Serunya Arung Jeram Berkebaya Siswi SMPN 4 Abiansemal
MANGUPURA, NusaBali.com – Sebanyak 60 siswi dan 6 guru termasuk Kepala SMPN 4 Abiansemal berpartisipasi dalam arung jeram berkebaya di Tukad Ayung serangkaian Lenggang Bali Pertiwi.
Selaku penyelenggara Lenggang Bali Pertiwi, perwakilan Tradisikebaya.id Gatut Suryo, 56, menyatakan bahwa arung jeram berkebaya ini sebagai bentuk penggambaran bahwa busana kebaya itu dapat digunakan di mana dan kapan saja.
“Ya, itu menunjukkan bahwa kebaya ini bisa dipakai untuk kegiatan apa pun. Bahkan arung jeram sekali pun. Inilah mengapa penting untuk kita mendorong Kebaya Goes to UNESCO,” jelas Gatut Suryo saat dijumpai di sela-sela acara, Kamis (27/10/2022) sore.
Para siswi yang terlibat dalam arung jeram berkebaya ini berasal dari kelas VII hingga IX. Sembari memakai atasan busana kebaya dan bawahan celana pendek, nampak wajah dari 60 siswi ini penasaran dengan sensasi jeram Tukad Ayung. Sebagian mengaku mereka baru pertama kali berarung jeram dan uniknya dalam kondisi mengenakan kebaya pula.
Mengambil start di Yellow Garden Community, Jalan Dewi Tilotama, Banjar Tegal Kuning, Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal para siswi usia 12-15 tahun ini mengarungi Tukad Ayung selama 20 menit. Kemudian, 12 perahu karet yang mereka tumpangi akan mencapai titik finish di Tukad Ayung wilayah Setra Desa Bongkasa di Banjar Sayan Agung.
“Ini pengalaman pertama dan asyik banget. Jeramnya benar-benar wow dan keren. Padahal ini desa saya sendiri tapi enggak pernah coba,” ujar Ni Luh Putu Jira Anjani, 15, usai merasakan sensasi arung jeram di Tukad Ayung.
Meskipun ada yang terombang-ambing, terbentur, dan terciprat air sungai maupun disengaja dicipratkan oleh teman, siwi kelas IX ini mengaku kesal sekaligus menikmatinya lantaran ia selalu membalas cipratan air dari temannya itu.
Senada dengan Jira, Ni Luh Putu Sintya Octaviani, 14, pun mengungkapkan dirinya baru pertama kali mencoba arung jeram meskipun itu di desanya sendiri. Di lain sisi, menggunakan busana kebaya ternyata tidak mempersulit gerakan siswi kelas IX ini di atas perahu karet.
“Biasa aja. Sama sekali tidak ada kesulitan pakai kebaya sambil rafting. Cuman biasanya kan pakai kebaya waktu ke pura, kalau ada upacara adat, atau enggak ke sekolah setiap hari Kamis dan Purnama sama Tilem,” tutur Sintya dijumpai dalam kesempatan yang sama.
Dua teruni Bali ini sama-sama mendukung gerakan Kebaya Goes to UNESCO. Menurut mereka, kalau wanita sudah mengenakan busana kebaya pasti terlihat anggun sekaligus berwibawa karena nilai adat dan tradisinya itu.
Sementara itu, Kepala SMPN 4 Abiansemal I Made Antara, 56, menyatakan bahwa pihak sekolah diundang oleh penyelenggara Lenggang Bali Pertiwi. Antara pun menyanggupinya dan mengerahkan 60 siswinya untuk berpartisipasi dalam ajang yang unik ini. Beruntung semua siswi tidak ada yang mengalami cedera melainkan gembira semuanya.
“Pengalaman yang luar biasa untuk pertama kalinya, ada gereget-geregetnya sedikit,” kata Antara ketika dijumpai usai menjajal Tukad Ayung bersama para siswi dan guru.
Meskipun berpartisipasi dalam arung jeram berkebaya pada pukul 14.30 Wita, kata Antara, para siswi ini tetap bersekolah seperti biasa pada pagi hari. Hanya saja, mereka diizinkan pulang lebih awal untuk melakukan persiapan. *rat
Komentar