Sampah Kiriman Mulai Menepi, Dinas LHK Cari Lahan Penampungan
Kecenderungan pada musim angin barat, sepanjang 16 kilometer pantai di pesisir barat Kabupaten Badung diterjang sampah kiriman.
MANGUPURA, NusaBali
Proses pembersihan sampah kiriman di pesisir barat Kabupaten Badung mengalami kendala. Petugas kesulitan membuang lantaran TPA Suwung tidak bisa menampung sampah kiriman seperti sebelum-sebelumnya. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) kini masih berupaya mencari lahan alternatif untuk lokasi penampungan, terlebih sampah kiriman diprediksi akan terus menepi saat angin barat.
Koordinator Evakuasi Dini Sampah Laut (Desalut) Dinas LHK Badung I Made Gde Dwipayana, mengatakan proses evakuasi sampah kiriman tahun ini cukup menantang dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab dihadapkan dengan kondisi pasang air laut yang membuat evakuasi harus menunggu air laut surut, ditambah kondisi abrasi yang membuat area pesisir menjadi berkurang. Hal itu ditambah dengan adanya proyek penataan pantai Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigita) yang membuat alat berat tak bisa leluasa bergerak di pesisir pantai.
“Mau tidak mau kami harus cari celah agar alat berat dapat masuk menangani sampah di pesisir. Untung alat berat di proyek ikut membantu penanganan sampah kiriman. Kami berharap sinergi penanganan sampah kiriman ke depannya bisa terus terjalin,” harap Dwipayana, Jumat (28/10).
Belum lagi petugas tidak bisa fokus di kawasan Pantai Samigita saja, lantaran kecenderungan pada musim angin barat seperti saat ini, sepanjang 16 kilometer pantai di pesisir barat Kabupaten Badung mengalami permasalahan yang sama. Mulai dari pantai di kawasan utara, yaitu Pantai Cemagi, Pantai Pererenan, Pantai Berawa, Pantai Batubelig, Pantai Batubolong, Pantai Petitenget. “Syukurnya Pantai Kedonganan dan Pantai Jimbaran belum ada sampah kiriman menepi,” kata Dwipayana.
Berkaca dari puncak musim sampah kiriman yang mengikuti puncak musim hujan, pihaknya memperkirakan akan semakin banyak sampah kiriman yang perlu dievakuasi ke depannya. Tantangan terberat tahun ini, lanjut Dwipayana, TPA Suwung tidak bisa menampung sampah kiriman seperti sebelum-sebelumnya, bahkan ada rencana akan ditutup karena sudah overload.
“Kendala yang paling krusial itu tempat pembuangan akhir. Saat ini sampah kiriman yang kita kumpulkan di stop over, perlahan kita angkut ke TPS Samtaku. Ke depan ini yang masih menjadi tanda tanya, sebab musim sampah kiriman ini baru permulaan,” kata Dwipayana.
Dia mengaku masih terus berkoordinasi dengan desa adat dan pengelola pantai setempat untuk membantu mengupayakan lahan kosong yang bisa sewaktu-waktu dipergunakan sebagai tempat evakuasi sampah kiriman. Hal itu menjadi hal yang sangat dibutuhkan agar proses evakuasi sampah dari pantai bisa dengan cepat dilakukan. Dia berharap masing-masing desa adat dapat mengupayakan hal itu. Sebab TPS itu juga melayani pengolahan sampah dari rumah tangga. “Kami masih berkoordinasi dengan desa adat yang masih memiliki lahan kosong untuk dimanfaatkan sementara,” tegasnya. *dar
Koordinator Evakuasi Dini Sampah Laut (Desalut) Dinas LHK Badung I Made Gde Dwipayana, mengatakan proses evakuasi sampah kiriman tahun ini cukup menantang dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab dihadapkan dengan kondisi pasang air laut yang membuat evakuasi harus menunggu air laut surut, ditambah kondisi abrasi yang membuat area pesisir menjadi berkurang. Hal itu ditambah dengan adanya proyek penataan pantai Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigita) yang membuat alat berat tak bisa leluasa bergerak di pesisir pantai.
“Mau tidak mau kami harus cari celah agar alat berat dapat masuk menangani sampah di pesisir. Untung alat berat di proyek ikut membantu penanganan sampah kiriman. Kami berharap sinergi penanganan sampah kiriman ke depannya bisa terus terjalin,” harap Dwipayana, Jumat (28/10).
Belum lagi petugas tidak bisa fokus di kawasan Pantai Samigita saja, lantaran kecenderungan pada musim angin barat seperti saat ini, sepanjang 16 kilometer pantai di pesisir barat Kabupaten Badung mengalami permasalahan yang sama. Mulai dari pantai di kawasan utara, yaitu Pantai Cemagi, Pantai Pererenan, Pantai Berawa, Pantai Batubelig, Pantai Batubolong, Pantai Petitenget. “Syukurnya Pantai Kedonganan dan Pantai Jimbaran belum ada sampah kiriman menepi,” kata Dwipayana.
Berkaca dari puncak musim sampah kiriman yang mengikuti puncak musim hujan, pihaknya memperkirakan akan semakin banyak sampah kiriman yang perlu dievakuasi ke depannya. Tantangan terberat tahun ini, lanjut Dwipayana, TPA Suwung tidak bisa menampung sampah kiriman seperti sebelum-sebelumnya, bahkan ada rencana akan ditutup karena sudah overload.
“Kendala yang paling krusial itu tempat pembuangan akhir. Saat ini sampah kiriman yang kita kumpulkan di stop over, perlahan kita angkut ke TPS Samtaku. Ke depan ini yang masih menjadi tanda tanya, sebab musim sampah kiriman ini baru permulaan,” kata Dwipayana.
Dia mengaku masih terus berkoordinasi dengan desa adat dan pengelola pantai setempat untuk membantu mengupayakan lahan kosong yang bisa sewaktu-waktu dipergunakan sebagai tempat evakuasi sampah kiriman. Hal itu menjadi hal yang sangat dibutuhkan agar proses evakuasi sampah dari pantai bisa dengan cepat dilakukan. Dia berharap masing-masing desa adat dapat mengupayakan hal itu. Sebab TPS itu juga melayani pengolahan sampah dari rumah tangga. “Kami masih berkoordinasi dengan desa adat yang masih memiliki lahan kosong untuk dimanfaatkan sementara,” tegasnya. *dar
1
Komentar