komentar