Jual-Beli Sapi di Pasar Beringkit Masih 'Sepi'
Sudah tiga pekan dibuka, keramaian pengunjung di kisaran 50-60 persen
DENPASAR,NusaBali
Tiga pekan sejak buka, Minggu (9/10) jual beli ternak khususnya sapi di Pasar Hewan Beringkit masih 'sepi'. Keramaian pasar masih kurang, dibanding sebelum penutupan 4 bulan lalu, setelah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sempat mewabah di Bali. Karena masih 'sepi' otomatis transaksi jual beli sapi juga tidak sebanyak sebelum masa PMK.
"Ini mungkin baru 50 atau 60 persen," ujar I Wayan Guna, seorang pedagang sapi, Rabu(27/10). Dijelaskan sejak buka kembali tiga pekan lalu, Pasar Hewan Beringkit sudah melewati 4 kali pasaran, pada setiap Minggu dan Rabu (dua kali sepekan). Dari 4 kali pasaran tersebut, lanjut Guna, suasananya belum pulih sebagaimana sebelum tutup 4 bulan yang lalu.
"Belum seramai dulu. Apalagi sekarang (Rabu,26/10), hari raya Pagerwesi, jadi tambah sepi,"lanjutnya. Menurut Guna, kebanyakan yang diperjualbelikan gudel atau anak sapi, baik gudel jantan maupun betina. Sedangkan penjualan sapi dewasa, masih jarang. "Bahkan bisa dikatakan belum ada," tambah Guna.
Kalangan pedagang diperkirakan juga belum banyak yang tidak tahu informasi detil tentang dibukanya kembali Pasar Beringkit. "Sekarang kan ketat, tidak boleh sembarangan jual sapi ke Pasar Beringkit," ucap dia.
Tujuannya agar PMK jangan berjangkit kembali. "Ini juga tetap disemprot, " kata dia menunjuk area plasa Pasar Hewan Beringkit, tentang upaya pencegahan PMK.
Guna mengaku merasakan dampak PMK yang bisa berakibat kematian sapi itu. Dia bersyukur, penyakit itu cepat mendapat penanganan dari pemerintah. "Sekarang sudah tidak ada lagi, " ujar pria yang 4 bulan rehat 'bisnis' sapi akibat PMK.
Sebelumnya Direktur Perumda Mangu Giri Sedana Kabupaten Badung I Made Sukantra, mengiyakan keramaian aktivitas di Pasar Hewan Beringkit belum normal. Menurut Sukantra, tingkat aktivitas sekitar 50 persen dibanding kondisi normal sebelum PMK.
Sebelum ditutup sementara karena PMK, setiap pasaran terjadi sekitar 700-an jual beli. Sedangkan sejak mulai buka kembali Minggu(9/10) jual beli ternak transaksi baru setengahnya. “Ada sekitar 300-an jual beli,” papar Sukantra.
Diperkirakan belum semua pedagang melakukan aktivitasnya. Yang kedua kemungkinan masih ada warga masyarakat yang belum tahu informasi, kalau Pasar Hewan Beringkit sudah buka kembali. Selain itu kemungkinan masih ada yang masih melihat situasi dan memahami ketentuan atau syarat-syarat lalu lintas ternak atau pengiriman ternak ke luar daerah.
"Ada yang datang untuk menanyakan syarat tentang pengiriman ternak," ungkap Sukantra. Sukantra sendiri sudah menginformasikan persyaratan-persyaratan tersebut, sebagaimana diatur dalam SK Satgas PMK Provinsi Bali No 104/Satgas /PMK/lX/2022 tanggal 23 September. "Kita sampaikan baik kepada pedagang, pihak terkait termasuk di grup-grup WA," ungkap Sukantra. Tujuannya sosialisasi dan pemahaman ketentuan sebagaimana SK Satgas PMK.
