Terjatuh Didorong Teman, Alami Penggumpalan Darah
Ketut Agus Sumerta,9, bocah asal Desa Pejarakan, Gerokgak, Buleleng, harus dirujuk ke RSUP Sanglah, Denpasar, Kamis (4/5), karena mengalami penggumpalan darah di otak setelah terjatuh dari pagar sekolah.
DENPASAR, NusaBali
Sang ibu, Ni Nyoman Kerti, 45, yang mendampingi bocah kelas tiga SD itu, nampak khawatir. Kerti menceritakan, anak lelaki satu-satunya itu terjatuh dari pagar sekolah dua hari lalu saat jam istirahat pukul 10.30 Wita. Kala itu, sang anak tengah bermain bersama temannya. Salah seorang teman kemudian mendorongnya hingga terjatuh.
Karena sang anak tidak merasa kesakitan, maka perawatan tidak langsung dilakukan. Barulah saat Kerti memandikan anaknya, ketika dia meraba kepala Agus dan mendapati benjolan di kepala sebelah kiri. Namun, karena dikira luka biasa, ia mendiamkannya dan hanya merawat semampunya. Pada malam harinya, Agus merasa kesakitan dan mengeluh sakit pada kepala. "Saya panik dan langsung saya bawa ke puskesmas," katanya.
Sesampainya di Puskesmas Gerokgak, Agus lalu dirujuk ke RSUD Buleleng untuk menjalani CT Scan. Dari hasil CT Scan itulah diketahui ada penggumpalan darah di otak sang anak. Agus lantas dirujuk ke RSUP Sanglah karena peralatan dan tim medis yang tak memadai di sana. Sementara saat di RSUP Sanglah, Agus kembali diperiksa. Hasilnya sama. Dia mengalami penggumpalan darah di otak dan disarankan untuk menjalani operasi pengambilan darah yang menggumpal tersebut.
Kerti dan suaminya yang hanyalah petani cabai dan jagung, terpaksa berhutang untuk biaya operasi yang menelan biaya hampir Rp 50 juta itu. Apalagi mereka sama sekali tidak memiliki jaminan kesehatan.
Meski punya sedikit tabungan, namun tak mampu untuk menutupi biaya operasi yang cukup besar itu. "Itu baru biaya operasi, belum lagi yang lain-lain. Ya apapun akan kami lakukan biar anak sembuh. Sejak pagi anak saya sudah puasa. Sebab nanti malam (kemarin, red) dapat jadwal operasi. Mudah-mudahan berjalan lancar," harapnya. * in
Karena sang anak tidak merasa kesakitan, maka perawatan tidak langsung dilakukan. Barulah saat Kerti memandikan anaknya, ketika dia meraba kepala Agus dan mendapati benjolan di kepala sebelah kiri. Namun, karena dikira luka biasa, ia mendiamkannya dan hanya merawat semampunya. Pada malam harinya, Agus merasa kesakitan dan mengeluh sakit pada kepala. "Saya panik dan langsung saya bawa ke puskesmas," katanya.
Sesampainya di Puskesmas Gerokgak, Agus lalu dirujuk ke RSUD Buleleng untuk menjalani CT Scan. Dari hasil CT Scan itulah diketahui ada penggumpalan darah di otak sang anak. Agus lantas dirujuk ke RSUP Sanglah karena peralatan dan tim medis yang tak memadai di sana. Sementara saat di RSUP Sanglah, Agus kembali diperiksa. Hasilnya sama. Dia mengalami penggumpalan darah di otak dan disarankan untuk menjalani operasi pengambilan darah yang menggumpal tersebut.
Kerti dan suaminya yang hanyalah petani cabai dan jagung, terpaksa berhutang untuk biaya operasi yang menelan biaya hampir Rp 50 juta itu. Apalagi mereka sama sekali tidak memiliki jaminan kesehatan.
Meski punya sedikit tabungan, namun tak mampu untuk menutupi biaya operasi yang cukup besar itu. "Itu baru biaya operasi, belum lagi yang lain-lain. Ya apapun akan kami lakukan biar anak sembuh. Sejak pagi anak saya sudah puasa. Sebab nanti malam (kemarin, red) dapat jadwal operasi. Mudah-mudahan berjalan lancar," harapnya. * in
1
Komentar