Untuk diketahui Pasar Hewan Beringkit sudah buka untuk penjualan dan pembelian ternak sapi mulai Sabtu (8/10). Namun riil di lapangan, dibuka Minggu(9/10). Mundur sehari tersebut, karena pasaran Pasar Beringkit ditentukan setiap hari Minggu dan Rabu atau dua kali sepekan. *K17
"Ini mungkin baru 50 atau 60 persen," ujar I Wayan Guna, seorang pedagang sapi, Rabu(27/10). Dijelaskan sejak buka kembali tiga pekan lalu, Pasar Hewan Beringkit sudah melewati 4 kali pasaran, pada setiap Minggu dan Rabu (dua kali sepekan). Dari 4 kali pasaran tersebut, lanjut Guna, suasananya belum pulih sebagaimana sebelum tutup 4 bulan yang lalu.
"Belum seramai dulu. Apalagi sekarang (Rabu,26/10), hari raya Pagerwesi, jadi tambah sepi,"lanjutnya. Menurut Guna, kebanyakan yang diperjualbelikan gudel atau anak sapi, baik gudel jantan maupun betina. Sedangkan penjualan sapi dewasa, masih jarang. "Bahkan bisa dikatakan belum ada," tambah Guna.
Kalangan pedagang diperkirakan juga belum banyak yang tidak tahu informasi detil tentang dibukanya kembali Pasar Beringkit. "Sekarang kan ketat, tidak boleh sembarangan jual sapi ke Pasar Beringkit," ucap dia.
Tujuannya agar PMK jangan berjangkit kembali. "Ini juga tetap disemprot, " kata dia menunjuk area plasa Pasar Hewan Beringkit, tentang upaya pencegahan PMK.
Guna mengaku merasakan dampak PMK yang bisa berakibat kematian sapi itu. Dia bersyukur, penyakit itu cepat mendapat penanganan dari pemerintah. "Sekarang sudah tidak ada lagi, " ujar pria yang 4 bulan rehat 'bisnis' sapi akibat PMK.
Sebelumnya Direktur Perumda Mangu Giri Sedana Kabupaten Badung I Made Sukantra, mengiyakan keramaian aktivitas di Pasar Hewan Beringkit belum normal. Menurut Sukantra, tingkat aktivitas sekitar 50 persen dibanding kondisi normal sebelum PMK.
Sebelum ditutup sementara karena PMK, setiap pasaran terjadi sekitar 700-an jual beli. Sedangkan sejak mulai buka kembali Minggu(9/10) jual beli ternak transaksi baru setengahnya. “Ada sekitar 300-an jual beli,” papar Sukantra.
Diperkirakan belum semua pedagang melakukan aktivitasnya. Yang kedua kemungkinan masih ada warga masyarakat yang belum tahu informasi, kalau Pasar Hewan Beringkit sudah buka kembali. Selain itu kemungkinan masih ada yang masih melihat situasi dan memahami ketentuan atau syarat-syarat lalu lintas ternak atau pengiriman ternak ke luar daerah.
"Ada yang datang untuk menanyakan syarat tentang pengiriman ternak," ungkap Sukantra. Sukantra sendiri sudah menginformasikan persyaratan-persyaratan tersebut, sebagaimana diatur dalam SK Satgas PMK Provinsi Bali No 104/Satgas /PMK/lX/2022 tanggal 23 September. "Kita sampaikan baik kepada pedagang, pihak terkait termasuk di grup-grup WA," ungkap Sukantra. Tujuannya sosialisasi dan pemahaman ketentuan sebagaimana SK Satgas PMK.
Untuk diketahui Pasar Hewan Beringkit sudah buka untuk penjualan dan pembelian ternak sapi mulai Sabtu (8/10). Namun riil di lapangan, dibuka Minggu(9/10). Mundur sehari tersebut, karena pasaran Pasar Beringkit ditentukan setiap hari Minggu dan Rabu atau dua kali sepekan. *K17
Komentar